Milenianews.com, Mata Akademisi — Pengetahuan modern berkembang sangat pesat dan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, perkembangan ilmu tersebut umumnya dibangun di atas cara berpikir Barat yang memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya, ilmu pengetahuan kerap diposisikan jauh dari nilai moral dan spiritual.
Di satu sisi, teknologi terus mengalami kemajuan. Namun di sisi lain, berbagai persoalan baru justru bermunculan, seperti krisis moral, kerusakan lingkungan, serta penggunaan ilmu untuk tujuan yang merusak kemanusiaan. Kondisi inilah yang melatarbelakangi munculnya gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan.
Islamisasi Ilmu sebagai Respons atas Ilmu Sekuler
Islamisasi ilmu dipahami sebagai upaya mengembalikan ilmu pengetahuan kepada nilai-nilai Islam tanpa menolak sains modern. Islamisasi tidak dimaksudkan untuk menghambat kemajuan, melainkan mengarahkan ilmu agar tetap berlandaskan tauhid, bermoral, dan bermanfaat bagi umat manusia.
Proses ini dilakukan dengan mengkritik paradigma ilmu Barat yang sekuler, kemudian mengintegrasikan nilai wahyu ke dalam ilmu empiris. Selain itu, Islamisasi ilmu juga diterapkan melalui pendekatan filosofis serta praktik nyata dalam pendidikan dan penelitian.
Paradigma Ilmu Barat dan Krisis Nilai
Dalam era modern, ilmu pengetahuan Barat berkembang berdasarkan paradigma sekuler yang memisahkan akal dari agama. Pola pikir ini menekankan rasionalitas dan pengalaman indrawi, tetapi cenderung mengabaikan nilai spiritual dan wahyu.
Sebagai contoh, dalam bidang kedokteran, teknologi medis berkembang sangat maju. Namun, aspek spiritual dan moral dalam proses pengobatan sering kali kurang diperhatikan. Hal serupa juga terlihat dalam bidang ekonomi, di mana orientasi keuntungan kerap mengabaikan keadilan dan kesejahteraan sosial.
Integrasi Wahyu dalam Ilmu Empiris
Islamisasi ilmu pengetahuan menekankan pentingnya integrasi nilai wahyu dalam ilmu empiris. Wahyu diposisikan sebagai pedoman moral dan arah etis agar pengembangan ilmu tidak terlepas dari nilai spiritual dan tujuan kemanusiaan.
Dalam bidang ekonomi, misalnya, Islam menekankan keadilan dan kesetaraan dalam distribusi kekayaan. Oleh karena itu, ilmu ekonomi perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan nilai-nilai Islam, seperti keadilan sosial, larangan riba, dan prinsip muamalah yang benar.
Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi
Tauhid sebagai Dasar Epistemologi Ilmu
Islamisasi ilmu menggunakan pendekatan filosofis-epistemologis yang menempatkan tauhid sebagai dasar pandangan hidup dan ilmu pengetahuan. Tauhid tidak hanya dipahami sebagai pengakuan bahwa Allah itu Esa, tetapi juga sebagai landasan cara berpikir dalam memahami alam semesta.
Ulama seperti Ibn Taimiyah, Al-Ghazali, Al-Isfahani, hingga tokoh modern seperti Ismail Raji Al-Faruqi menegaskan bahwa ilmu harus mengarahkan manusia untuk mengenal ciptaan sekaligus Sang Pencipta. Dalam perspektif ini, hubungan antara manusia, alam, dan Allah dipahami sebagai satu kesatuan.
Contoh Penerapan Tauhid dalam Ilmu
Dalam kehidupan nyata, seorang ilmuwan Muslim dapat melihat struktur DNA sebagai tanda kebesaran Allah. Peneliti alam tidak hanya mengagumi fenomena alam, tetapi juga merenungkan keteraturan ciptaan-Nya. Guru dan dosen pun dapat menjelaskan konsep sains dengan mengaitkannya pada ayat-ayat Al-Qur’an yang relevan.
Pendekatan ini menjadikan ilmu tidak “kosong makna”, tetapi selalu terhubung dengan nilai-nilai ketuhanan dan kesadaran spiritual.
Islamisasi Ilmu dalam Pendidikan
Islamisasi ilmu tidak berhenti pada tataran konsep, tetapi harus diterapkan secara nyata dalam dunia pendidikan. Kurikulum dikembangkan dengan memasukkan nilai tauhid ke dalam seluruh mata pelajaran. Ilmu umum seperti biologi, fisika, dan ekonomi tidak dipisahkan dari nilai moral dan akhlak.
Peserta didik diarahkan untuk menjadi cerdas secara intelektual sekaligus berakhlak mulia. Contohnya, hukum alam dalam fisika dijelaskan sebagai sunatullah, ekonomi diajarkan dengan prinsip keadilan dan anti riba, serta lingkungan pendidikan dibangun dengan budaya disiplin, amanah, dan integritas.
Islamisasi Ilmu dalam Penelitian
Selain pendidikan, Islamisasi ilmu juga diterapkan dalam kegiatan penelitian. Penelitian diarahkan agar tidak hanya mengejar publikasi atau prestise akademik, tetapi juga memberikan manfaat bagi umat manusia dan sesuai dengan etika Islam.
Sebagai contoh, penelitian teknologi diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan, bukan eksploitasi alam. Penelitian sosial dilakukan dengan menghormati nilai budaya dan agama masyarakat, sementara penelitian medis mematuhi prinsip halal-haram dan etika kemanusiaan. Dengan demikian, hasil penelitian menjadi ilmiah sekaligus bermoral.
Perkembangan ilmu modern memang membawa banyak manfaat, tetapi sering terlepas dari nilai agama sehingga menimbulkan persoalan moral, sosial, dan lingkungan. Islamisasi ilmu hadir sebagai upaya mengembalikan ilmu pengetahuan kepada nilai tauhid tanpa menolak kemajuan sains.
Proses ini dilakukan dengan mengkritik paradigma sekuler Barat, mengintegrasikan wahyu ke dalam ilmu empiris, serta menerapkannya dalam pendidikan dan penelitian. Tauhid menjadi dasar yang menyatukan manusia, alam, dan Allah, sehingga ilmu dipahami sebagai sarana mengenal kebesaran-Nya.
Dengan demikian, Islamisasi ilmu bertujuan melahirkan ilmu pengetahuan yang maju sekaligus bermoral, serta membangun manusia dan peradaban yang beradab dan bernilai ilahiah.
Penulis: Syahla Syakira, Mahasiswa Semester 1 Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir, Institut Ilmu Al- Qur’an Jakarta (IIQ)
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













