Milenianews.com, Mata Akademisi – Guru adalah “digugu lan ditiru” demikian ungkapan dalam Bahasa Jawa yang menyiratkan bahwa seorang guru adalah sosok yang dipatuhi dan dijadikan teladan. Tapi, di tengah derasnya arus teknologi dan dinamika zaman, apakah makna itu masih relevan? Jawabannya: ya, dan justru kini semakin menantang. Terutama bagi para pendidik muda dari generasi Z yang mulai mengisi ruang-ruang kelas masa kini.
Dalam buku An Introduction to Teaching karya Gill Nicholas, dijelaskan bahwa untuk menjadi guru berkualitas dibutuhkan dedikasi, profesionalisme, kecerdasan, komitmen, energi, dan intuisi—yakni kemampuan membaca situasi secara cepat dan tepat. Jika satu saja hilang, maka sulit menyebut seseorang sebagai guru sejati. Dan di sinilah tantangan besar bagi guru Z dimulai.
Baca juga: Guru Bersinergi
Guru Z: Digital Native dengan Visi Global
Tahun 2025 adalah masa ketika lulusan pendidikan dari generasi Z mulai terjun ke dunia pendidikan. Mereka lahir dan tumbuh bersama internet, media sosial, dan perangkat digital. Tak heran, generasi ini dikenal sebagai digital native—mereka cepat menyerap informasi, kritis dalam menyaring konten, dan peduli pada isu-isu sosial baik lokal maupun global.
Kombinasi antara kecepatan berpikir, kesadaran sosial, dan kemampuan beradaptasi menjadikan Guru Z sebagai aktor pendidikan yang potensial untuk melampaui generasi sebelumnya. Mereka punya bekal untuk jadi guru yang tak hanya moncer secara prestasi, tapi juga berkarakter kuat.
Melek Teknologi adalah Nafas Guru Z
Era pendidikan abad ke-21 menuntut integrasi TPACK (Technological, Pedagogical, and Content Knowledge) dalam proses pembelajaran. Artinya, guru harus mampu memadukan teknologi, metode mengajar, dan penguasaan materi secara simultan. Guru Z, yang sehari-hari hidup dengan teknologi, memiliki keunggulan alami di sini.
Berbeda dengan generasi X atau Y yang mungkin butuh waktu lebih panjang untuk adaptasi, guru Z sudah terbiasa multitasking dengan berbagai aplikasi, sistem administrasi daring, dan pembelajaran digital. Mulai dari ujian berbasis komputer hingga kegiatan PPG online, semua jadi “mainan” sehari-hari bagi mereka.
Sejak 2015, dunia sepakat dengan agenda besar bernama SDGs (Sustainable Development Goals). Guru masa kini tak cukup hanya mengajarkan rumus dan teori, tetapi juga harus mampu mengaitkan pembelajaran dengan isu global: lingkungan, kesetaraan, perdamaian, dan lainnya. Guru Z punya akses lebih luas ke forum nasional maupun internasional, termasuk yang gratis dan berbasis daring. Ini keunggulan struktural yang tak dimiliki generasi sebelumnya.
Guru Z: Role Model Modern di Dunia Nyata dan Maya
Dulu, guru hanya dihormati di ruang kelas. Kini, guru juga bisa menjadi panutan di media sosial. Lihat saja banyaknya influencer edukasi dari kalangan guru muda yang menginspirasi ribuan orang lewat kontennya. Bila seorang guru bisa menjadi inspirasi di dunia nyata dan dunia maya sekaligus, bayangkan efek domino-nya pada semangat belajar siswa.
Seperti yang ditulis Gill Nicholas: “Your vision of what it is like to be a teacher is probably a composite one made up of memories of your own teachers.” Maka, bayangkan jika kenangan siswa tentang guru Z adalah sosok enerjik, cerdas, dan inspiratif.
Selalu Ingin Belajar, Tak Mau Kalah oleh Teknologi
Karakter Gen Z adalah ingin diakui, dan itu bisa menjadi kekuatan. Guru Z punya semangat untuk menunjukkan bahwa mereka layak disebut pengajar sejati. Mereka tak ingin terlihat “gagap” di depan siswa. Tak heran, banyak dari mereka rela lembur untuk belajar materi baru, menjawab pertanyaan sulit siswa, atau mencari metode pembelajaran yang lebih segar dan relevan.
Baca juga: Meningkatnya Kasus Pelaporan Guru, Sebuah Krisis yang Harus Segera Diatasi
Semangat ini menjadi pembeda. Di saat sebagian guru generasi lama mulai mengajar dengan “seadanya” karena faktor usia atau kelelahan mental, guru Z hadir dengan gairah baru, membawa napas segar dalam ruang pendidikan.
Tak berlebihan jika harapan besar digantungkan pada pundak Guru Z. Mereka bukan hanya generasi baru pengajar, tetapi juga generasi baru pemimpin dalam dunia pendidikan. Jika mampu menjaga idealisme dan semangat belajarnya, Guru Z akan menjadi sosok “digugu lan ditiru” yang bukan hanya relevan, tapi juga revolusioner.
Penulis: M. Furqon Al Maarif
Profil Singkat: Mahasiswa pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta jurusan S-2 Pendidikan Bahasa Indonesia. Aktif sebagai aktivis dan pemerhati pendidikan.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.













