Milenianews.com, Mata Akademisi – Ilmu tidak bebas nilai merupakan pandangan dalam filsafat ilmu yang menyatakan bahwa seluruh proses ilmiah—mulai dari pemilihan topik penelitian, penggunaan metode, interpretasi data, hingga penerapan hasil—selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu, baik sosial, budaya, moral, ekonomi, maupun kepentingan politik. Pandangan ini menolak konsep “kebebasan nilai” dalam sains, yang berasumsi bahwa peneliti sepenuhnya dapat melepaskan diri dari subjektivitas dan lingkungan sosialnya.
Dengan demikian, ilmu tidak bebas nilai menegaskan bahwa nilai-nilai sosial, ekonomi, budaya, dan moral selalu menyertai proses ilmiah. Kesadaran ini membantu kita memahami bahwa ilmu bukan hanya rangkaian metode objektif, tetapi juga hasil interaksi antara manusia, lingkungan sosial, dan nilai-nilai yang melingkupinya. Menyadari hal ini memungkinkan ilmu berkembang lebih etis, relevan, dan bermanfaat bagi banyak pihak.
Baca juga: Ilmu Bebas Nilai dan Tidak Bebas Nilai dalam Fenomena Masa Kini
Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya
Aksiologi ilmu pengetahuan membahas nilai, kegunaan, dan tujuan ilmu itu sendiri. Dalam konteks ini, ilmu tidak bebas nilai berarti perkembangan dan penerapan ilmu selalu terkait nilai moral, sosial, budaya, maupun ekonomi. Ilmu tidak pernah sepenuhnya netral, karena manusia sebagai subjek pengetahuan membawa kepentingan, tujuan, dan orientasi tertentu.
Ilmu pengetahuan bukan sekadar kumpulan fakta dan teori, tetapi juga memiliki dimensi nilai yang mendalam dalam kehidupan manusia. Aksiologi membantu kita memahami bagaimana ilmu memberikan makna dan manfaat bagi masyarakat. Contoh nyata adalah penggunaan smartphone sebagai alat komunikasi, yang menunjukkan nilai intrinsik ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
Smartphone: Ilmu, Nilai, dan Manfaat
Smartphone bukan hanya hasil pengetahuan teknologi, tetapi juga dipengaruhi nilai sosial dan ekonomi. Nilai sosial, kebutuhan manusia untuk komunikasi cepat dan efektif, memengaruhi desain, fungsi, dan pengembangannya. Fitur seperti panggilan video, pesan instan, dan media sosial lahir dari tuntutan masyarakat modern yang menghargai kecepatan informasi dan konektivitas.
Manfaat smartphone dapat dilihat dari beberapa aspek:
Kesehatan dan Kesejahteraan
Memungkinkan komunikasi instan melalui WhatsApp, Telegram, atau panggilan video.
Manfaat: Mengurangi isolasi sosial, terutama selama pandemi COVID-19. Nilai etisnya terlihat pada dukungan kesehatan mental dan solidaritas.
Pendidikan dan Pengetahuan
Mengakses internet untuk belajar, berita, dan pengetahuan melalui Google atau YouTube.
Manfaat: Meningkatkan literasi dan kesempatan pendidikan, mengurangi kesenjangan digital, meski tantangan seperti misinformasi tetap harus diatasi.
Ekonomi dan Inovasi
Kolaborasi jarak jauh melalui email, Zoom, Microsoft Teams, dan platform kerja sama.
Manfaat: Mendorong inovasi bisnis dan kerja fleksibel, nilai estetis terlihat dari antarmuka intuitif dan desain yang menyenangkan.
Sosial dan Budaya
Komunikasi lintas bahasa dan budaya melalui Google Translate dan media sosial.
Manfaat: Memperkaya nilai sosial dan estetis, mempromosikan empati, meski risiko polarisasi sosial tetap ada.
Dampak Negatif dan Tanggung Jawab Etis
Potensi kecanduan, pelanggaran privasi, atau cyberbullying.
Aksiologi menekankan evaluasi moral: apakah teknologi meningkatkan kebahagiaan manusia atau merusaknya?
Ilmu, Nilai, dan Kesadaran Etis
Penggunaan smartphone menunjukkan bahwa ilmu tidak bebas nilai. Nilai moral, sosial, dan budaya turut menentukan bagaimana teknologi digunakan. Kehadiran smartphone memengaruhi perilaku komunikasi masyarakat, pola interaksi virtual, dan eksistensi digital. Hal ini membuktikan bahwa ilmu pengetahuan selalu berjalan dalam konteks sosial dan moral, bukan di luar kehidupan manusia.
Baca juga: Ilmu Bebas Nilai dan Ilmu Tidak Bebas Nilai dalam Perspektif Filsafat Ilmu
Ilmu tidak bebas nilai karena setiap tahap ilmiah selalu dipengaruhi nilai sosial, moral, budaya, ekonomi, dan kepentingan tertentu. Penggunaan smartphone menunjukkan bahwa teknologi berkembang bukan hanya karena kemajuan ilmu, tetapi juga karena kebutuhan dan nilai masyarakat.
Manfaatnya jelas: mempermudah komunikasi, pendidikan, pekerjaan, dan interaksi sosial. Namun, risiko seperti kecanduan, penyalahgunaan informasi, dan masalah privasi juga ada. Ilmu pengetahuan harus digunakan bijak, tetap mempertimbangkan nilai moral, sehingga dapat berkembang secara etis, relevan, dan bermanfaat bagi manusia.
Penulis: Ronnan Arij Afanin , Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













