Pembelajaran Al-Qur’an Usia Dini di Era Digital: Pengaruh Terhadap Bacaan dan Akhlaq Anak

Pembelajaran Al-Quran

Milenianews.com, Mata Akademisi – Pada zaman ini pendidikan anak usia dini mendapatkan perhatian yang besar dari berbagai kalangan, khususnya dalam konteks pembinaan karakter dan spiritual. Salah satu aspek terpenting dalam pendidikan Islam adalah pembelajaran Al-Qur’an yang sudah dikenalkan sejak usia emas. Pada masa ini anak berada dalam posisi baik menyerap informasi, meniru bacaan, dan membentuk kebiasaan positif. Pembelajaran Al-Qur’an pada usia ini tidak hanya memberi pengetahuan membaca tetapi juga pengembangan akhlaq dan kecintaan pada Al-Qur’an. Selain itu pengenalan huruf Hijaiyah menjadi stimulus untuk perkembangan kemampuan bahasa anak dan kefokusan. Karena itu mengenalkan huruf Hijaiyah dan Al-Qur’an sejak dini sangat penting.

Baca juga: Mantiq Ibn Arabi: Fondasi Spiritual bagi Krisis Mental Health Gen Z

Pentingnnya pembelajaran Al-Qur’an pada masa awal juga sudah diajarkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin yang mengakatan bahwa “jiwa anak seperti kertas kosong tanpa coretan dan garis apapun”. Jiwa anak-anak siap ditulis dan akan menerima model tulisan apapun yang tercermin dalam jiwanya. Maka mengenalkan Al-Qur’an pada anak sejak usia dini merupakan bagian dari upaya membentuk Akhlaq mulia, kedisiplinan dan keterikatan batin dengan agama islam. Proses ini juga membentuk kebiasaan positif yang akan mempengaruhi kehidupannya di masa mendatang.

Namun, kenyataannya kemampuan setiap anak mempelajari Al-Qur’an berbeda-beda. Saat ini banyak anak yang sudah dikenalkan gadget terlebih dahulu dibandingkan dengan pengenalan huruf Hijaiyah. Perbedaan pola asuh yang menyebabkan kemampuan membaca Al-Qur’an anak tidak merata. Ada anak yang cepat memahami, ada juga yang lambat bahkan tidak memliki akses pembelajaran yang baik dan memadai. Hal inilah yang yang menyebabkan pembelajaran Al-Qur’an pada anak usia dini perlu dikaji lebih dalam.

Fenomena yang banyak dijumpai sekarang adalah anak sudah bisa membaca Al-Qur’an tetapi masih banyak ditemukan kesalahan. Mulai dari kesamaan melafalkan huruf yang mirip, kesalahan makhorijul huruf, juga terkait panjang pendek bacaan. Hal ini bukan semata-mata karena anak tidak mampu, tetapi karena proses belajar yang masih membutuhkan waktu dan bimbingan. Perbedaan kemampuan ini salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, Anak yang tidak terbiasa mendengarkan bacaan Al-Qur’an, biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama dalam mengenali huruf dan memahami tajwid. Pola pengasuhan anak juga sangat berpengaruh. Anak yang di damping secara rutin cenderung lebih cepat berkembang. Selain itu perbedaan karakter anak seperti lebih diam atau aktif juga menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.

Menurut Imam Al-Ghazali, pendidikan anak harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian, kelembutan, dan ketelatenan. Ia menegaskan bahwa pendidikan dini adalah fase yang tidak boleh diabaikan karena apa pun yang ditanamkan pada usia ini akan membentuk jati diri di masa dewasa. Oleh karena itu, mengajarkan Al-Qur’an sejak kecil menjadi salah satu bentuk penjagaan terhadap fitrah anak agar tumbuh menjadi pribadi yang dekat dengan Allah.

Cara belajar Al-Qur’an yang benar harus diterapkan, bahkan sudah bisa dimulai sejak dalam kandungan, seperti membacakan ayat Al-Quran ke perut ibu dengan suara langsung sambil di elus yang dilakukan secara rutin, jangan lupa untuk mengajak ayah bergantian membaca. Atau bisa juga dengan memutar murottal Al-Qur’an sesering mungkin, ini terbukti dapat merangsang perkembangan otak dan menenangkan bayi. Setelah itu mengajarkan anak secara bertahap pada saat proses pertumbuhannya terutama pada usia golden age, tepatnya sejak lahir hingga 5 sampai 6 tahun. Mulai dari pengenalan huruf Hijaiyyah, ketepatan makhrorijul huruf, hingga masuk ke dalam pembahasan ilmu tajwid sederhana. Selain itu metode belajar yang menyenangkan seperti visual video juga dapat membuat anak lebih semangat dan termotivasi.

Selain itu guru juga memiliki peran penting dalam proses ini. Guru tidak boleh menyamaratakan kemampuan murid. Seorang guru harus memahami karakter masing-masing anak untuk menyesuaikan cara mengajar. Memberi contoh yang benar serta menunjukkan kesabaran saat murid melakukan kesalahan bacaan. Sikap lemah lembut pada murid akan membuat anak aman dan nyaman dalam belajar. Peran orang tua juga tidak kalah penting. Ibu adalah madrasatul ula (sekolah pertama) dengan pendampingan orang tua, sangat menentukan keberhasilan seorang anak. Anak yang sering di dengarkan murottal, didampingi belajarnya membaca mushaf, dan di dampingi saat belajar akan lebih cepat memahami materi. Pendampingan setiap hari akan memberikan perubahan yang signifikan.

Baca juga: Keterbatasan yang Membebeaskan: Strategi lokal Al-Ibriz di Tengah Gempuran Universalitas

Kesalahan anak dalam membaca Al-Qur’an harus disikapi dengan lembut dan penuh pengertian. Anak tidak boleh dibandingkan satu sama lain, karena anak memiliki kemampuan yang berbeda juga ritme belajar pun berbeda. Tugas pendidik bukan menuntut hasil yang instan, melainkan memastikan proses belajar berjalan dengan baik. Karena dengan pengajaran yang baik dan konsisten, kemampuan anak akan meningkat dari waktu ke waktu.

Pembelajaran Al-Qur’an sejak dini merupakan investasi jangka panjang bagi pembentukan akhlak dan karakter anak. Kesalahan yang muncul dalam proses belajar bukanlah hambatan, melainkan bagian alami dari perjalanan memahami kalam Allah. Orang tua dan guru perlu bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang sabar, konsisten dan menyenangkan. Oleh karena itu, semua pihak seharusnya bisa meningkatkan kualitas bacaan melalui tahsinul Qur’an, tujuannya agar dapat menjadi teladan bagi anak-anak yang sedang belajar memahami dan mengamalkan serta mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan.

Penulis: Lathifah Sirri, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *