Tak Sekadar Penyuluhan, Mahasiswa UBSI BSD Mengemas Edukasi Stunting Lebih Membumi

csr hemora

Milenianews.com, Tangerang Selatan – Di sebuah aula sederhana di Pamulang Barat, Tangerang Selatan, Sabtu (13/12/2025), obrolan soal masa depan generasi dimulai dari hal yang kerap dianggap sepele: anemia. Bukan lewat ceramah kaku, melainkan melalui diskusi, edukasi visual, hingga pertunjukan seni yang menyentuh. Di balik kegiatan ini, ada inisiatif mahasiswa Universitas BSI Kampus BSD yang ingin bicara soal stunting dengan cara yang lebih dekat dengan masyarakat.

Mengusung tema Pencegahan Stunting melalui Penanganan Anemia, kegiatan ini menyasar ibu hamil, calon pengantin, hingga remaja. Bagi para mahasiswa yang menjadi eksekutor kegiatan ini, stunting bukan sekadar istilah medis, melainkan persoalan lintas generasi yang harus dicegah sejak hulu.

Baca juga: UBSI Lewat ICTHB 2025 Dorong Pariwisata Berkelanjutan, Bawa Inspirasi Solusi Stunting dari Sumba

Ketua Pelaksana kegiatan, Shyva Fauziah Rahman, menyebut bahwa anemia sering kali luput dari perhatian, padahal dampaknya bisa berjangka panjang. “Banyak yang belum sadar bahwa stunting itu bisa berawal dari kondisi ibu yang anemia. Edukasi ini kami rancang supaya masyarakat paham bahwa pencegahan harus dimulai jauh sebelum kehamilan,” ujarnya dalam keterangan pers, Sabtu (13/12).

Kegiatan ini menjadi ruang kolaborasi berbagai pihak. Hadir dalam acara tersebut Lurah Pamulang Barat Mulyadi, S.E., kader posyandu, tenaga kesehatan dari Puskesmas Pamulang, dosen Universitas BSI Kampus BSD, hingga mitra swasta. Kolaborasi lintas sektor ini menegaskan bahwa isu stunting bukan tanggung jawab satu pihak saja.

Dalam sesi edukasi, Kepala Puskesmas Pamulang, dr. Fitria Oriza, MKM, menjelaskan bahwa stunting merupakan dampak dari kekurangan gizi kronis yang dapat dimulai sejak masa kehamilan, bahkan remaja. Ia menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin, konsumsi tablet tambah darah, serta penerapan pola hidup sehat sebagai langkah pencegahan awal.

“Kalau ingin anak tumbuh optimal, maka kesehatan ibunya harus dipastikan lebih dulu. Pencegahan stunting tidak bisa menunggu,” jelasnya.

Perspektif gizi diperkuat oleh Yustika Fahreina Laila Mazidah, S.Gz, yang mengingatkan pentingnya gizi seimbang dan kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah, khususnya bagi remaja dan calon pengantin. Menurutnya, anemia yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko stunting pada anak.

Sementara itu, aspek kesehatan pencernaan turut dibahas oleh dr. Mangasa Siregar dari PT Yakult Indonesia. Ia menjelaskan bahwa penyerapan zat gizi tidak hanya bergantung pada asupan, tetapi juga kondisi saluran pencernaan. Keseimbangan bakteri baik di usus, kata dia, berperan penting dalam mendukung pencegahan anemia dan stunting.

Baca juga: UNM dan Dinkes Jakarta Selatan Berkolaborasi Basmi Stunting

Yang membuat kegiatan ini terasa berbeda adalah pendekatan komunikatif yang digunakan. Tim menghadirkan art performance sebagai media edukasi, memadukan pesan kesehatan dengan seni agar lebih mudah diterima masyarakat. Pendekatan ini membuat isu serius seperti stunting terasa lebih membumi dan relevan.

Lewat kegiatan ini, mahasiswa UBSI BSD ingin menegaskan bahwa pencegahan stunting bukan sekadar wacana kebijakan, melainkan aksi nyata yang bisa dimulai dari edukasi sederhana. Dari anemia, dari ibu yang sehat, hingga generasi yang lebih kuat di masa depan.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *