Milenianews.com, Jakarta – Menjelang peringatan Hari Ibu Nasional, pelukis Bambang Asrini menghadirkan pameran seni gambar kontemporer bertajuk Motherland atau Tanah Air. Lewat 15 karya yang dipamerkan, Bambang mengajak publik menelusuri ingatan tentang sosok ibu, sekaligus merenungkan kondisi Tanah Air hari ini melalui bahasa visual yang jujur dan reflektif.
Bagi Bambang, seni bukan sekadar soal estetika, tetapi juga medium untuk menyatukan nalar dan rasa. Ia melihat pameran Motherland sebagai ruang bersama untuk membangun imajinasi tentang ibu biologis dan Tanah Air dalam satu tarikan makna.
Baca juga: Pipilaka Ajak Masyarakat Jaga Alam dan Lingkungan Lewat Pameran Seni
“Seni menjadi instrumen kultural sebagai penanda, bahwa hakikatnya dalam diri seseorang atau sekelompok masyarakat mengalami nalar dan rasa. Dengan terbangun imajinasi estetika bersama tentang Ibu biologis dan Tanah Air,” ujar Bambang Asrini dalam keterangan resminya (22/12).
Pameran ini juga punya sisi personal yang kuat. Bambang menjadikan Motherland sebagai bentuk refleksi atas kepergian ibunya yang telah wafat. Ingatan tentang tangan-tangan ibu, pengalaman batin, hingga rasa kehilangan diolah menjadi karya yang sekaligus menyuarakan kegelisahan terhadap realitas sosial dan kebangsaan.
Pemerhati seni dan gaya hidup, Dwi Sutarjantono, melihat pameran ini seperti surat terbuka seorang anak untuk ibunya. Bukan hanya tentang hubungan personal, tetapi juga tentang relasi seorang seniman dengan Tanah Air yang membesarkannya.
“Pameran Motherland seperti persembahan seorang anak kepada ibunya. Pada saat yang sama, Bambang juga mengandaikan pameran ini sebagai persembahan seorang anak negeri kepada Ibu Pertiwi,” kata Dwi (22/12).
Keresahan sosial diterjemahkan seperti pamflet visual
Sementara itu, pengamat seni dan kandidat doktor Universitas Indonesia, Imam Muhtarom, menilai karya-karya Bambang memuat pertarungan gagasan yang cukup tajam. Menurutnya, lukisan-lukisan dalam Motherland berbicara tentang keadilan, kesejahteraan, dan harapan dalam kehidupan berbangsa.
“Helatan gambar-gambar dalam pameran Motherland adalah waktu yang tepat di Hari Ibu Nasional, khususnya sebagai ungkapan seni bernarasi yang menyoal kebangsaan,” ujar Imam (22/12).
Pendiri Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF), Seno Joko Suyono, menambahkan bahwa karya-karya Bambang sesungguhnya adalah bentuk perenungan atas kondisi masyarakat yang penuh kegelisahan. Ia melihat seni gambar Bambang seperti pamflet visual yang berbicara lantang, namun tetap puitis.
Baca juga: Pameran Seni “Idiosinkrasi” Tampilkan Kerendahan Hati Dari Sebuah Karya
“Seni gambar Bambang paralel dengan pamflet. Ia mengejar kesubliman sekaligus menyuarakan keresahan eksistensial dengan caranya sendiri, lewat ingatan pada tangan-tangan ibunya yang keriput sebagai simbol kolektif,” tutur Seno (22/12).
Melalui Motherland, Bambang Asrini tidak hanya merayakan Hari Ibu, tetapi juga mengajak publik berhenti sejenak, menengok ke dalam, dan bertanya ulang tentang makna ibu, ingatan, serta Tanah Air yang sedang dan terus kita hidupi.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.













