Bagai Turunnya Secercah Hujan, Rintangan Membentuk Pribadi Berlian

lomba menulis artikel
lomba menulis artikel

Oleh : Dita Ria Cahya Ningsih

Milenianews.com – Tidak pernah terpikir bagaimana tiap tetes air hujan jatuh ke bumi mengenai benda yang tak terlindungi. Hingga selalu muncul pertanyaan apakah dengan secercah air itu sebongkah batu akan hancur detik itu juga? Tentu tidak bukan. Setitik demi setitik air yang diturunkan secara bersamaan akankah menggugurkan gunung-gunung detik itu juga? Dan yang pasti tidak. Akankah kita berfikir deraian hujan akan terus berlanjut tanpa pernah berhenti? 

Hujan itu, akan indah jika dapat dirasakan suasana yang dibawanya. Hujan itu akan terasa indah jika mampu diterimanya. Baik diterima suara derasnya, diterima suara gemuruhnya, diterima suasana dinginnya, dan bahkan diterima tetesan air yang menyerbu kita. Don’t think that we will continue to have bad luck.  

Tentang perjalanan kisah ku, kutuangkan semua dalam ilusi hujan. Semua yang aku alami dan semua harapan yang tertuang dalam benakku tergambar seperti hujan. Dita, begitulah sapaanku dari setiap orang-orang yang mengenaliku, memang lebih terlihat biasa saja dan tidak sangat famous dikalangan masyarakat umum. Nama itu yang hingga kini masih menjadi sebuah usaha untuk mengejar harapan yang kisah pahit-manisnya ditelan sedikit-banyak harapan dan doa yang dilantunkan. Sebuah nama dari seseorang dengan kondisi yang sederhana, seseorang yang memiliki keluarga yang tidak harmonis semenjak masih berusia sangat muda. Umur dimana seseorang masih sangat membutuhkan perhatian dari orang tua namun sudah ditinggalkan oleh keduanya. Orang tuaku lebih memilih menempuh jalan hidupnya masing-masing. 

Kalimantan Utara dengan kabupatennya Nunukan yang tepat menjadi perbatasan antara Negaraku Indonesia dengan negara tetangga Malaysia adalah tempatku dilahirkan. Kelahiranku yang membawa kebahagiaan bagi mereka kedua orang tuaku kala itu karena telah sangat mendabakan kelahiran bayi perempuan. Aku pun tidak tahu betapa bahagianya mereka saat aku menangis tanda aku telah datang kedunia ini dengan seringai senyum diwajah mereka yang memiliki makna terdalam bagi setiap orang tua didunia ini. Bahkan, dikala itu pula perjuangan seorang tua apa lagi perjuangan seorang ibu tidak menjadi sia-sia. Jika kala itu aku anak mereka dapat melihat senyum kedua orang tuaku, sudah pasti aku akan sangat menghormati mereka sebagaimana semestinya. 

Di umurku yang masih dapat dihitung dengan jari dari bulan kelahiranku, orang tuaku memilih untuk memutuskan jalan hidup mereka masing-masing. Tepat di usia 2 tahun aku bersama saudara laki-lakiku dititipkan dan dirawat nenek dan kakekku. Bapakku yang mencari nafkah memenuhi kebutuhan anak-anaknya di Cilacap, tempat asal dari keluarga ibuku. Sedangkan keluarga bapakku sendiri berasal dari Yogyakarta. Bersyukurnya diriku karena dengan keadaan itu menuntun pribadiku menjadi pribadi yang mandiri. 

Seiring berjalan nya waktu aku dibawa ibuku pindah ke Sulawesi selama kurang lebih 5 tahun. Disana telah kupelajari bagaimana aku mendapatkan didikan nilai pahit-manisnya hidup. Berliuk-liuknya situasi menjadi bagian dari sejatinya kehidupan didunia yang aku rasakan. Tepat pada saat aku duduk di kelas 5 Sekolah Dasar (SD), ibuku memutuskan untuk pulang lagi ke Cilacap karena kakekku sedang mengalami sakit keras dan membutuhkan kehadiran ibuku. Karena alasan inilah aku melanjutkan pendidikanku di Cilacap selama 1 setengah tahun.

