Membongkar Kerumitan, Menyusun Keteraturan: “Terjemah Mulakhos” sebagai Solusi Pembelajaran Nahwu-Sharaf

Terjemah Mulakhos

Milenianews.com, Mata Akademisi – Dokumen Terjemah Mulakhos Qowaid al-Lughah al-‘Arabiyah karya Fuad Ni’mah dalam terjemahan dan adaptasi oleh Abu Ahmad Al-Mutarjim bukan sekadar produk alih bahasa biasa. Ia adalah sebuah respons intelektual terhadap problem klasik dalam pembelajaran bahasa Arab, khususnya ilmu Nahwu dan Sharaf. Seperti yang diungkapkan dalam pengantar penulis, banyak pelajar yang menganggap kaidah bahasa Arab “sangat susah dan ruwet” karena dipelajari secara terpisah-pisah, tanpa “ikatan yang memadai”. Buku ini hadir sebagai solusi: sebuah ringkasan (mulakhos) yang disusun secara sistematis, mudah, dan dilengkapi contoh serta bagan, bertujuan memadukan dan mengurutkan kaidah-kaidah yang “bercerai-berai di dalam pikiran”.

Baca juga: Bagaimana Interkoneksi Bahasa dan Pesan Moral dalam Surah Al-Qari’ah Menurut Perspektif Tafsir Bintu Syathi: Analisis Komparatif dengan Tafsir Klasik dan Relevansi Kontemporer

Terjemahan ini, yang diselesaikan pada 22 November 2015, memiliki nilai strategis. Ia menjembatani akses ilmuwan, santri, dan pelajar muslim Indonesia terhadap referensi berbahasa Arab yang otoritatif. Dengan menyediakan terjemahan yang dilengkapi catatan kaki kritis dan rujukan kitab ulama ahli Nahwu (seperti Al Kawakib ad Durriyyah, Mughnil Labib, dan Syarah Ajurumiyyah karya Syaikh Utsaimin), karya ini tidak hanya menerjemahkan teks, tetapi juga melakukan verifikasi, penjabaran, dan koreksi terhadap hal-hal yang dianggap terlalu singkat, kurang tepat, atau bahkan bertentangan dengan syariat.

Struktur dan cakupan: Sebuah peta komprehensif ilmu Nahwu dan Sharaf

Buku ini terstruktur dengan sangat rapi, mencerminkan logika ilmu yang dibawanya. Ia terbagi menjadi dua juz utama, sesuai dengan klasifikasi kaidah bahasa Arab: Nahwu (tata bahasa) dan Sharaf (morfoIogi).

1. Juz Pertama: Nahwu berfokus pada fungsi kata dalam kalimat (i’rab), perubahan harakat akhir kata karena perubahan posisinya (mu’rab), atau ketetapannya (mabni). Juz ini terdiri dari enam bab yang membahas:

Isim (Kata Benda): Ditinjau dari sisi i’rab dan bina’, mencakup posisi-posisinya yang marfu’ (seperti Mubtada’, Khabar, Fa’il), manshub (seperti Maf’ul Bih, Hal, Tamyiz), dan majrur.

Fi’il (Kata Kerja): Juga ditinjau dari i’rab dan bina’, termasuk pembahasan fi’il madhi, mudhari’, amr, serta fi’il ma’lum dan majhul.

Huruf (Kata Tugas): Klasifikasi huruf berdasarkan kata yang dimasukinya (isim, fi’il, atau keduanya).

Jumlah (Kalimat) dan Posisi I’rabnya.

Uslub-uslub Nahwu (Gaya Bahasa): Seperti uslub syarat, qasam, ta’ajjub, dan istifham.

Contoh-contoh I’rab yang aplikatif, termasuk i’rab ayat Al-Quran, prosa, dan syair.

2. Juz Kedua: Sharaf membahas perubahan bentuk kata itu sendiri, baik melalui penambahan maupun pengurangan. Terdiri dari lima bab yang mengulas:

Mizan Sharaf (Timbangan/pola dasar sharaf).

Isim menurut kaidah Sharaf: Ditinjau dari bentuk akhir, kepastian (nakirah/ma’rifah), jenis (mudzakkar/muannats), jumlah (mufrad, mutsanna, jama’), susunan (jamid/musytaq), tashghir, dan nisbah.

