Milenianews.com – Pernahkah kalian merasa bahwa jiwa kalian terlepas dari raga? atau kalian pernah merasakan mati rasa seperti tidak memiliki indera perasa?
Hal itu merupakan tanda-tanda pada diri seseorang, bahwa orang tersebut memiliki gangguan mental bernama depersonalisasi atau derealisasi. Depersonalisasi merupakan gangguan mental yang mana seseorang merasa terpisah dari pikiran, perasaan hingga lingkungan sekitarnya.
Baca Juga : Perfeksionis Dapat Ganggu Kesehatan Mental
Meski begitu, keadaan seseorang yang mengalami gangguan mental tersebut masih tetap sadar dan tidak kehilangan kontak dengan kenyataan. Mereka menyadari, bahwa persepsi yang aneh tersebut tidaklah nyata.
Adapun gejala dari gangguan mental tersebut terbagi menjadi 2 kategori, yakni gejala depersonalisasi dan gejala derealisasi.
Gejala depersonalisasi dan derealisasi

Melansir dari healthline, bahwa gejala depersonalisasi memiliki enam gejala yang meliputi :
- Merasa seperti berada di luar tubuh.
- Merasa terlepas dari diri sendiri.
- Mati rasa di pikiran atau tubuh.
- Merasa seolah-olah tidak dapat mengendalikan apa yang sedang dilakukan atau katakan.
- Merasa seolah-olah bagian tubuh salah ukurannya.
- Kesulitan melampirkan emosi ke ingatan.
Sementara itu, gejala derealisasi meliputi lima gejala, yakni :
- Mengalami kesulitan mengenali lingkungan.
- Merasa seperti terdapat dinding kaca yang memisahkan diri dari dunia.
- Merasa dapat melihat apa yang ada di luar, tetapi tidak dapat terhubung.
- Merasa seperti lingkungan tidak nyata atau tampak datar, buram, terlalu jauh, terlalu dekat, terlalu besar, atau terlalu kecil.
- Masa lalu mungkin terasa sangat baru, sementara peristiwa baru-baru ini terasa seolah-olah sudah lama terjadi.
Seseorang yang mengalami derealiasi, akan merasa hidupnya seperti robot, mengamati diri dari luar tubuh. Tak sedikit orang yang mengalami gangguan ini, merasa takut menjadi gila, depresi dan mengalami gangguan kecemasan.
Baca Juga : Kenali Gejala Anxiety Disorder dan Penanganannya
Penyebab derealisasi
Meskipun belum tahu penyebab awal munculnya gangguan ini, penyedia layanan kesehatan tidak dapat mengidentifikasi apa yang memicu gangguan tersebut.
Namun, melansir dari Cleveland Clinic, peneliti mendiagnosis bahwa umumnya gangguan tersebut akibat dari trauma psikis pada masa lalu. Seperti mengonsumsi obat-obatan tertentu, kurang tidur atau stimulasi sensorik.
Tak hanya itu saja, penyebab derealisasi dapat dipicu oleh beberapa faktor, yakni.
- Orang tua dengan penyakit mental yang parah.
- Kecelakaan.
- Bahaya yang mengancam jiwa.
- Bencana alam.
- Kekerasan.
- Perang.
Baca Juga : Mengenal Perbedaan Antara Bipolar dan Kepribadian Ganda
Cara mengatasi depersonalisasi
Untuk mengatasi gangguan tersebut, dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang. Selain itu, ada beberapa tindakan yang perlu dijalani oleh orang yang mengalami derealisasi diantaranya :
1. Psikoterapi
Dengan melakukan psikoterapi, maka seseorang dapat mengutarakan perasaan dengan lebih baik tentang konflik psikologis yang dapat mengarah pada pengalaman depersonalisasi.
Oleh karena itu, jenis terapi ini cocok untuk untuk membantu seseorang mengenali dan mengomunikasikan pikiran dengan orang lain.
2. Obat-obatan
Mengonsumsi obat, umumnya tidak dianjurkan untuk orang yang memiliki gangguan depersonalisasi.
Namun, jika seseorang dengan gangguan disosiatif juga menderita depresi atau kecemasan, mereka mungkin mendapatkan manfaat dari obat antidepresan atau anti-kecemasan.
Obat antipsikotik juga terkadang digunakan untuk membantu pemikiran dan persepsi yang tidak teratur terkait dengan depersonalisasi.
3. Terapi keluarga
Terapi ini membantu mendidik keluarga, tentang gangguan dan penyebabnya, serta membantu anggota keluarga untuk mengenali gejala depersonalisasi.
4. Terapi kreatif (terapi seni/terapi musik)
Terapi ini memungkinkan pasien untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan cara yang aman dan kreatif.
5. Hipnosis klinis
Teknik perawatan ini menjadi teknik terakhir yang memungkinkan relaksasi intens, konsentrasi, dan perhatian terfokus untuk mencapai keadaan kesadaran.(Eka Herdit)
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.