Milenianews.com, Jakarta – Setiap tanggal 22 Oktober, banyak orang mengenang masa-masa mereka di pesantren. Suara lantunan shalawat hingga semangat para santri yang berbaris rapi di lapangan semua menghadirkan nostalgia tersendiri bagi siapa pun yang pernah mengenyam kehidupan pesantren.
Bagi Najwa Rayyan Fitria, seorang alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 5, Hari Santri Nasional bukan sekadar peringatan. Baginya, hari itu adalah momen untuk menengok kembali perjalanan panjang yang membentuk dirinya hingga menjadi seperti sekarang.
Baca juga: BMH Kaltim Rayakan Hari Santri Nasional dengan Talkshow dan Program Inspiratif
Tujuh Tahun yang Tak Terlupakan
“Saya mondok dari tahun 2016, tujuh tahun lamanya,” kenang Najwa saat ditemui di sela aktivitasnya, pada Minggu (26/10).
Suara lembutnya sesekali diselingi tawa kecil, seolah sedang memutar ulang memori masa remajanya.
Di pesantren, katanya, setiap hari punya cerita sendiri. Mulai dari bangun sebelum subuh untuk tahajud, belajar di kelas seharian penuh, hingga mengikuti kegiatan sore seperti olahraga dan pengajian.
“Capek iya, tapi indah. Sekarang malah kangen suasananya,” tambahnya sambil tersenyum.
Kemeriahan Hari Santri di Pondok
Setiap kali tanggal 22 Oktober tiba, suasana di pondoknya berubah jadi lebih semarak.
“Waktu itu meriah banget. Ada lomba-lomba, pentas seni, sampai parade santri. Semua ikut berpartisipasi, dari yang paling kecil sampai kelas akhir,” ujar Najwa.
Bagi santri, Hari Santri adalah hari yang penuh kebanggaan. Mereka memakai seragam terbaik, bernyanyi bersama, dan sesekali meneteskan air mata saat mendengarkan kisah perjuangan para ulama terdahulu.
Dari Lingkungan Pesantren ke Dunia Luar
Najwa masih ingat bagaimana dulu ia ikut pentas seni bersama teman-teman sekelasnya. “Waktu itu kami tampil baca puisi dan drama religi. Rasanya deg-degan, tapi seru. Sekarang kalau ingat jadi kangen banget,” katanya.
Setelah lulus, Najwa tetap memperingati Hari Santri meski dengan cara yang lebih sederhana. “Biasanya saya repost ucapan atau video Hari Santri di media sosial. Sederhana aja, tapi tetap bermakna,” ujarnya.
Baca juga: Hari Santri Nasional: 186 Santri Tahfidz Putri Al-Fatah Tarakan Terima 250 kg Beras dari BMH
Makna yang Tak Pernah Berubah
Menurut Najwa, semangat Hari Santri tidak pernah luntur, meski zaman sudah berubah. “Kalau dulu perayaannya di lapangan, sekarang bisa lewat media sosial. Tapi esensinya tetap sama: mengenang perjuangan para santri dan ulama,” ucapnya tegas.
Ia juga percaya bahwa nilai-nilai pesantren masih sangat relevan di dunia modern. “Disiplin, ikhlas, dan tanggung jawab. Tiga hal itu selalu saya pegang sampai sekarang,” katanya.
Pesan untuk Para Santri
Menutup perbincangan, Najwa menyampaikan pesan sederhana tapi penuh makna. “Buat adik-adik santri, nikmati setiap prosesnya. Kadang berat, tapi nanti kalau sudah lulus, semua jadi kenangan paling indah,” ujarnya dengan mata yang berbinar.
Bagi Najwa, menjadi santri bukan hanya tentang masa lalu, tapi tentang cara hidup.“Nilai-nilainya akan selalu saya bawa ke mana pun saya pergi,” katanya pelan.
Baca juga: Kenapa 22 Oktober Diperingati Hari Santri Nasional? Santri Harus Tahu !
Semangat yang Terus Hidup
Hari Santri Nasional mungkin hanya satu hari dalam kalender, tapi bagi mereka yang pernah hidup di pesantren, semangatnya hidup setiap hari.
Seperti Najwa, para alumni lain pun membawa nilai-nilai pesantren ke dunia luar menjadi pribadi yang rendah hati, tangguh, dan bermanfaat.
Karena bagi mereka, sekali santri, tetap santri selamanya.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.













