Milenianews.com – Belakangan, istilah “avoidant” sering banget berseliweran di media sosial. Katanya, orang dengan tipe ini bakal langsung jaga jarak begitu hubungan mulai terasa terlalu dekat. Sekilas keliatan cuek dan mandiri banget, tapi tunggu dulu bukan berarti mereka nggak punya perasaan. Justru di balik sikap tenang itu, ada rasa takut tersendiri buat kelihatan “terlalu terbuka.”
Istilah ini muncul dari konsep attachment style alias gaya keterikatan, yang pertama kali dikembangkan oleh dua psikolog legendaris: John Bowlby dan Mary Ainsworth. Teori ini menjelaskan gimana hubungan kita dengan orang tua waktu kecil bisa kebawa sampai dewasa terutama dalam cara kita menjalin hubungan romantis. Dari situ muncul empat gaya keterikatan: secure (aman), anxious (cemas), avoidant (menghindar), dan disorganized (campur aduk).
Baca juga: Apa Sih Istilah Generasi Sandwich? Yuk Simak
Nah, buat si avoidant, kedekatan emosional itu kadang terasa kayak jebakan. Menurut Cleveland Clinic (2024), gaya ini termasuk tipe insecure attachment alias keterikatan yang nggak aman. Ciri khasnya? Mereka butuh banget ruang pribadi, nggak nyaman ngomongin perasaan, dan sering menolak bantuan atau dukungan dari orang lain. Bukan karena sombong, tapi karena secara bawah sadar mereka percaya kalau bergantung pada orang lain itu berisiko.
Penjelasan dari Verywell Mind bilang, pola ini biasanya terbentuk sejak kecil khususnya kalau anak tumbuh di lingkungan yang kurang responsif secara emosional. Misalnya, waktu anak sedih, tapi orang tua malah nyuruh “udah, jangan nangis.” Lama-lama anak belajar kalau nunjukin perasaan itu percuma, bahkan bisa bikin kecewa. Dan ketika dewasa, pola ini muncul lagi: susah percaya, susah terbuka, dan gampang mundur waktu hubungan mulai serius.
Perilaku cuek itu bukan artinya tidak peduli
Dalam hubungan percintaan, orang avoidant sering dianggap “dingin” atau “nggak butuh siapa-siapa.” Padahal, mereka justru takut banget kehilangan kontrol. Saat pasangan mulai terlalu dekat, insting pertama mereka biasanya: menjauh dulu, ah. Sayangnya, menurut riset dari Frontiers in Psychology (2021), kebiasaan ini bikin hubungan cenderung nggak stabil. Mereka sering menghindari konflik, tapi akhirnya malah numpuk emosi tanpa terselesaikan.
Kabar baiknya, gaya keterikatan ini bisa banget diubah. Kata Verywell Health (2024), terapi berbasis keterikatan (attachment-based therapy) bisa bantu seseorang belajar membuka diri pelan-pelan. Dengan pendampingan profesional, si avoidant bisa mulai belajar bahwa kedekatan itu nggak harus menakutkan. Kuncinya: komunikasi, kejujuran, dan keberanian buat ngebuka diri.
Baca juga: Apa Itu Mokondo? Istilah Gaul yang Lagi Viral di Media Sosial
Pada akhirnya, ngerti gaya keterikatan diri sendiri bukan buat ngecap diri “aku tuh emang avoidant,” tapi biar bisa tumbuh lebih sehat secara emosional. Karena hubungan yang baik itu bukan soal siapa yang paling kuat atau mandiri, tapi soal gimana dua orang bisa ngerasa aman buat saling terbuka.
Jadi, kalau kamu sering merasa pengen menjauh waktu hubungan mulai serius mungkin bukan karena kamu dingin, tapi karena ada bagian dari dirimu yang cuma butuh waktu buat belajar percaya.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.