Milenianews.com, Mata Akademisi – Dalam beberapa dekade terakhir, China telah muncul sebagai kekuatan ekonomi global yang tak bisa diabaikan. Dengan PDB (Produk Domestik Bruto) mencapai 18,1 triliun USD pada 2023, China kini berdiri sebagai raksasa ekonomi kedua setelah Amerika Serikat. Namun, pertanyaannya adalah: Apakah dominasi ini lebih membawa peluang atau ancaman bagi stabilitas ekonomi dunia, khususnya Indonesia?
China telah mengambil alih kendali rantai pasokan dunia berkat reformasi ekonomi yang dimulai pada akhir 1970-an. Produk “Made in China” kini mendominasi pasar global, dari elektronik hingga tekstil. Namun, ketergantungan dunia pada manufaktur China juga menghadirkan risiko sistemik yang tidak bisa dianggap remeh.
Pandemi COVID-19 adalah contoh nyata bagaimana gangguan produksi di China dapat merusak ekonomi global. Apakah kita telah menciptakan sistem yang terlalu bergantung pada satu negara? Jawabannya tampaknya ya, dan ini membuat ekonomi global berada dalam posisi yang rentan.
Baca juga: Pertarungan Ekonomi Global dan Usaha Manusia Mematikan Tuhan
Di sisi lain, China terus mengembangkan inisiatif ambisius seperti Belt and Road Initiative (BRI), yang tidak hanya berfungsi sebagai alat investasi ekonomi tetapi juga sebagai alat geopolitik. Banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, menyambut baik investasi ini.
Namun, kita harus bertanya pada diri sendiri: Apakah kita benar-benar menyadari risiko jangka panjang dari ketergantungan ini? Ketergantungan ekonomi sering kali diikuti oleh ketergantungan politik. BRI bisa jadi lebih dari sekadar investasi, ini bisa menjadi perangkap geopolitik yang membelenggu negara-negara penerima dalam hubungan yang tidak seimbang.
Indonesia, sebagai mitra dagang terbesar China, merasakan dampak langsung dari hubungan ini. Produk-produk seperti minyak kelapa sawit dan batu bara memiliki pasar besar di China. Namun, ketergantungan ini tidak selalu menguntungkan.
Ketika ekonomi China melambat, dampaknya langsung terasa di Indonesia. Kita harus siap menghadapi risiko ini dengan cermat. Ketergantungan yang berlebihan bisa membatasi kemampuan Indonesia untuk membuat keputusan ekonomi yang independen.
Dalam konteks geopolitik global, hubungan kita dengan China bisa menjadi semakin rumit. Ketegangan antara China dan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, menempatkan Indonesia dalam posisi yang sulit. Apakah kita bisa mempertahankan kemandirian politik dan ekonomi, atau justru terjebak dalam konflik kekuatan besar? Indonesia harus lebih aktif dalam diplomasi internasional untuk melindungi kepentingan nasionalnya.