Islamisasi Ilmu dan Implementasinya di IIUM

Islamisasi Ilmu

Milenianews.com, Mata Akademisi – Islamisasi ilmu merupakan gagasan yang berkembang sejak dekade 1970-an dan menjadi wacana penting di dunia Muslim, khususnya setelah Konferensi Pendidikan Islam Pertama di Mekkah pada tahun 1977. Gagasan ini muncul sebagai alternatif dalam menghadapi dominasi dan hegemoni ilmu pengetahuan modern yang berakar pada tradisi Barat. Dalam konteks tersebut, islamisasi ilmu dipahami sebagai upaya kritis untuk merespons krisis intelektual dan sistem pendidikan di dunia Islam.

Tokoh-tokoh seperti Ismail Raji al-Faruqi dan Syed Muhammad Naquib al-Attas menegaskan bahwa islamisasi ilmu tidak cukup dipahami sebagai penguasaan disiplin ilmu modern semata. Lebih dari itu, islamisasi ilmu mencakup rekonstruksi keilmuan berdasarkan pandangan hidup Islam (Islamic worldview). Dengan demikian, islamisasi ilmu dimaknai sebagai usaha integratif yang menghubungkan nilai-nilai wahyu dengan pengembangan ilmu pengetahuan kontemporer.

Islamisasi Ilmu dan Respons Kelembagaan

Implementasi islamisasi ilmu kemudian menemukan bentuk kelembagaannya melalui pendirian International Institute of Islamic Thought (IIIT) serta institusi pendidikan tinggi yang mengusung integrasi ilmu dan Islam. Salah satu representasi penting dari upaya ini adalah International Islamic University Malaysia (IIUM). Kehadiran IIUM mencerminkan penerapan konsep islamisasi ilmu dalam sistem pendidikan tinggi melalui integrasi nilai-nilai Islam dalam kurikulum, penelitian, dan pengembangan akademik lintas disiplin.

Melalui pendekatan tersebut, IIUM berupaya melahirkan sarjana Muslim yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki fondasi spiritual dan etika Islam yang kuat. Upaya ini diposisikan sebagai respons terhadap tantangan modernitas dan sekularisasi ilmu yang berkembang dalam sistem pendidikan global.

Konferensi Mekkah 1977 dan Lahirnya Institusi Islam Global

Konferensi Internasional Pendidikan Islam Pertama di Mekkah tahun 1977 menjadi titik tolak penting lahirnya institusi pendidikan Islam yang mengusung paradigma islamisasi ilmu. Rekomendasi konferensi tersebut menekankan urgensi pendirian lembaga pendidikan Islam di setiap negara Muslim, khususnya pada level pendidikan tinggi.

Respons terhadap rekomendasi ini terlihat dari berdirinya berbagai institusi internasional, seperti IIIT di Washington D.C., IIUM di Malaysia, serta International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur. Kehadiran lembaga-lembaga tersebut menunjukkan kesadaran kolektif dunia Islam untuk membangun kembali sistem keilmuan yang berlandaskan pada worldview Islam.

IIUM sebagai Model Pendidikan Tinggi Islam Integratif

Secara historis, pendirian IIUM pada tahun 1983 merupakan realisasi konkret dari gagasan islamisasi ilmu dalam bidang pendidikan tinggi. IIUM dirancang sebagai universitas internasional yang mengintegrasikan antara revealed knowledge (ilmu wahyu) dan acquired knowledge (ilmu rasional) dalam satu sistem pendidikan terpadu.

Model pendidikan ini diarahkan untuk mencetak sarjana Muslim yang menguasai ilmu pengetahuan modern sekaligus memiliki landasan akidah dan akhlak yang kokoh. Dengan demikian, IIUM tidak hanya menitikberatkan pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan etos keilmuan Islami dalam menghadapi globalisasi dan modernitas.

Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi

Islamisasi Ilmu dalam Budaya Akademik IIUM

Islamisasi ilmu di IIUM menuntut keterlibatan seluruh unsur civitas akademika, mulai dari dosen, mahasiswa, hingga pengelola institusi. Proses ini tidak hanya berlangsung pada tataran kurikulum dan pengajaran, tetapi juga meresap ke dalam kepemimpinan, manajemen, riset, serta budaya akademik secara keseluruhan.

Islamisasi ilmu dipahami sebagai upaya redefinisi terhadap ilmu-ilmu modern yang bercorak sekuler agar kembali berpijak pada nilai-nilai tauhid. Oleh karena itu, implementasi islamisasi di IIUM diposisikan sebagai agenda strategis dalam membangun sistem pendidikan tinggi Islam yang integratif dan berdaya saing global.

Strategi Implementasi Islamisasi Ilmu

Gerakan islamisasi ilmu di IIUM diwujudkan melalui beberapa langkah utama. Pertama, integrasi antara revealed knowledge dan acquired knowledge dalam kurikulum seluruh fakultas. Kedua, pengembangan riset yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Ketiga, pembinaan karakter mahasiswa melalui sistem pembelajaran yang menekankan keseimbangan antara aspek spiritual, moral, dan intelektual.

Selain itu, islamisasi juga diterapkan dalam tata kelola kampus, kepemimpinan, serta budaya akademik yang berlandaskan etika Islam. Penguatan worldview Islam dalam analisis keilmuan modern menjadi ciri utama dari gerakan ini sebagai upaya mengembalikan ilmu pengetahuan pada nilai tauhid.

Tantangan Epistemologis dan Akademik

Implementasi islamisasi ilmu di IIUM menghadapi tantangan epistemologis yang cukup mendasar. Dominasi paradigma ilmu Barat masih menjadi rujukan utama dalam pengembangan kurikulum, metodologi penelitian, dan publikasi ilmiah. Sebagian besar literatur akademik yang digunakan masih berpijak pada kerangka sekuler, sehingga integrasi worldview Islam memerlukan usaha yang sistematis dan berkelanjutan.

Tantangan ini semakin kompleks ketika standar akademik internasional menuntut kepatuhan terhadap sistem evaluasi global yang tidak selalu sejalan dengan tujuan islamisasi ilmu.

Kendala Sumber Daya dan Kelembagaan

Selain aspek epistemologis, kendala juga muncul pada sumber daya manusia. Keberagaman latar belakang dosen dan mahasiswa, baik dari segi pendidikan, budaya, maupun pemahaman keislaman, menyebabkan perbedaan persepsi terhadap makna dan praktik islamisasi ilmu.

Di sisi lain, tuntutan profesionalisme akademik, beban administratif, serta target publikasi internasional sering kali membatasi ruang dosen untuk mengembangkan pendekatan keilmuan berbasis Islam secara mendalam. Pada level kelembagaan, IIUM juga dihadapkan pada dilema antara menjaga idealisme islamisasi ilmu dan memenuhi tuntutan pragmatis universitas berkelas dunia.

Islamisasi Ilmu sebagai Agenda Berkelanjutan

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa islamisasi ilmu merupakan gerakan intelektual yang lahir sebagai respons atas dominasi paradigma sekuler dalam ilmu pengetahuan modern. Gagasan ini kemudian diimplementasikan secara institusional melalui pendirian lembaga pendidikan Islam, dengan IIUM sebagai salah satu representasi terpentingnya.

Meskipun kemajuan telah dicapai, berbagai tantangan masih harus dihadapi, baik pada aspek epistemologis, sumber daya manusia, maupun kelembagaan. Oleh karena itu, penguatan islamisasi ilmu di IIUM memerlukan komitmen berkelanjutan, pengembangan riset integratif, serta pengayaan referensi ilmiah berbasis Islam lintas disiplin. Dengan langkah tersebut, IIUM diharapkan terus menjadi model perguruan tinggi Islam internasional yang unggul secara akademik dan kokoh dalam nilai-nilai tauhid serta peradaban Islam.

Penulis: Nalendry Maharani, Mahasiswa Semester 1 ( IAT ) Institut Ilmu Qur’an ( IIQ ) Jakarta

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *