Milenianews.com, Jakarta– Seniman dan penyair, Dwi Bagus MB, meluncurkan buku kumpulan sajak bertajuk Trubadur pada Jumat malam, 8 Maret 2024 lalu. Trubadur dirilis secara sederhana, ala pesta rakyat. Bukan di gedung pusat kesenian, tapi di panggung lapangan Kompleks DPR III, Meruya Selatan, Jakarta Barat. Tidak heran kalau suasananya sangat cair dan terkesan homely. Sajak atau puisi jadi tidak berjarak dengan pendengarnya ketika dibacakan. Apalagi tokoh masyarakat, termasuk lurah Meruya Selatan, ibu-Ibu PKK dan kader Dasawisma ikut membacakan sajak-sajak dalam Trubadur ini.
Respons audiens juga menambah keakraban, ditambah ambient yang sangat mendukung. Ada meja di sisi panggung berisi camilan tradisional rebus-rebusan; kacang, ubi, singkong, jagung dan sebagainya, kopi, teh, juga ada bakso lengkap dengan sepedanya. Sementara bocah-bocah sebagian duduk di depan ikut menyimak pembacaan puisi sambil sesekali berceloteh mengomentari kejadian di atas pentas, sebagian lagi berseliweran di sekitar panggung. Benar-benar pesta rakyat yang hangat dan mengasyikkan.
Baca Juga : Pasangan Dwi Bagus MB dan Cica Karmila Luncurkan Buku “Pasanganmu Bukan Seonggok Daging”
Peluncuran buku kumpulan sajak Trubadur ini menandai 60 tahun usia sang Penulis. Ada 47 sajak, dan—ini yang menarik—1 Repertoar berjudul “Dehem”. Jarang ada buku kumpulan puisi yang “dibarengi” dengan karya sastra genre lainnya.
Dwi Bagus MB, yang biasa disapa “MB”, sehari-hari bekerja sebagai Kepala Unit Kamar Jenazah RS Khusus Bedah Halimun, Jakarta. Tapi dia juga tetap seniman, yang terus bergeliat dan berkarya. “Menulis sajak atau karya sastra lainnya adalah salah satu cara untuk menjaga kewarasan,” kata Dwi Bagus dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Berikut adalah sajak Trubadur:
Akulah Sang Trubadur
Bertahun memintal kata
Sepanjang hari menggubah nada
Menjaja suara tentang cinta
Jangan pandang aku sebelah mata
Aku bukan manusia biasa
Karena terbiasa menelan duka lara
Diempas nasib
Digilas takdir
Ditipu harapan
Kalian sangka aku akan jatuh?
Tidak!
Aku bergeming bagai karang
Aku tetap Trubadur
Meski tak punya panggung