Milenianews.com, Mata Akademisi– Setelah Allah membiarkan dua laut yang memiliki dua karakter air bertemu namun tidak saling melampaui (al-Qur’an Syrat al-Rahman, Red), kemudian Allah memberi karunia mutiara dan marjan di dasar lautan yang dalam, pada ayat berikutnya Allah memberi karunia di atas permukaan laut, yakni bahtera-bahtera yang mengapung di lautan.
Allah berfirman, “Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.” (QS. al-Rahman/55: 24). Bagi Muhammad Yusuf Ali, yang dimaksud frasa “kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera” adalah bahwa bahtera-bahtera itu karunia Allah.
Bahtera-bahtera (al-Jawar) di dalam Tafsir Jalalain disamakan dengan kapal-kapal (al-Sufun). Lebih luas bisa berarti kapal api, kapal pesiar (yacht), kapal induk, termasuk kapal selam. Inspirasi dan ilmunya dari Allah, teknologinya manusia yang mengembangkan. Ayat ini termasuk ayat sains dalam bidang perkapalan.
Teknik membuat kapal, seperti dalam ayat di atas, layarnya harus tinggi seperti gunung. Setidaknya ada dua fungsi layar pada sebuah kapal. Pertama, memusatkan angin agar muncul energi dorong bagi kapal. Kedua, mengendalikan laju kapal. Faktanya memang kapal layar menggunakan tenaga angin untuk mendorong kapal agar melaju.
Namun begitu, Allah tidak hanya memberi inspirasi untuk membuat bahtera-bahtera di atas lautan, tapi Allah juga menundukkan lautan di bawah kuasa-Nya sehingga bahtera-bahtera tidak tenggelam. Allah berfirman, “Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. al-Jatsiyah/45: 12).
Dalam ayat ini, yang dimaksud “menundukkan adalah membuat agar lautan dapat dijelajahi di setiap penjurunya dengan menggunakan kapal. Pada ayat lain, Allah menundukkan lautan agar manusia dapat menangkap ikan, “Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan).” (QS. al-Nahl/16: 14).
Hari ini jutaan kapal mengapung di permukaan laut. Kapal antarpulau dalam negara dan antarnegara mendistribusikan makanan dan minum. Pergerakan barang dan jasa menyebar hingga pulau terluar, terpencil, dan terjauh. Dengan kapal orang juga bisa melakukan pelesiran dengan kapal pesiar, mengawasi teritorial negara, dan menangkap ikan serta mengeksplorasi mineral.
Inilah nikmat terkait laut yang telah Allah karuniakan mulai dari dua laut dengan dua karakter rasa, lalu di dalam laut Allah tumbuhkan mutiara dan marjan, dan di atas permukaannya Allah jadikan bahtera mengapung. Pantas saja kalau kembali Allah bertanya, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 25).
Penulis: Dr. KH. Syamsul Yakin MA., Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.