Milenianews.com, Jakarta – Keanekaragaman hayati Indonesia kembali mencuri perhatian dunia setelah bunga Rafflesia hasseltii mekar di Sijunjung, Sumatera Barat. Temuan ini diumumkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai bagian dari proyek riset kolaboratif untuk memetakan hubungan genetik spesies Rafflesia di Asia Tenggara.
Penemuan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan keragaman Rafflesia terbanyak di dunia. Bunga raksasa yang ikonik dan langka ini dikenal karena ukurannya yang luar biasa dan hanya tumbuh di hutan tropis tertentu.
Baca juga: Atasi Konflik Gajah dan Manusia, Para Akademisi dan Praktisi Konservasi Kolaborasi Lakukan Ini
Mekar di Hutan Rakyat: Bukti Pentingnya Konservasi Berbasis Komunitas
Penelitian ini merupakan bagian dari proyek The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia, kolaborasi antara BRIN, Universitas Bengkulu, dan Komunitas Tanaman Langka Bengkulu. Proyek ini juga mendapat dukungan dari University of Oxford Botanic Garden dan program ekspedisi RIIM milik BRIN.
Salah satu momen penting dalam riset lapangan terjadi ketika tim menemukan bunga Rafflesia hasseltii sedang mekar di kawasan hutan yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) di Sijunjung. Lokasi ini berada di luar kawasan konservasi formal.
“Banyak populasi Rafflesia tumbuh di sekitar kebun kopi atau sawit. Ini menunjukkan pentingnya pelibatan masyarakat dalam upaya konservasi,” ujar Joko Ridho Witono, peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN.
Joko juga menekankan bahwa seluruh pengambilan sampel di Indonesia dilakukan secara legal dan etis. Sementara itu, Malaysia dan Filipina juga menjalankan riset serupa di wilayahnya masing-masing.
Pemetaan Genom Penuh: Peluang Temuan Spesies Baru
Hingga saat ini, Indonesia tercatat memiliki 16 spesies Rafflesia, dan 13 di antaranya telah berhasil dikumpulkan sampel DNA-nya untuk dianalisis secara menyeluruh. BRIN menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS), yang memungkinkan pemetaan jutaan pasangan basa DNA secara lengkap.
“Dulu hanya dianalisis potongan gen kecil. Sekarang kita bisa memetakan seluruh profil genom,” kata Joko. Langkah ini diyakini membuka peluang ditemukannya spesies baru jika ditemukan perbedaan genetik yang signifikan.
Namun, riset ini tidak mudah. Bunga Rafflesia hanya mekar selama beberapa hari dan umumnya tumbuh di lokasi yang sulit dijangkau. Dukungan informasi dari masyarakat lokal sangat menentukan keberhasilan survei.
“Tanpa informasi dari warga, kami sering terlambat datang. Bunganya bisa sudah layu saat tim tiba,” ujarnya.
Baca juga: Byon Combat Showbiz Vol. 6: Indonesia vs Malaysia Jilid 2
BRIN Siapkan Naskah Kebijakan Konservasi Nasional
Sebagai tindak lanjut, BRIN akan menyusun naskah kebijakan nasional untuk konservasi Rafflesia berdasarkan hasil penelitian ini. “Sebagai otoritas ilmiah, BRIN bertanggung jawab menyediakan dasar ilmiah yang kuat untuk kebijakan konservasi biodiversitas,” tegas Joko.
Dengan kolaborasi lintas institusi dan teknologi genomik mutakhir, Indonesia berpeluang menjadi pusat global konservasi dan riset Rafflesia.
“Dengan pendekatan ilmiah yang tepat dan dukungan masyarakat, kita bisa memastikan kelangsungan hidup bunga langka nan luar biasa ini,” tutup Joko.
Penemuan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan ilmiah, tetapi juga menguatkan posisi Indonesia dalam diplomasi keanekaragaman hayati dunia.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.










