Triangulasi Penyelamatan: Membaca Isyarat Banjir Sumatera melalui Data, Dalil, dan Dzikir

Triangulasi Penyelamatan Membaca Isyarat Banjir Sumatera melalui Data, Dalil, dan Dzikir

Milenianews.com, Mata Akademisi – Banjir bandang di Sumatera sering terjadi berulang kali, dan penyebabnya bukan hanya karena hujan deras semata. Data cuaca menunjukkan curah hujan ekstrem yang diperparah oleh fenomena siklon tropis. Namun, para ahli seperti Prof. Siti Zuhro (UGM) menyatakan bahwa akar masalahnya adalah kerusakan lingkungan yang parah. Penggundulan hutan untuk perkebunan dan perumahan membuat tanah kehilangan kemampuan menyerap air. Jadi, bencana ini adalah akibat dari kelalaian kita menjaga alam.

Baca juga: Menguatkan Akuntabilitas BAZNAS agar Amanah Zakat Tidak Rapuh di Era Digital

Hutan di hulu sungai berfungsi seperti spons raksasa, menahan dan menyimpan air hujan. Penjelasan Dr. Hatma Suryatmojo (IPB) ini menggambarkan betapa pentingnya hutan. Ketika hutan digunduli, air hujan langsung mengalir deras ke bawah mengikis tanah dan membanjiri sungai. Aktivitas manusia di hilir, seperti penambangan liar membuat sungai menjadi dangkal. Akibatnya, sistem alam yang seimbang berubah menjadi pemicu bencana.

Al-Qur’an telah memberikan peringatan tentang hal ini. Dalam Surah Ar-Rum ayat 41, Allah berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ۝٤١

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ayat ini menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan terjadi akibat ulah manusia sendiri. Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya menjelaskan, semua kerusakan di bumi termasuk bencana alam, berawal dari kesalahan manusia. Banjir bandang adalah bagian dari peringatan tersebut. Imam Al-Qurthubi dalam kitabnya Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an menambahkan, kerusakan di darat mencakup banjir, kekeringan, dan hilangnya kesuburan tanah. Beliau menjelaskan bahwa musibah diberikan agar manusia merasakan akibat perbuatannya dan kembali ke jalan yang benar. Dengan demikian, sains dan tafsir Al-Qur’an sepakat bahwa bencana alam terkait erat dengan tindakan manusia yang merusak lingkungan.

Dalam pandangan tasawuf, kerusakan alam mencerminkan kerusakan hati manusia. Hati yang dipenuhi keserakahan dan kelalaian akan melahirkan tindakan serakah terhadap alam. Alam seharusnya kita lihat sebagai tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Pepohonan, air mengalir, dan tanah subur semua menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Merusak alam berarti buta terhadap tanda-tanda tersebut. Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia adalah khalifah (pengelola) di bumi. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 30, Allah berfirman:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”

Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan, sebagai khalifah manusia bertugas memakmurkan bumi dan menjalankan aturan Allah. Tugas ini termasuk menjaga keseimbangan alam, bukan mengeksploitasinya untuk kepentingan sesaat.

Kenyataan di Sumatera menunjukkan kegagalan kita sebagai khalifah. Dr. Hadi Kardhana (ITB) menyebutkan, alih fungsi lahan besar-besaran terjadi karena pilihan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Prof. Supriyanto (USU) menambahkan, aturan yang lemah mempercepat kerusakan ini. Di sini terlihat, kegagalan menjaga lingkungan adalah juga kegagalan moral dan spiritual. Tasawuf mengajarkan penyucian hati sebagai awal perbaikan. Hati yang bersih akan dipenuhi rasa syukur, kasih sayang, dan tanggung jawab terhadap alam. Menjaga hutan menjadi ibadah karena kita melihat pohon sebagai makhluk yang juga bertasbih kepada Allah. Membersihkan sungai adalah bentuk penghormatan terhadap karunia air yang Dia berikan. Jadi, merawat lingkungan adalah bagian dari mendekatkan diri kepada Allah.

Langkah nyata pertama adalah memulihkan hutan dan daerah aliran sungai. Menanam pohon kembali harus kita pandang sebagai ibadah, bukan sekadar proyek. Masyarakat

setempat harus dilibatkan karena mereka yang paling memahami wilayahnya dan paling merasakan dampaknya. Setiap pohon yang kita tanam adalah kebaikan yang terus tumbuh dan memberi manfaat. Langkah kedua adalah menegakkan aturan yang melindungi lingkungan. Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu untuk melindungi hutan, sumber air, dan sungai. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengingatkan, membiarkan kerusakan kecil akan mengakibatkan kerusakan besar. Membiarkan perusakan lingkungan adalah kezaliman yang akhirnya merugikan semua orang.

Baca juga: Sabar Bukan Diam, Ia Adalah Kekuatan yang Mengubah Manusia

Untuk benar-benar mengatasi banjir di Sumatera, kita semua harus bekerja sama. Pemerintah, para ahli, ulama, dan masyarakat punya peran masing-masing yang sangat penting. Para ahli, seperti ilmuan lingkungan, memberikan solusi praktis dan teknis. Mereka tahu cara memperbaiki hutan dan mengelola air agar tidak lagi menyebabkan banjir. Sementara itu, para ulama mengingatkan kita semua melalui tafsir Al-Qur’an bahwa menjaga alam bukan hanya urusan duniawi, tetapi juga bagian dari iman dan amanah dari Allah. Masyarakat, sebagai yang paling merasakan dampaknya, bisa menjadi pelaku aktif dengan ikut menanam pohon, tidak membuang sampah sembarangan, dan menjaga sungai. Pemerintah bertugas membuat dan menegakkan aturan yang jelas dan adil untuk melindungi lingkungan, sekaligus memfasilitasi kerja sama semua pihak. Dengan kolaborasi antara ilmu, iman, aksi, dan aturan yang bersatu, kita bisa mewujudkan ajaran Islam untuk menjadi berkah bagi seluruh alam termasuk Sumatera yang hijau dan aman dari bencana.

Penulis: Nasya Ardhana, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *