Milenianews.com, Mata Akademisi – Media sosial menjadi ruang yang sangat dinamis bagi perkembangan penyebaran tafsir al-Qur’an di era modern ini. Salah satunya yaitu Maslak Institute (@elmaslak) yang memberikan edukasi secara konsisten dalam mengangkat isu-isu al-Qur’an dan tafsir kontemporer. Ia menjelaskan historis, metodologis, dan diskursus pemikiran modern, hal ini memberikan kontribusi penting dalam memperluas pemahaman keagamaan masyarakat, terkhusus generasi muda yang menjadikan media sosial sebagai sumber utama informasi, dan mampu membutuhkan penjelasan yang lebih mudah dicerna dengan tetap bertanggung jawab secara ilmiah.
Baca juga: Mantiq Ibn Arabi: Fondasi Spiritual bagi Krisis Mental Health Gen Z
Maslak Institute memanfaatkan visual Instagram seperti carousel, infografik, kutipan ilmiah, dan ringkasan webinar, sehingga konsep-konsep akademik yang rumit dapat dihadirkan dalam bentuk yang lebih sederhana, ringkas, dan menarik. Hal tersebut sesuai dengan gaya konsumsi informasi masyarakat digital yang cenderung menyukai materi berbasis visual dan tidak terlalu panjang. Karena itulah ia berhasil menyederhanakan tema-tema berat seperti sejarah kodifikasi al-Qur’an, wacana hermeneutika, perdebatan metodologi tafsir, hingga pengenalan pemikiran tokoh kontemporer seperti M. Quraish Shihab dan Amina Wadud, hingga mampu memberikan kerangka epistemologis dan sejarah intelektual yang panjang.
Tak cukup sampai disitu akun tersebut juga berkontribusi meningkatkan literasi keagamaan masyarakat melalui rujukan ilmiah yang konsisten dicantumkan dalam setiap unggahan, dan ia kerap menampilkan sumber berupa kitab, jurnal, hingga pendapat tokoh ulama, sehingga audiens terdorong untuk mengakses dan memverifikasi informasi langsung dari referensi primer. Hal ini sangat penting yang menjadi pembeda dan pewarna, karena media sosial dipenuhi beragam bentuk disinformasi, seperti hoaks keagamaan, tafsir instan, dan penjelasan ayat yang ahistoris. Hal itulah yang kemudian mampu menjadi penyeimbang yang memperkuat budaya literasi agama yang sehat dan bertanggung jawab.
Maslak Institute menampilkan pendekatan yang moderat. Ia menyajika diskursus hermeneutika dalam studi al-Qur’an dengan membaginya ke dalam tiga kelompok pemikiran, yakni kelompok yang menolak hermeneutika karena menganggapnya mengikis dimensi keilahian teks, kelompok yang menerimanya tanpa batas hingga berpotensi memaksakan tafsir baru, serta kelompok moderat yang menerima hermeneutika sebagai alat analisis selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam. Maslak Institute memberikan penyajian yang kritis dengan menempati posisi yang ketiga, yakni menerima hermeneutika sebagai pisau analisis, tetapi tetap menekankan pentingnya disiplin ilmu al-Qur’an dan ushul tafsir sebagai dasar metodologis. Hal inilah yang kemudian membantu audiens memahami perdebatan ilmiah secara proporsional, tanpa terjebak polarisasi yang sering muncul dalam diskusi publik di media sosial.
Baca juga: Metode, Sistematika, dan Corak Tafsir Al-Baidhawi dalam Anwarut Tanzil
Instagram sebagai medium penyebaran ilmu tentunya menyimpan keterbatasan. Platform visual ini tidak memungkinkan penyampaian materi panjang dan mendalam sebagaimana dalam kitab atau jurnal ilmiah. Karena itulah, konten yang disajikan Maslak Institute lebih bersifat pengantar atau ringkasan yang memerlukan pendalaman lebih lanjut bagi mereka yang ingin memahami isu secara lebih komprehensif. Justru pada titik tersebut kontribusi Maslak Institute menjadi sangat strategis, yakni berfungsi sebagai gerbang awal yang memantik rasa ingin tahu dan mengarahkan audiens untuk memasuki literatur akademik yang lebih mendalam. Selain sebagai penyedia informasi, ia juga mengaktifkan proses pembelajaran melalui mini-webinar dan diskusi tematik yang melibatkan partisipasi langsung audiens, sehingga peran edukatifnya tidak berhenti pada konsumsi konten semata.
Dari penjelasan sebelumnya inilah penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Maslak Institute menunjukkan bagaimana inovasi komunikasi visual dapat dimanfaatkan untuk memperluas penyebaran wacana tafsir modern secara kritis dan konstruktif di ruang digital. Perpaduan antara kredibilitas ilmiah, penyajian yang menarik, dan pemanfaatan teknologi media sosial yang tepat, ia berhasil memperkuat pemahaman agama masyarakat sekaligus melawan maraknya disinformasi keagamaan. Maraknya tantangan epistemologis era digital, keberadaan Maslak Institute menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa perkembangan tafsir al-Qur’an tetap berlangsung secara sehat, ilmiah, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Penulis: Izayyi, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.