Setelah kelulusanku dari Sekolah Dasar, aku tinggal bersama bapakku di Jawa Timur. Sebelumnya bapakku bekerja di Kalimantan dan sudah pindah ke Cilacap cukup lama saat usiaku kurang lebih sekitar 5 tahun. Di usia 5 tahun aku masih diitipkan bersama kakakku di rumah nenek dan kakekku tanpa orang tua. Lalu bapakku bekerja di Kalimantan dengan melawan penyakit yang dideritanya yaitu penyakit batu ginjal. Bapakku kemudian menikah lagi dengan seseorang yang berasal dari Jawa Timur, maka dari pada itu aku pindah dan menetap selama 3 tahun di Jawa Timur tepat di daerah Kabupaten Probolinggo yang letaknya dekat dengan pulau Madura. Daerah ini memang terkenal dengan orang-orang yang keras. Banyak kendala yang aku alami ketika tinggal disana yang semakin lama aku telan sendiri, entah itu dari segi bahasa atau perbedaan orang-orangnya yang jauh dari sebagian sikap orang-orang jawa tengah yang notabennya cukup dibilang memiliki sikap lembut. Aku sudah mencoba untuk bertahan dan menerima keadaan di sana, tempat yang menggemblengku menjadi pribadi yang kuat sampai saat ini.

Memori yang tak pernah hilang dan aku jadikan sebuah penyemangat untuk mengejar cita-citaku adalah di saat aku duduk di kelas 7 SMP. Aku sudah terkenal dengan anak yang memiliki kemampuan lebih, banyak sekali teman-temanku yang iri dan membenciku bahkan memfitnah menjadikanku sasaran kambing hitam dengan alasan aku anak yang aktif disekolah. Seiring berjalannya waktu saat aku duduk di bangku kelas 8 SMP semakin banyak hinaan dan celaan mereka terhadapku bahkan sampai aku dikatai mencari perhatian dengan guru untuk bisa mendapatkan nilai bagus.

Ketika aku dicalonkan menjadi ketua OSIS pada periode 2020/2021 yang memang pada awalnya aku menjadi anggota OSIS saat masih duduk di bangku kelas 7 SMP. Cobaan demi cobaan datang dengan silih berganti. Mereka mulai sibuk mengurusi tentang kehidupanku, mulai dari mencaci kekurangan di dalam diriku bahkan sampai mereka mengetahui semua aktivitasku di rumah. Lebih parahnya lagi karena banyak yang menganggap di sana aku memiliki rupa yang cantik dari situ orang-orang di sekitar rumah maupun sekolah dari sebagian laki-laki menggoda tanpa adanya etika membuatku difitnah dengan sebutan orang yang gatal.

Pernah juga aku dituduh menjadi masalah keluarga bapak kebun di SMP kala itu, padahal aku tak tahu-menahu tentang kejadian yang dituduhkan kepadaku. Seiring berjalannya waktu aku mengetahui sebuah fakta bahwa aku difitnah habis-habisan oleh orang-orang yang iri dengan semua prestasiku. 

Aku tinggal bersama bapak dan ibu tiriku, tinggal bersama ibu tiri yang lebih memikirkan anak-anak kandungnya adalah sesuatu yang sangat menyeka perasaan. Walaupun ibuku terbilang baik tetapi sama saja aku diperlakukan tidak adil, dimarahi tanpa sebab karna ulah dari anak kandungnya sendiri menjadikan ku kambing hitam di setiap masalah keluarga. Sampai dititik terendahnya, semua menyalahkanku sebagai anak yang mereka benci karena prestasiku, belum lagi masalah hubungan keluarga yang tiap hari nya naik turun suasananya. Keadaan yang membuatku hampir stress itu yang kurasakan menjadi yang terlemah, takut dengan orang orang di luar sana. Keadaan ini memaksaku menjadi orang yang introvert dengan segala cara aku berniat untuk pindah saja dari tempat itu. 

“Pindahkanlah aku ke Yogyakarta”, itulah pesan terakhir dari almarhum bapak sebelum ia dipanggil terlebih dahulu oleh Sang Maha Kuasa. Saat aku tinggal diyogyakarta selama 1 minggu awal tahun pelajaran baru-baru ini, ada kabar beliau meninggal selepas mengantarkanku ke Jogja karena menginginkan masa depanku yang cerah. Sebelumnya beliau memang sakit komplikasi namun memaksakan diri untuk mengantarkan anak perempuan satu-satunya ke Jogja. Akan tetapi malah aku menerima kabar itu tanpa ada dari keluargaku yang memberitahu bahwa bapak drop keadaanya setelah mengantarku. Mereka sudah berjanji kepada bapakku atas pesan beliau, ”jangan diberitahu nanti menggangu Dita sedang belajar di sana takut menjadi beban pikirannya”. Sebesar itu kasih sayangnya yang tak dapat aku gantikan membuat tekatku kuat untuk berjuang jauh lebih baik lagi dan tidak menghiraukan ocehan orang-orang. Sejelek apapun pandangan mereka terhadapku aku harus tetap tegar menghadapi hal tersebut. 

Sebuah pesan dari beliau yang tersampaikan untukku kepada kakakku, semakin membuatku bertekad penuh menyelesaikan pendidikan ini ketingkat lebih tinggi lagi. Kubesitkan dalam pikiranku setiap saat pesan-pesan beliau sebelum kepergiannya yang selalu menjaga ku 3 tahun terakhir ini. Beliau sempat berkata, “ndok jika kamu belum bisa bahagiakan orang tuamu di dunia maka bahagiakanlah ia di akhirat dengan kesuksesanmu dan keshalihan seorang anak yang menghormati dan menyayangi orang tua nya”.  

Aku tinggal di Jogja di sebuah tempat yang menurutku menarik. Palang dengan bertuliskan panti tetapi basisnya seperti pondok pesantren. Banyak hal yang aku pelajari tentang agama dan menjaga batasan wanita, menjadikanku lebih terlihat seperti muslimah yang sesungguhnya dengan kerudung yang panjang membuatku nyaman. Aku jauh lebih baik ketika tinggal di sini di dalam kesederhanan yang ada. Terkadang terbesit dalam hati perasaan gengsi namun kupendam dalam-dalam karena sebuah janji dengan almarhum bapak. Dan perkataan beliau yang menjadikan ku bertahan adalah; “sederhanakanlah semua perilaku perkataan dan perbuatanmu di kehidupanmu, dari keserderhanaan itu kau akan menabung segelimang kekayaan yang kelak kau petik di kemudian hari.”

Seperti itulah silsilah hujan yang diibaratkan sebagai gambaran masalah dan cobaan yang terus menghantam. Derai demi deraian yang datang dengan tidak menyapa tanpa kita minta sekali pun. Namun apakah kita bisa terhindar dari masalah dan cobaan. Dengan benar faktanya tanpa fatamorgana kita hidup hanya untuk diuji dan terus diuji. Sejatinya manusia memang memiliki titik lemah tersendiri sekalipun itu raja ataupun para pemimpin dunia. Lalu apa hubungannya dengan hujan? Derasnya masalah tidak semuanya dapat merobohkan keyakinan kita, kepercayaan kita, semangat dan tekad kita bahkan ideologi kita sendiri.  Hujan tidak akan terus berlanjut tanpa henti karena tidak selamanya kita mendapatkan masalah yang terus-menerus. Semua butuh proses dan ada waktunya, bulan dan matahari tidak bersamaan menyinarkan cahayanya mereka punya waktu untuk memperlihatkan keindahannya.

Secercah hujan yang turun bahkan ribuan namun akan ada pelangi dan langit yang cerah setelah hujan. Inilah perihal yang sama seperti kisah hidup. Ada sebuah kalimat indah dari Ali bin Abi Thalib said :  

“ketika kamu ikhlas menerima semua kekecewaan hidup, maka Allah SWT akan membayar tuntas semua kecewamu dengan beribu-ribu kebaikan. Belajarlah untuk mengerti bahwa segala sesuatu yang baik untukmu tidak akan Allah SWT izinkan pergi darimu kecuali akan diganti dengan yang lebih baik lagi.” 

