Huruf Latin Jadi Penolong Hijaiyah: Metode AQU BISA dan Andragogi, Cocok?

Milenianews.com, Mata Akademisi – Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Namun, hasil penelitian Tim Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta terhadap 3.111 responden Muslim menunjukkan bahwa 72,25% di antaranya belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik. Fakta ini mengindikasikan bahwa tingkat literasi Al-Qur’an di Indonesia masih tergolong rendah dan perlu mendapatkan perhatian serius. Salah satu faktornya adalah perbedaan bentuk dan arah baca antara huruf Latin yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan aksara Arab yang digunakan dalam Al-Qur’an.

Lahirnya Metode AQU BISA: Inovasi dari Kaca Belakang Angkot

Pada tahun 2011, Abdul Rosyid Masykur terinspirasi oleh tulisan terbalik di kaca belakang angkutan umum—mirip dengan tulisan “AMBULANCE”—yang tetap terbaca meskipun hurufnya dibalik secara visual. Pengalaman ini mendorongnya untuk menyusun metode pembelajaran Al-Qur’an berbasis pendekatan visual huruf Latin terbalik, yang lebih familiar bagi mereka yang terbiasa membaca dengan huruf Latin. Penyusunan Metode AQU BISA dimulai dengan membuat Mushaf AQU BISA.

Baca juga: Lupa Itu Normal, Tapi Murojaah Kunci Hafal Al-Qur’an

Metode AQU BISA adalah pendekatan inovatif yang bertujuan memudahkan pembacaan Al-Qur’an. AQU BISA, dengan slogan “Membaca Al-Qur’an Semudah Baca Koran”, memperkenalkan penggunaan huruf Latin terbalik sebagai tanda baca huruf hijaiyah yang ditujukan bagi mereka yang tidak mengenal huruf hijaiyah namun fasih menguasai huruf Latin.

AQU BISA menggunakan huruf Latin dan simbol-simbol atau tanda khusus untuk mengindikasikan harakat, hukum mad, hukum tajwid, serta aturan waqaf dalam membaca Al-Qur’an.

Metode AQU BISA adalah metode yang prinsipnya serupa dengan perkembangan mushaf Al-Qur’an dari masa ke masa, khususnya dalam penambahan tanda baca untuk mempermudah pembacanya. Mushaf Al-Qur’an pada masa awal ditulis tanpa tanda baca dan titik seperti mushaf masa kini, yang kemudian disempurnakan oleh para ulama masa tabi’in dan sesudahnya.

Penambahan harakat dan titik dilakukan untuk mempermudah pembacaan, terutama ketika umat Islam semakin banyak terdiri dari orang-orang non-Arab (‘ajam) akibat ekspansi wilayah Islam. Prinsip metode AQU BISA adalah menambahkan tanda baca berupa huruf Latin terbalik di dalam mushaf. Inovasi ini meniru prinsip sejarah penulisan mushaf Al-Qur’an.

Berdasarkan penjelasan Abdul Rosyid Masykur selaku penyusun Metode AQU BISA, metode ini pada awalnya berupa mushaf 30 juz yang telah disisipkan tanda baca berupa huruf Latin. Namun, dalam proses pengajuannya, beliau disarankan untuk terlebih dahulu mengembangkan pendekatan ini menjadi sebuah metode pembelajaran formal, sehingga tersusunlah Metode AQU BISA.

Mushaf AQU BISA menyajikan ayat Al-Qur’an dalam tiga lapisan. Pertama, teks ayat Al-Qur’an dengan huruf Arab standar rasm usmani beserta tanda baca yang sudah dikembangkan oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 H). Kedua, huruf konsonan yang melambangkan cara baca huruf hijaiyah diletakkan di atas atau di bawah tulisan Arabnya. Huruf yang berharakat fathah dan dhommah, maka penempatan huruf Latinnya berada di atas huruf Arabnya, dan jika berharakat kasrah maka huruf Latin tersebut diletakkan di bawah ayat tersebut.

Penempatan posisi ini dapat membantu pelajar untuk membiasakan diri membaca huruf berdasarkan letak harakatnya, tanpa harus menghafal bentuk-bentuk harakat Arab secara langsung. Pada baris ini terdapat perbedaan warna huruf yang mengindikasikan adanya hukum tajwid seperti Qalqalah dan Ghunnah. Lapisan ketiga terdapat simbol angka yang mengindikasikan hukum mad dan cara baca ketika waqaf maupun washal dari bacaan ayat tersebut, seperti pada hukum bacaan ta’ marbuthah (ة) yang dibaca sebagai ha (ه) jika waqaf dan dibaca ta (ت) ketika washal.

Hal inilah yang membedakan Metode AQU BISA dengan metode pembelajaran Al-Qur’an lainnya. Alih-alih melatih murid untuk terbiasa dengan huruf hijaiyah, AQU BISA dibuat dengan tujuan untuk mengakomodasi mereka yang sudah biasa membaca koran dan huruf Latin, namun tak sempat atau malu belajar baca Qur’an dari awal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *