Allah Menciptakan Manusia

Dr. KH. Syamsul Yakin  MA. (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Mata Akademisi– Nikmat berikutnya adalah Allah menciptakan manusia. Lengkaplah sudah,  Allah adalah guru pertama yang mengajarkan al-Qur’an. Nabi sebagai guru yang menuturkan al-Qur’an kepada manusia lainnya. Dalam hal ini ada dua subjek, yakni Allah dan Nabi. Ada dua objek, yakni al-Qur’an dan manusia.

Allah berfirman, “Dia  menciptakan manusia.” (QS. al-Rahman/55: 3). Di dalam Tafsir Jalalain tertulis bahwa manusia yang dimaksud adalah manusia yang berjenis-jenis. Manusia termasuk primata. Di bumi saat ini manusia atau homo sapiens memenuhi muka bumi sebanyak 8,1 miliar terhitung per 25 April 2024.

Bumi ini sedikitnya dihuni empat ras dominan. Pertama, Kaukasoid  sebagai ras orang-orang berkulit putih. Kedua, Negroid sebagai ras orang-orang berkulit hitam. Ketiga, Mongoloid sebagai ras orang-orang Asia, penduduk asli Amerika, dan Eskimo. Keempat, Australoid yang  dikenal ras untuk orang-orang  Aborigin, Melanesia, dan Papua.

Ras berbeda dengan suku. Ras lebih tampak pada perbedaan fisik. Sementara suku lebih sebagai perbedaan golongan sosial, teritorial, dan budaya.

Ras juga berbeda dengan etnis. Perbedaan etnis meniscayakan perbedaan bahasa, sejarah, agama, dan kebiasaan (adat istiadat). Sementara perbedaan antara etnis dan suku terletak pada faktor keturunan atau nenek moyang. Suku juga  berbeda dengan bangsa. Suku biasanya berasal dari keturunan yang sama. Sementara pembeda bangsa dengan   bangsa lain lebih kepada perbedaan bahasa.

Perbedaan dalam berbagai aspek pada diri manusia, Allah tegaskan dalam al-Qur’an berwajah puisi, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurat/49: 13).

Dalam menafsirkan ayat ini pengarang Tafsir Jalalain membuat ilustrasi menarik. Pertama, bangsa atau syu’ub adalah tingkatan nasab keturunan yang paling tinggi. Kedua, suku atau qabail berkedudukan di bawah bangsa. Di bawah suku disebut imarah, lalu bathn. Di bawah bathn ada fakhdz. Posisi paling bawah ditempati fashilah.

Ketiga, ilustrasi untuk semua tingkatan itu, misalnya,  Khuzaimah adalah nama suatu bangsa. Kinanah adalah nama sebuah suku. Quraisy adalah nama suatu imarah. Qushay adalah nama suatu bathn. Hasyim adalah nama suatu fakhdz. Terakhir,  Abbas adalah nama sebuah fashilah.

Tujuan dicipitakan manusia dengan peragam perbedaan di atas agar saling kenal-mengenal. Yang paling mulia di antara manusia bukan bangsa atau suku tertentu, tapi yang paling bertakwa kepada Allah.

Penulis: Dr.KH.  Syamsul Yakin  MA.,  Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *