Milenianews.com, Mata Akademisi — Banjir yang melanda berbagai wilayah di Sumatera dan Aceh dalam beberapa waktu terakhir telah menjadi perhatian nasional. Rumah-rumah terendam, ribuan warga terpaksa mengungsi, dan kerugian material terus bertambah. Namun, di balik peristiwa tersebut, muncul beragam penjelasan dari masyarakat, media, hingga pemerintah. Sebagian pihak menyalahkan cuaca ekstrem, sebagian lain menuding kerusakan lingkungan, sementara ada pula yang memandangnya sebagai musibah semata.
Di sinilah filsafat ilmu memiliki peran penting. Melalui perspektif filsafat ilmu, kebenaran tentang banjir dapat dipahami secara lebih mendalam, diuji secara rasional, dan dibedakan dari opini atau asumsi yang tidak berdasar. Pendekatan ini membantu masyarakat untuk tidak terjebak pada penjelasan yang simplistis, melainkan melihat bencana secara objektif dan komprehensif.
Banjir sebagai Fakta Ilmiah dalam Perspektif Kebenaran Korespondensi
Dalam filsafat ilmu, kebenaran ilmiah didasarkan pada fakta yang dapat diverifikasi. Banjir bukanlah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab, melainkan dapat dijelaskan melalui data curah hujan, kondisi tanah, tutupan hutan, serta sistem pengaliran air. Ketika curah hujan tinggi terjadi bersamaan dengan wilayah yang mengalami penggundulan hutan secara besar-besaran, banjir menjadi konsekuensi logis yang sulit dihindari.
Teori kebenaran korespondensi menyatakan bahwa suatu klaim dianggap benar apabila sesuai dengan realitas objektif. Dalam konteks banjir di Sumatera dan Aceh, teori ini menuntut kejujuran dalam melihat kondisi lapangan. Data mengenai hujan ekstrem, kerusakan hutan, dan perubahan tata ruang menunjukkan bahwa banjir dipengaruhi oleh kombinasi faktor alam dan aktivitas manusia. Fakta-fakta tersebut menjadi dasar penilaian objektif, bukan sekadar asumsi atau narasi yang berkembang di ruang publik.
Metode Ilmiah sebagai Dasar Pengetahuan tentang Banjir
Filsafat ilmu menekankan pentingnya metode ilmiah dalam menemukan kebenaran. Setiap informasi mengenai banjir perlu diuji melalui observasi, pengukuran, dan analisis ilmiah. Klaim bahwa banjir terjadi hanya karena hujan deras, misalnya, perlu dibuktikan dengan data: apakah curah hujan benar-benar melampaui batas normal, dan apakah wilayah tersebut masih memiliki daya serap air yang memadai.
Tanpa metode ilmiah, pendapat yang tidak akurat berpotensi diterima sebagai kebenaran. Oleh karena itu, pendekatan ilmiah menjadi fondasi penting agar pengetahuan tentang banjir dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan tidak menyesatkan masyarakat.
Perbedaan Penafsiran dan Persoalan Epistemologis
Meskipun fakta ilmiahnya sama, banjir sering ditafsirkan secara berbeda oleh masyarakat. Ada yang memaknainya sebagai ujian, ada yang menyalahkan kebijakan pemerintah, dan ada pula yang menilainya sebagai akibat kerusakan lingkungan. Perbedaan ini terjadi karena pengetahuan manusia dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, dan konteks sosial masing-masing.
Dalam kajian epistemologi, perbedaan tersebut menunjukkan bahwa kebenaran sosial tidak selalu sejalan dengan kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu, pendekatan filsafat ilmu membantu menjembatani kesenjangan tersebut dengan menempatkan bukti dan metode ilmiah sebagai rujukan utama dalam memahami banjir secara lebih jelas dan rasional.
Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi
Informasi Digital dan Tantangan Kebenaran
Di era digital, informasi tentang banjir menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial. Namun, kecepatan ini tidak selalu berbanding lurus dengan kebenaran. Hoaks, potongan video, dan narasi yang dibesar-besarkan kerap memicu kepanikan serta kesalahpahaman.
Filsafat ilmu mengingatkan bahwa kebenaran harus didasarkan pada bukti yang dapat diuji, bukan sekadar opini yang viral. Oleh karena itu, masyarakat perlu memiliki kemampuan literasi kritis agar dapat memilah informasi, membedakan fakta dari spekulasi, serta menghindari kesimpulan yang menyesatkan.
Teori Koherensi dan Ketidaksinkronan Kebijakan
Jika dilihat dari sudut pandang teori kebenaran koherensi, suatu gagasan dinilai benar apabila konsisten dengan sistem pengetahuan yang telah ada. Dalam kasus banjir Sumatera dan Aceh, pemerintah secara teoretis mengakui pentingnya hutan sebagai penyangga lingkungan. Namun, pada saat yang sama, izin pembukaan lahan skala besar masih diberikan.
Ketidaksinkronan antara pengetahuan dan praktik inilah yang memperparah kondisi lingkungan. Filsafat ilmu menegaskan bahwa pengetahuan tidak cukup hanya diketahui, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Ketika pengetahuan ilmiah diabaikan, bencana yang terjadi tidak lagi murni bersifat alamiah, melainkan hasil dari kegagalan menerapkan ilmu dalam kebijakan publik.
Reboisasi dan Kebenaran Pragmatis
Reboisasi menjadi salah satu solusi yang dapat ditawarkan untuk mencegah dan mengurangi risiko banjir. Jika kebijakan reboisasi dan larangan penebangan hutan secara besar-besaran diterapkan secara konsisten, lalu terbukti mampu mengurangi kejadian banjir, maka dalam perspektif teori kebenaran pragmatis, kebijakan tersebut dapat dianggap benar.
Pragmatisme menilai kebenaran berdasarkan manfaat dan hasil nyata. Dengan demikian, kebijakan lingkungan yang efektif tidak hanya benar secara teoritis, tetapi juga benar karena memberikan dampak positif bagi masyarakat dan ekosistem.
Memahami banjir di Sumatera dan Aceh melalui perspektif filsafat ilmu membantu kita melihat peristiwa ini secara lebih rasional, objektif, dan menyeluruh. Kebenaran tentang banjir tidak dapat dibangun hanya dari opini, melainkan harus bersandar pada fakta yang dapat diuji, metode ilmiah, dan konsistensi antara pengetahuan dan tindakan.
Pada akhirnya, filsafat ilmu mengingatkan bahwa pencarian kebenaran bukan sekadar aktivitas intelektual, tetapi juga panggilan untuk bertindak berdasarkan pengetahuan yang benar. Dengan pemahaman yang tepat, langkah pencegahan bencana dapat dilakukan secara lebih bijak demi kebaikan bersama dan keberlanjutan lingkungan.
Penulis: Feyza Nabila Kiara Putri, Mahasiswa Semester 1 (IAT) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













