Milenianews.com, Mata Akademisi – Perempuan sering kali dianggap remeh jika memiliki cita-cita tinggi, dengan anggapan kuno bahwa ujung-ujungnya tetap kembali ke dapur. Pemikiran seperti ini berasal dari pandangan terdahulu yang salah kaprah, menganggap pendidikan tinggi bagi perempuan sebagai hal yang tidak perlu dan sia-sia. Padahal, kemajuan sebuah bangsa sangat bergantung pada kualitas perempuan. Perempuanlah yang nantinya melahirkan generasi baru, generasi yang akan melanjutkan perjuangan bangsa.
Di era teknologi seperti sekarang, masih banyak perempuan, terutama di pelosok, yang kesulitan mengakses pendidikan. Hal ini disebabkan oleh minimnya perhatian dan fasilitas pendidikan di wilayah tersebut. Padahal pendidikan adalah modal dasar bagi setiap manusia karena akal yang dianugerahkan, dan seharusnya dimanfaatkan untuk memperoleh ilmu sebanyak mungkin.
Baca juga: Perempuan dalam Perspektif Al-Qur’an: Kesetaraan, Hak, dan Peran di Era Modern
Pentingnya Ilmu bagi Perempuan
Pertanyaannya: “Seberapa penting ilmu bagi perempuan?” Hadis menyebutkan:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
yang bermakna: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim dan muslimah.”
Istilah muslim dan muslimah menunjukkan bahwa ilmu bersifat universal, tanpa membedakan laki-laki atau perempuan. Islam memberikan hak kepada seluruh pemeluknya untuk menuntut ilmu, sebagaimana ditegaskan dalam QS. az-Zumar ayat 9:
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Peribahasa Arab yang masyhur juga menegaskan hal ini: “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.” Artinya, menuntut ilmu harus dilakukan sejak lahir hingga akhir hayat, tanpa dibatasi usia atau status.
Ilmu sebagai Senjata Menghadapi Kehidupan
Wahyu yang turun pertama berbunyi Iqra’, yang bermakna “Bacalah.” Artinya, setiap manusia diperintahkan untuk belajar. Rasulullah senantiasa memotivasi dan mengizinkan Aisyah untuk belajar hingga ia menjadi ahli fikih saat berusia 19 tahun.
Ibnu Qayyim menulis:
“Seorang ahli ibadah, ibadahnya hanya untuk dirinya sendiri, bahkan ia tidak mengetahui mengapa ia beribadah. Dengan demikian, seorang yang berilmu akan menghancurkan apa yang telah dirancang setan. Setiap setan menebarkan kemaksiatan, setiap orang berilmu selalu berusaha menghalangi dan menghancurkannya. Tidak ada yang lebih ditakuti daripada orang yang berilmu, sehingga setan dapat melanggengkan kemaksiatan dengan mudah.”
Tidak ada yang bisa memastikan masa depan. Seorang perempuan dituntut untuk mandiri dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. Ilmu dan keterampilan adalah modal utama untuk bertahan menghadapi kehidupan. Ilmu adalah senjata untuk menangkis segala kesulitan.
Ibu sebagai Madrasah Pertama
Sejalan dengan ungkapan penyair Arab:
الأم مدرسة الأولى
yang artinya “Ibu adalah sekolah pertama,” dan lebih lengkap:
إذا أعددتها أعددت شعبا طيب الأعراق
yang berarti: “Jika kamu mempersiapkannya, kamu telah mempersiapkan generasi yang baik budi pekertinya.”
Oleh karena itu, perempuan hendaknya mempersiapkan diri menjadi madrasah pertama bagi anak-anak mereka, dengan memperbanyak ilmu pengetahuan agar mampu mencetak generasi terbaik. Anak adalah cerminan orang tua; jika sekolah pertamanya (ibu) memiliki ilmu yang memadai, anak juga akan tumbuh menjadi pribadi berakhlak baik dan luas pengetahuannya.
Bila seorang ibu baik, ia akan menciptakan generasi kuat dan taat kepada Allah. Sebaliknya, ibu yang tidak memiliki ilmu akan mencerminkan perilaku dan akhlak yang terbatas pada anak-anaknya.
Baca juga: Bintu Syathi’ dan Feminisme Islam Modern: Membaca Ulang Peran Perempuan dalam Tafsir Qur’ani
Peran Perempuan dalam Pendidikan dan Sejarah
Islam mewajibkan setiap umat menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Namun, ilmu agama harus dibarengi dengan ilmu umum, karena ilmu umum membantu urusan duniawi. Perempuan harus menguasai keduanya, karena sejarah telah membuktikan peran penting perempuan dari masa ke masa. Jejak perempuan pejuang tidak pernah hilang.
Sejak masa Rasulullah, perempuan memberikan kontribusi besar dalam penyebaran Islam. Di masa penjajahan, perempuan juga ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, termasuk hak-hak anak bangsa untuk memperoleh pendidikan, baik laki-laki maupun perempuan.
Penulis: Rahimah Nur Syahidah, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













