Milenianews.com – Fenomena astronomi tahunan bernama Aphelion kembali terjadi. Aphelion adalah kondisi ketika Bumi mencapai jarak terjauhnya dari Matahari dalam orbit elipsnya. Pada momen puncaknya, yang jatuh pada 4 Juli 2025 pukul 02.54 WIB (atau 3 Juli pukul 19.54 UTC), jarak antara pusat Bumi dengan Matahari mencapai sekitar 152 juta kilometer. Angka ini lebih jauh sekitar 2,5 juta kilometer dibanding jarak rata-rata Bumi ke Matahari yang biasanya sekitar 149,6 juta kilometer.
Baca juga: Fenomena Aphelion 2025 Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari Benarkah Picu Cuaca Dingin
Fenomena ini bersifat global dan dialami seluruh belahan Bumi, karena merupakan bagian alami dari perjalanan planet kita mengelilingi Matahari. Aphelion tidak hanya terjadi sekali dalam sejarah, melainkan berulang setiap tahun pada waktu yang relatif sama. Kebalikannya adalah Perihelion, yaitu saat Bumi berada di titik terdekat dengan Matahari, yang biasanya terjadi pada awal Januari.
Suhu dingin di Indonesia tidak disebabkan aphelion
Banyak masyarakat, khususnya di Indonesia, sering mengaitkan Aphelion dengan suhu dingin yang terasa lebih menusuk di musim kemarau. Hal ini wajar mengingat Aphelion terjadi bertepatan dengan puncak kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun, para pakar klimatologi dan astronomi menegaskan bahwa suhu dingin di musim kemarau bukan semata-mata akibat jarak Bumi ke Matahari. Faktor utama yang memengaruhi musim adalah kemiringan sumbu Bumi sekitar 23,5°, yang mengatur intensitas penyinaran matahari di setiap wilayah.
BMKG menjelaskan bahwa Aphelion merupakan fenomena rutin tahunan yang tidak menimbulkan gangguan cuaca signifikan. Suhu dingin yang muncul di Indonesia lebih dipengaruhi oleh musim kemarau, kondisi langit cerah yang memudahkan pelepasan panas ke angkasa di malam hari, serta Monsun Dingin Australia yang meniupkan angin kering dan relatif dingin ke wilayah tropis. BRIN juga menegaskan bahwa kabar atau mitos seputar Aphelion yang memicu flu, batuk, atau penyakit tertentu adalah hoaks dan perlu diluruskan.
Aphelion merupakan momen sesaat tanpa durasi berhari-hari
Secara teknis, Aphelion hanya terjadi di satu titik waktu tertentu. Setelah melewati titik terjauh itu, Bumi akan terus melanjutkan orbitnya mengelilingi Matahari, secara perlahan kembali mendekat hingga mencapai Perihelion awal tahun depan. Dengan demikian, fenomena Aphelion tidak memiliki durasi yang berlangsung berhari-hari, melainkan hanya berupa puncak sesaat.
Baca juga: Penemuan Terbaru! Astronom Menemukan Tiga Planet Redup!
Walaupun secara teoritis intensitas radiasi Matahari sedikit menurun saat Aphelion, dampaknya di wilayah tropis Indonesia hampir tidak terasa. Hal ini terjadi karena faktor lain lebih dominan, seperti pola angin musiman dan curah hujan. Musim panas di belahan Bumi utara memang sedikit lebih panjang akibat kecepatan orbit Bumi yang melambat di sekitar Aphelion. Namun, efeknya di Indonesia nyaris diabaikan. Fenomena ini adalah bagian normal dari dinamika tata surya dan tidak membawa ancaman bagi kehidupan sehari-hari.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.