Etika Lingkungan dalam As-Sunnah: Prinsip Islam Menjaga Alam di Era Modern

Etika Lingkungan Islam

Milenianews.com, Mata Akademisi — Kerusakan lingkungan menjadi salah satu persoalan paling serius di abad modern. Dampaknya tidak hanya merusak keseimbangan alam, tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup umat manusia secara global.

Berbagai persoalan lingkungan tersebut sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, pembukaan lahan sawit di hutan lindung, pertambangan yang tidak terkendali, polusi karbon dari industri dan kendaraan, serta gaya hidup konsumtif berbasis plastik sekali pakai menjadi faktor utama yang mempercepat krisis ekologis.

Prinsip As-Sunnah dalam Menjaga Lingkungan

Jauh sebelum isu lingkungan menjadi perhatian dunia modern, Nabi Muhammad SAW telah meletakkan prinsip dasar dalam menjaga alam. Hal ini tercermin dalam sabda beliau:

“لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ”
Artinya: Janganlah mencelakakan diri sendiri dan jangan pula menimbulkan bahaya bagi orang lain dan lingkungan.
(HR. Ibnu Majah no. 2340)

Hadis ini menjadi landasan utama As-Sunnah dalam merespons kerusakan lingkungan. Prinsip tersebut menegaskan bahwa segala bentuk tindakan yang merugikan manusia dan alam harus dihindari, karena bertentangan dengan nilai dasar Islam.

Anjuran Menanam dan Memelihara Alam

Nabi Muhammad SAW tidak hanya melarang perusakan lingkungan, tetapi juga mendorong umatnya untuk aktif menjaga dan memperbaiki alam. Hal ini ditegaskan dalam hadis riwayat Anas bin Malik RA:

“Tidaklah seorang Muslim menanam pohon atau menabur tanaman, lalu dimakan oleh burung, manusia, atau hewan, melainkan itu menjadi sedekah baginya.”
(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa aktivitas ekologis, seperti menanam pohon dan menjaga tanaman, bernilai ibadah. Setiap manfaat yang dirasakan makhluk hidup dari perbuatan tersebut dicatat sebagai sedekah yang terus mengalir.

Kesucian Alam dan Perlindungan Satwa

Keteladanan Nabi SAW dalam menjaga lingkungan juga tampak dalam sikap beliau terhadap tanah Makkah. Dalam hadis riwayat Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW menegaskan kesucian Makkah dengan melarang perusakan alam di wilayah tersebut.

Larangan mencabut rumput, menebang pohon, mengusir satwa liar, dan merusak ekosistem Makkah menunjukkan bahwa Islam telah menetapkan prinsip konservasi lingkungan secara tegas. Alam tidak boleh dieksploitasi secara sewenang-wenang, bahkan di wilayah yang dianggap suci.

Baca juga: People Power Dalam Pandangan Mata Akademisi, Sangat Berbahaya

Keteladanan Nabi dan Realitas Lingkungan Modern

Sikap Nabi SAW dalam menjaga alam bukan semata bentuk kecintaan terhadap tanah kelahiran, melainkan manifestasi tanggung jawab moral dan spiritual terhadap ciptaan Allah SWT. Keteladanan ini terasa kontras dengan realitas saat ini, seperti deforestasi masif, kepunahan satwa, dan pencemaran sungai serta daratan akibat sampah.

Pertanyaan reflektif pun muncul: pantaskah kerusakan lingkungan terus dibiarkan, sementara Rasulullah SAW telah memberikan contoh penjagaan alam yang begitu sempurna?

Nilai Ekologis dalam Kisah Dua Kuburan

Nilai ekologis As-Sunnah juga dapat dipahami melalui kisah dua kuburan sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA. Rasulullah SAW menancapkan pelepah kurma basah di atas dua kuburan dengan harapan dapat meringankan siksa penghuninya selama pelepah tersebut belum kering.

Hadis ini mengandung pesan mendalam tentang kebermanfaatan makhluk hidup, bahkan setelah kematian. Konsep sedekah jariyah dalam kisah ini memiliki dimensi teologis sekaligus ekologis, karena melibatkan unsur alam sebagai sarana kebaikan.

As-Sunnah sebagai Etika Ekologis Umat Islam

Masih banyak hadis lain yang memuat ajaran pelestarian lingkungan. Namun, hadis-hadis yang telah diuraikan sudah cukup menggambarkan kerangka As-Sunnah yang komprehensif dalam menjaga alam.

Dengan demikian, As-Sunnah layak dijadikan dasar etika ekologis bagi umat Islam masa kini. Cukuplah Nabi Muhammad SAW sebagai uswah hasanah yang menginspirasi tindakan nyata dalam menjaga bumi sebagai amanah dari Allah SWT. Wallāhu a‘lam.

Penulis: Binti Sa’diyah, Mahasiswa Semester 1 (IAT) Institut Ilmu Al-Qur’an

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *