Milenianews.com, Mata Akademisi – Ilmu pengetahuan memiliki peran fundamental dalam kehidupan manusia sebagai sarana untuk memahami realitas dan mencapai tujuan hidup. Secara etimologis, istilah ilmu berasal dari bahasa Latin scientia yang berarti “mengetahui”. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang membahas hal-hal yang dapat dibuktikan secara empiris melalui metode ilmiah. Sumber ilmu sendiri berasal dari perpaduan logika deduktif dan logika induktif.
Namun, ketika ilmu dipahami sebagai pengetahuan yang bersifat empiris dan objektif, muncul pertanyaan penting: apakah ilmu benar-benar dapat berdiri bebas dari nilai? Dalam praktiknya, ilmu pengetahuan tidak pernah sepenuhnya terlepas dari dimensi nilai, karena ia dikembangkan, digunakan, dan dimaknai oleh manusia.
Baca juga: Ontologi Adab dalam Budaya Pesantren: Fondasi Pembentukan Karakter dan Kesadaran Keilmuan Santri
Makna Nilai dan Keterkaitannya dengan Ilmu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kata “nilai” memiliki banyak arti, salah satunya adalah “sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan”. Sementara itu, dalam bahasa Inggris, istilah value menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary edisi keenam (2000) diartikan sebagai “beliefs about what is right and wrong and what is important in life” atau keyakinan tentang apa yang benar, salah, dan penting dalam kehidupan.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa nilai berkaitan erat dengan pertimbangan moral dan kemanusiaan. Dengan demikian, ilmu pengetahuan tidak sepenuhnya bebas nilai, sebab arah pengembangannya selalu dipengaruhi oleh pandangan manusia tentang apa yang dianggap baik, benar, dan berguna.
Mitos Ilmu yang Sepenuhnya Bebas Nilai
Ilmu pengetahuan sering disebut sebagai sesuatu yang bebas nilai karena tujuan utamanya adalah mencari kebenaran apa adanya. Akan tetapi, dalam praktiknya, nilai tetap hadir di berbagai tahap proses ilmiah. Peneliti, misalnya, sering mempertimbangkan apakah topik yang dipilih bermanfaat bagi masyarakat atau apakah metode yang digunakan aman secara etis.
Bahkan ketika hasil penelitian akan diterapkan, pertimbangan moral dan sosial tetap tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, gagasan tentang ilmu yang sepenuhnya bebas nilai lebih tepat dipahami sebagai pedoman normatif agar ilmuwan berusaha seobjektif mungkin, bukan sebagai kondisi nyata yang benar-benar dapat diwujudkan. Lalu, mengapa ilmu pengetahuan sangat sulit untuk benar-benar bebas nilai?
Teknologi Reproduksi Modern dan Perdebatan Nilai
Pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui contoh nyata, salah satunya praktik teknologi reproduksi modern seperti program bayi tabung (in vitro fertilization / IVF). IVF merupakan terobosan besar dalam dunia kedokteran yang memungkinkan terjadinya pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh manusia sebelum ditanamkan kembali ke dalam rahim.
Pada awalnya, teknologi ini lahir dari rangkaian penelitian panjang yang dijalankan berdasarkan metode ilmiah dan diupayakan bersifat objektif. Namun, ketika mulai diterapkan secara luas, IVF segera memunculkan perdebatan nilai dari berbagai sudut pandang, baik moral, agama, maupun sosial.
Ilmu dalam Konteks Sosial dan Moral
Sebagian pihak memandang IVF sebagai harapan baru bagi pasangan yang kesulitan memiliki keturunan. Di sisi lain, tidak sedikit yang mempertanyakan status embrio, proses pembuahan di luar tubuh manusia, serta batas etis campur tangan teknologi dalam penciptaan kehidupan. Pada titik ini, terlihat jelas bahwa penerapan ilmu pengetahuan, meskipun berangkat dari objektivitas ilmiah, tidak pernah benar-benar terlepas dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Hal ini menegaskan bahwa proses ilmiah selalu berada dalam konteks sosial. Penentuan topik penelitian, sumber pendanaan, hingga tujuan akhir penelitian sering kali dipengaruhi oleh kebutuhan, harapan, dan kekhawatiran masyarakat.
Vaksin dan Respons Nilai dalam Masyarakat
Contoh lain yang lebih sederhana tetapi tetap relevan adalah penelitian dan pengembangan vaksin. Pada tahap awal, vaksin dikembangkan melalui proses ilmiah yang ketat dan sistematis, mulai dari uji laboratorium hingga uji efektivitas. Seluruh tahapan tersebut dirancang agar objektif dan minim bias.
Namun, ketika vaksin diperkenalkan kepada masyarakat, muncul beragam respons yang dipengaruhi oleh kepercayaan, agama, budaya, dan pengalaman pribadi. Sebagian masyarakat menerima vaksin sebagai upaya perlindungan, sementara sebagian lainnya menolak atau meragukannya karena pertimbangan moral atau ketidakpercayaan terhadap institusi medis. Ini menunjukkan bahwa meskipun proses ilmiahnya netral, penerapannya tetap sarat nilai.
Ilmu, Nilai, dan Realitas Kemanusiaan
Melalui contoh-contoh tersebut, semakin jelas bahwa ilmu pengetahuan tidak pernah sepenuhnya steril dari nilai. Pengetahuan yang dihasilkan melalui metode ilmiah akan selalu berhadapan dengan realitas manusia yang kompleks. Ketika hasil penelitian bertemu dengan masyarakat yang memiliki latar budaya dan moral tertentu, maknanya pun ikut berubah.
Oleh karena itu, perdebatan tentang bebas nilai atau tidaknya ilmu bukan sekadar diskusi teoritis, melainkan persoalan nyata yang muncul setiap kali inovasi ilmiah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Dampak Ilmu Pengetahuan terhadap Kehidupan Manusia di Era Modern
Menuju Ilmu yang Bertanggung Jawab
Kesimpulannya, ilmu pengetahuan memang dibangun untuk menjaga objektivitas melalui metode yang sistematis dan dapat diuji ulang. Namun, dalam praktiknya, ilmu hampir selalu bersentuhan dengan nilai-nilai sosial, moral, dan kemanusiaan. Hal ini tampak sejak tahap pemilihan topik penelitian, metode yang digunakan, hingga penerimaan hasil penelitian oleh masyarakat.
Karena itu, penerapan ilmu pengetahuan perlu dilakukan secara terbuka dan bertanggung jawab. Setiap kebijakan atau teknologi baru sebaiknya dijelaskan secara jujur, dinilai manfaat serta risikonya, dan melibatkan masyarakat yang terdampak. Dengan cara ini, ilmu dan nilai tidak perlu dipertentangkan, melainkan dapat dipahami sebagai dua unsur yang saling melengkapi dalam membentuk keputusan yang lebih manusiawi, etis, dan berkelanjutan.
Penulis: Destryara Angelica Joan, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