Prinsipku adalah, “lihatlah ke atas untuk apa kamu kamu hidup, lihatlah ke depan untuk melihat masa depanmu, lihatlah kebelakang ada orang tuamu ada keluargamu yang menginginkan kesuksesanmu melihat bahagiamu dan melihat senyum lepasmu. Selalu berfikir positif, Tulus said, “manusia-manusia kuat untuk kita jiwa-jiwa yang kuat”, let’s always hope for something good in the future.

Respon (40)

  1. Sukses selalu mbak Dita. Ketika kita pada kondisi yang kurang menguntungkan otak kita akan berfikir untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga kita lebih kreatif. Sukses selalu….

  2. Lanjutkan, mbak Dita! Tatap terus masa depan, karena itulah hidupmu. Masa lalu biarlah jadi sejarah yang akan menjadi saksi kuatnya jiwamu berjuang. I love you.

  3. Kamu anak yang hebat Dita. Semua yang kamu lalui selama ini sebagai cambuk agar kamu lebih kuat dan tegar menghadapi semua masalahmu. Yakinlah Dita bahwa dibalik kesulitan yang kamu alami selama ini, ada masa depan yang cerah yang telah menantimu. Tetaplah Istiqomah dalam memperdalam ilmu agama dan tetap menjadi muslimah yang rendah hati.

  4. Semua yang kamu lalui selama ini sebagai cambuk agar kamu lebih kuat dan tegar menghadapi semua masalahmu. Yakinlah Dita bahwa dibalik kesulitan yang kamu alami selama ini, ada masa depan yang cerah yang telah menantimu. Tetaplah Istiqomah dalam memperdalam ilmu agama dan tetap menjadi muslimah yang rendah hati. Kamu hebat Dita …

    1. Masyaallah.. barakallah dita..bagus sekali.. semoga menginspirasi banyak orang.. semangat selalu yaa..

  5. Yakinlah Dita bahwa dibalik kesulitan yang kamu alami selama ini, ada masa depan yang cerah yang telah menantimu. Tetaplah Istiqomah dalam memperdalam ilmu agama dan tetap menjadi muslimah yang rendah hati.

  6. Maju terus Mbak Dita. Kemampuan menceritakan pengalaman hidup dengan indah ini juga menjadi bukti bahwa kamu luar biasa di tengah segala keterbatasan yang ada. Terus berproses dalam kebaikan dan prestasi tiada henti. Biarlah orang lain yang belum bisa menyaingimu dalam karya dan hanya bisa mengolok atau menganggap saja. Karena hakikatnya mereka sangat merasakan eksistensimu, walau dalam konteks yang agak menyakitkan.

  7. Menuliskan pemikiran dalam sebuah tulisan adalah sebuah bakat, dan memilih kata2 sehingga menjadi sebuah narasi yang menarik adalah sebuah keahlian.
    Mbak Dita semoga kelak menjadi penulis yang sukses..
    Aamiin..

  8. Kisah yg luar biasa kamu hebat kamu kuat mbak Dita teruslah berjuang dan berkarya yakinlah semua perjuangan tak akan sia sia laluilah ikhlas karena Alloh nanti pasti ada manisnya hidupmu dan kamu pantas menerimanya Alloh disisimu

  9. Teruslah berkarya mbak Dita…jalan kehidupan memang berbeda beda..jadikan semua pengalaman itu sebagai “kawah candradimuka” untuk menuju kesuksesan..

  10. Semangat mba dita, semoga sukses dan yakinlah bahwa hasil tidak pernah menghianati usaha ….

  11. Biarkan saja orang2 yang berbuat tidak baik kepadamu dan kamu tidak usah membalasnya. Lipatgandakan perbuatan baikmu kepada org lain, maka kamu terlindungi dr org2 yg memusuhimu. Sukses dan lancar terus untuk dita

  12. Berlian Terus Bersinar Dimanapun Berada.
    Tetap semangat untuk menjadi Berlian Kehidupan. Kami selalu mendukung dan mendoakan mu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *