Milenianews.com – Penggunaan ganja memang cukup kontroversial. Di Indonesia, ganja merupakan bahan ilegal dan termasuk ke dalam obat-obatan terlarang. Meski begitu, penelitian menunjukkan bahwa ganja memiliki manfaat untuk kesehatan.
Ganja sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan obat penyakit. Namun dalam dunia kedokteran modern, penggunaan ganja atau marijuana masih menuai kontroversi. Ada satu uji klinis terbaru yang menyebut bahwa ganja dapat membantu anak penderita autism.
Baca Juga : Bahaya Daun Kratom yang Lebih Dahsyat dari Morfin dan Ganjy
Nah, sobat milenia juga penasarankan apakah ganja medis itu efektif atau tidak, untuk membantu penderita Autism? Yuk langsung saja simak penjelasan dibawah!
Melansir laman Express.co.uk, penelitian tersebut melihat dampak ganja medis pada orang dengan autisme. Ganja medis merupakan bentuk obat alami yang berpotensi membantu mengobati beberapa kondisi, termasuk pada gangguan autisme.
Mengenal autisme lebih dekat

Autism spectrum disorder (ASD) atau autisme adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi dan perilaku. Meskipun dapat terdiagnosis pada usia berapa pun, autisme dikatakan sebagai gangguan perkembangan karena gejala umumnya muncul dalam dua tahun pertama kehidupan.
Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, orang-orang dengan ASD memiliki gejala :
- Kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
- Minat terbatas dan perilaku berulang.
- Gejala yang bisa mengganggu orang lain untuk belajar atau bekerja di sekolah, kantor, atau lingkungan.
- Mengalami masalah tidur dan lekas marah.
Beberapa penelitian kecil menunjukkan bahwa anak penderita autisme bisa mendapat manfaat dari efek terapeutik ganja. Berikut penjelasannya:
Efektifkah ganja bantu penderita autisme?
Meski lebih dikenal sebagai bahan pemicu kecanduan dan ilegal di Indonesia, apakah ganja dapat efektif dalam pengobatan autisme?
Menjawab hal tersebut, sebuah penelitian kecil dari Israel menemukan bahwa ekstrak ganja dapat digunakan untuk pengobatan gejala ASD.
Studi pengamatan ini mengumpulkan data tentang perilaku sebelum dan sesudah pengobatan dengan ekstrak ganja pada 188 remaja yang terdiagnosis ASD. Peneliti ingin memeriksa kualitas hidup dan perubahan suasana hati semua remaja itu.
Hasilnya, pengidap autism yang diobati dengan ekstrak ganja, mengalami kemajuan yang signifikan, dari kelompok kontrol yang diberi plasebo.
Tak hanya itu, cannabidiol (CBD) dalam ganja juga telah terbukti membantu perilaku cemas dan mengobati masalah perilaku pada anak-anak dengan autisme.
Anak-anak yang diberikan ekstrak ganja mengalami peningkatan sebesar 49 persen dan 53 persen pada dua skala. Di mana dokter dan orang tua mengukur gejala autism dan perilaku mengganggu.
Angka itu jauh lebih tinggi dari perawatan dengan menggunakan plasebo, yakni meningkat 21 persen dan 44 persen.
Selain itu, kualitas hidup, suasana hati, dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dinilai sebelum pengobatan dan enam bulan kemudian.
Hasilnya, kualitas hidup naik dari 31,3 persen sebelum memulai pengobatan, menjadi 66,8 persen setelah enam bulan pengobatan. Suasana hati juga meningkat dari 42 persen, menjadi 63,5 setelah enam bulan pengobatan.
Studi kecil ini memang membuktikan bahwa pengobatan dengan ekstrak ganja dapat menjadi pengobatan autisme pada anak yang meliputi kualitas hidup, suasana hati, dan masalah perilaku.
Baca Juga : 5 Cemilan Sehat Buat Nemenin Kamu Belajar Ataupun Ngantor
Meski begitu, efektivitas dan keamanan ganja untuk autisme (dan penyakit apa pun) harus di evaluasi lebih lanjut dalam uji klinis berskala besar. Bila anak memiliki autisme, konsultasikan dengan dokter sebelum mencoba atau memulai terapi apa pun.
Nah bagaimana pendapat sobat milenial mengenai ganja medis untuk membantu anak autism?
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.