News  

Wisuda Hari Ini, Bebannya Seumur Hidup: Saat UNM Melepas Anak-anaknya dengan Gelar dan Nurani

Wisuda Hari Ini, Bebannya Seumur Hidup

Milenianews.com, Jakarta–Hari itu, Selasa, 9 Desember 2025, ribuan pasang mata tertuju pada satu nama: Universitas Nusa Mandiri (UNM). Di Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, para wisudawan duduk rapi dalam balutan toga hitam, terlihat tampak gagah dan siap. Ironisnya, justru di momen paling bahagia itu, hidup mulai menagih tanggung jawab paling serius. Gelar sudah di tangan. Dunia, pelan-pelan, menunggu pembuktian.

Gedung Pewayangan Kautaman jadi saksi. Ia sudah sering melihat bahagia, tapi hari itu rasanya beda. Orang tua duduk dengan mata berkaca-kaca, bukan karena capek, tapi karena lega. Anak-anak mereka akhirnya “sampai” di akhir masa studinya. Tapi jauh di balik tepuk tangan dan kamera ponsel yang tak berhenti merekam, ada satu pertanyaan besar yang menggantung: habis ini mau jadi apa dan mau berguna sejauh apa?

Baca juga:Wisuda Perdana FEB UNM Tegaskan Kiprah Cetak Talenta Ekonomi Digital

Wisuda Hari Ini, Bebannya Seumur Hidup

“Aku bangga, tapi juga takut,” bisik salah satu wisudawan, setengah becanda, setengah jujur. Takut karena hidup tak lagi punya jadwal kuliah. Takut karena IPK tak selalu jadi jawaban diluar sana. Takut karena sekarang, kesalahan tak bisa lagi disalahkan ke dosen atau sistem. Semua balik ke diri sendiri.

Prosesi wisuda berjalan khidmat. Toga dikenakan, ijazah diserahkan. Di atas panggung, Universitas Nusa Mandiri (UNM) tampak seperti orang tua yang mencoba tegar saat anaknya pamit merantau. Ada bangga, ada harapan, tapi juga ada pesan yang tak bisa ditawar: jangan cuma pintar, tapi harus benar.

Rektor Universitas Nusa Mandiri (UNM), Prof. Dr. Dwiza Riana, S.Si, MM, M.Kom, IPU, ASEAN Eng, menyampaikan pesan yang terasa sederhana, tapi nyelekit.

“Gelar ini bukan akhir perjuangan, tapi awal tanggung jawab moral kalian di masyarakat. Jadilah solusi, bukan sekadar penonton,” ujarnya.

Kalimat itu bikin suasana hening. Bukan karena berat bahasanya, tapi karena relevan banget. Di luar sana, dunia kerja lagi kejam-kejamnya. Kompetisi sangar. Jalan pintas menggoda. Dan di titik itulah, nilai diuji. Bukan lagi soal lulus atau tidak, tapi soal berani jujur atau ikuti arus.

Para wisudawan paham. Mereka lahir di era serba cepat, serba instan, tapi hari itu diingatkan bahwa hidup tidak bisa dijalani dengan mode males-malesan. Ilmu tanpa nurani cuma bikin pintar, bukan berarti berguna.

Baca juga:Mahasiswa Sains Data UNM Diterima di Badan Gizi Nasional Sesaat Setelah Wisuda

“Kalau nanti kami sukses tapi lupa etika, itu bukan kemenangan,” ujar seorang lulusan lainnya, lirih tapi mantap. Kalimat yang mungkin tak akan masuk transkrip resmi wisuda, tapi justru itu yang paling jujur.

Saat acara usai, matahari mulai condong ke barat. Gedung Pewayangan Kautaman kembali sunyi. Jalanan macet seperti biasa. Tapi bagi para wisudawan Universitas Nusa Mandiri (UNM) yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis, hidup sudah berubah arah. Hari itu, mereka bukan cuma lulus, tapi secara resmi memikul beban moral sebagai manusia terdidik.

Wisuda ini bukan sekadar seremoni belaka. Tapi menjadi pengingat bahwa keberhasilan tanpa tanggung jawab hanya akan melahirkan ironi baru. Dan Universitas Nusa Mandiri (UNM), hari itu, tidak hanya melepas lulusannya, namun menitipkan harapan agar mereka pulang suatu hari nanti, membawa cerita tentang kontribusi, bukan sekadar prestasi. Karena pada akhirnya, gelar bisa dicetak. Tapi nurani, harus dijaga seumur hidup.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *