Milenianews.com – Trauma dapat “menyebar” kepada orang-orang terdekat yang memiliki hubungan emosional, disebabkan oleh paparan cerita traumatis yang berkelanjutan. Fenomena ini dikenal sebagai trauma sekunder. Trauma sekunder bukanlah pengalaman yang dialami secara langsung, melainkan muncul akibat mendengar pengalaman traumatik orang lain.
Baca juga: Brawijaya Hospital Depok Luncurkan Klinik Nyeri & Trauma Center
Rasa sakit yang sama seperti yang dialami oleh penderita trauma dapat semakin mendalam jika cerita tersebut diceritakan berulang kali, sehingga pendengar memiliki ingatan yang menjadi nyata dan mengakibatkan trauma sekunder.
Profesional rentan terpapar trauma sekunder
Dokter spesialis kesehatan mental, psikiater dr. Jiemi Ardian Sp. KJ, yang merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret Surakarta, menjelaskan fenomena ini dalam acara peluncuran buku berjudul “Pulih dari Trauma” di Gramedia Jalma, Jakarta. Ia menyebutkan bahwa dalam dunia profesional, frekuensi atau pengulangan situasi tersebut memungkinkan munculnya trauma sekunder, yang dapat diartikan sebagai trauma yang “tertular”.
Jiemi menambahkan bahwa trauma sekunder bisa terjadi pada individu yang profesinya mengharuskan mereka untuk menyaksikan secara langsung situasi traumatis, seperti polisi yang menangani kasus pembunuhan atau psikiater yang mendengarkan cerita traumatis dari pasiennya.
“Contohnya, ketika saya mengetahui bahwa ibu saya mengalami sesuatu yang mengkhawatirkan atau sahabat dekat saya mengalami peristiwa yang sama, kedekatan emosional inilah yang mengarah pada trauma sekunder,” jelas Jiemi.
Ia menyatakan bahwa manusia dapat merasakan kesakitan yang dialami oleh orang lain, terutama bagi mereka yang memiliki hubungan dekat. Namun, jika hanya melihat atau mendengar cerita tentang seseorang yang mengalami trauma tanpa adanya kedekatan, itu akan hanya menimbulkan rasa empati.
Cerita bisa menyebarkan luka tapi juga penyembuhan
“Konteksnya adalah bukan berarti kita harus berhenti bercerita, karena jika trauma dapat ditularkan, maka proses penyembuhan juga dapat tersalurkan, kekuatan pun bisa ditularkan, dan rasa welas asih juga dapat menyebar. Jadi, tidak perlu khawatir jika trauma dapat menular, karena hal positif lainnya juga bisa menyebar,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa untuk mencegah trauma yang semakin parah pada individu yang mengalami dan di sekitar mereka, sangat penting untuk memahami adanya pengulangan cerita yang berlawanan dengan memori yang telah terbentuk. Pengulangan ini bisa berupa afirmasi positif bahwa ancaman itu tidak ada, sehingga memori negatif dapat tergantikan oleh memori positif yang baru.
Baca juga: Seberapa Pengaruh Kekerasan Masa Kecil dengan Trauma Saat Dewasa?
Jiemi menambahkan, jika seseorang mengalami trauma yang sulit dihadapi sendiri, sebaiknya meminta bantuan dari seorang profesional untuk mendapatkan dukungan.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.