Fi’il menurut kaidah Sharaf: Ditinjau dari bentuk, susunan, waktu, ma’mul (lazim/muta’addi), penyebutan pelaku (ma’lum/majhul), dan tashrifnya.

Kaidah Hamzah, I’lal, Ibdal, dan metode pencarian kamus.

Aplikasi kaidah Sharaf secara umum, termasuk tabel lengkap Jama’ Taksir dan Fi’il Tsulatsi.

Struktur ini menunjukkan pendekatan dari makro ke mikro: mulai dari relasi antar kata dalam kalimat (Nahwu), baru kemudian menelisik perubahan internal setiap kata (Sharaf). Pendekatan ini memudahkan pemahaman bertahap.

Metodologi penerjemahan: Ketelitian dan integritas keilmuan

Abu Ahmad Al-Mutarjim tidak berperan sebagai penerjemah pasif. Ia aktif sebagai filter dan penafsir. Catatan kakinya menunjukkan tiga kriteria intervensi ilmiah:

1. Penjabaran: Menambahkan penjelasan bila kaidah dalam teks asli terlalu singkat atau sulit dipahami.

2. Koreksi: Memeriksa dan mengoreksi kaidah yang dianggap kurang tepat dengan merujuk pada kitab-kitab ulama terdahulu.

3. Penyaringan Syar’i: Memberikan catatan dan koreksi terhadap contoh yang menyelisihi syariat, seperti penggunaan sumpah kepada selain Allah. Ini menunjukkan komitmen bahwa pembelajaran bahasa Arab, terutama untuk memahami sumber agama, harus selaras dengan akidah.

Dengan metodologi ini, terjemahan ini naik derajatnya dari sekadar “transkrip bahasa” menjadi sebuah karya ilmiah tersaring yang memiliki otoritas dan kehati-hatian.

Signifikansi dan kontribusi

Kontribusi buku ini bersifat multidimensional:

1. Edukasi: Menjadi buku pegangan yang jelas dan terstruktur bagi mahasiswa sastra Arab, santri, dan siapa saja yang ingin mendalami tata bahasa Arab dari nol hingga tingkat lanjut.

2. Praktis: Sebagai rujukan cepat bagi pengajar, editor, pegawai, atau profesional yang membutuhkan presisi berbahasa Arab dalam korespondensi dan penulisan, guna “menjauhkan diri dari kesalahan-kesalahan secara nahwu dan bahasa”.

3. Keagamaan: Memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam terhadap teks-teks primer Islam (Al-Quran dan Hadits) dengan menguasai alat utamanya, yaitu bahasa Arab.

4. Pelestarian Khazanah: Dengan merujuk pada kitab-kitab klasik, karya ini turut melestarikan dan mempopulerkan khazanah keilmuan Nahwu-Sharaf tradisional dalam format yang lebih modern dan mudah diakses.

Baca juga: Kebaikan Tanpa Menjadi Korban: Prinsip Perlindungan Diri dan Kebijaksanaan Sosial Dalam Perspektif Tafsir Tsa’laby

Terjemah Mulakhos Qowaid al-Lughah al-‘Arabiyah adalah sebuah karya monument yang berhasil menjinakkan “kesulitan dan keruwetan” ilmu Nahwu-Sharaf menjadi sebuah sistem pengetahuan yang teratur, aplikatif, dan aman dari segi syar’i. Melalui terjemahan yang kritis dan komprehensif, Abu Ahmad Al-Mutarjim tidak hanya memberikan peta, tetapi juga kompas dan panduan praktis untuk mengarungi samudera kaidah bahasa Arab. Buku ini berdiri sebagai bukti bahwa upaya penerjemahan yang serius, yang dibarengi dengan integritas keilmuan dan kesadaran metodologis, dapat menjadi jembatan emas bagi pencerahan intelektual dan pendalaman agama. Ia bukan sekadar buku, melainkan sebuah wasilah (perantara) yang efektif menuju pemahaman yang lebih utuh terhadap bahasa Al-Quran, sekaligus warisan berharga bagi dunia pendidikan Islam di Indonesia.

Penulis: Salwa Salsabiila, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *