Milenianews.com – Taipei, ibu kota Taiwan, menjadi salah satu destinasi perjalanan yang menarik. Kota ini relatif murah, modern, dan bisa melengkapi pengalaman jalan-jalan setelah Tokyo, Seoul, Hongkong, Guangzhou, atau Shanghai. Perjalanan ke Taipei biasanya dimulai dari pengurusan visa, yang unik dan berbeda dengan Jepang atau China. Jika sudah memiliki visa AS, Schengen, Jepang, atau Korea, pendaftaran online lewat situs resmi menjadi pilihan cepat dan mudah—saya sendiri menggunakan cara ini karena memiliki visa AS.
Dengan luas sepertiga Jakarta dan populasi seperempatnya, Taipei terasa ramai tapi tidak sesesak Jakarta. Kota ini modern, dengan jalan lebar, pertokoan, dan gedung tinggi, termasuk Taipei 101, ikon kota setinggi 508 meter yang dulunya tertinggi di dunia. Desainnya terinspirasi bambu, simbol ketekunan, kekuatan, dan keberuntungan. Di lantai 89 terdapat observatory deck, dari mana pengunjung bisa menikmati panorama kota. Di dalamnya, mall mewah, butik internasional, toko, dan restoran global berpadu dengan nuansa tradisi lokal.
Baca juga: Tashkent, Kota Tua Islam yang Bangkit Lagi dari Warisan Jalur Sutra ke Wajah Modern Uzbekistan
Transportasi yang Memudahkan

Salah satu daya tarik Taipei adalah sistem transportasinya. MRT bersih, tepat waktu, dan mudah digunakan, bahkan bagi wisatawan pertama kali. Jalur berwarna jelas dan ditampilkan di peta maupun layar HP, dengan penanda bilingual Mandarin-Inggris. Penumpang berdisiplin dan selalu mengantri. MRT terintegrasi dengan bus kota, tarif keduanya murah dan bisa dibayar menggunakan EasyCard. Seperti slogan brosur wisata: “Dengan MRT dan bus, setiap sudut kota Taipei bisa dijangkau, sampai gang sempit sekalipun.”
Pasar bunga Jiangguo Holiday Flower Market menjadi tujuan akhir pekan favorit. Pasar musiman terbesar di Taipei ini hanya buka akhir pekan dan hari libur nasional. Di sini, bunga warna-warni berpadu dengan taman mini, pot unik, aksesori bernuansa alam, kaktus, dan tanaman herbal. Bonsai dan anggrek hutan khas Taiwan juga tersedia. Berjalan di pasar yang panjangnya lebih dari satu kilometer, terasa seperti menjelajahi terowongan penuh warna. Menutup kunjungan, minuman teh madu herbal dari penjual jalanan memberi sensasi segar dan menyegarkan tubuh.
Bersepeda dan Jalan Kaki di Daan Park

Pusat kota Taipei ramah bagi pejalan kaki dan pesepeda. YouBike, sepeda kuning-orange, bisa disewa di berbagai lokasi dengan tarif murah. Sore hari, bersepeda santai di Daan Park atau di tepi Sungai Tamsui memberi ketenangan. Sungai ini mengalir dari pegunungan utara, menyegarkan warga kota dan memberi panorama menenangkan.
Daan Park sendiri luas sekitar 26 hektar dan menjadi paru-paru hijau Taipei. Pepohonan rindang, kolam teratai, taman bunga, dan area rumput membuat taman ini nyaman untuk jogging, senam, taichi, atau sekadar duduk santai. Pagi hari ramai orang berolahraga, siang lebih sepi kecuali hari libur, dan sore kembali ramai dengan anak-anak bersepeda, orang muda belajar, dan wisatawan menikmati udara segar. Kolam besar dan bebek berenang menambah nuansa alami taman.
Lokasi taman sangat strategis, dekat MRT Daan Park Line Merah, dilalui Zhongxiao East Road dan Xinsheng South Road. Sebelah taman terdapat National Taiwan University, kampus terbesar Taiwan dengan luas 114 hektar. Pengunjung yang ingin kuliner biasanya menuju Yongkang Street, terkenal dengan beef noodles atau es mangga yang disukai penduduk lokal. Daan Park menunjukkan keseimbangan Taipei: modern, akrab dengan teknologi, namun tetap dekat dengan alam.
Malam di Xi MenDing

Bagi pecinta kuliner dan belanja pernak-pernik murah, Xi MenDing wajib dikunjungi. Pasar malam ini mudah dijangkau MRT; turun stasiun Ximen, keluar pintu 6. Saat malam tiba, lampu kerlap-kerlip, musik K-pop, aroma makanan, dan kesibukan kendaraan menciptakan suasana hidup.
Gerai makanan ramai, dari ayam goreng tepung hingga bubble tea brown sugar—hangat, lembut, manis karamel, seolah Taipei ada di dalam gelas. Tak ketinggalan, stinky tofu, tahu fermentasi khas Taiwan, dijual di banyak sudut. Bisa digoreng, direbus, atau dikukus; digoreng luar garing, dalam lembut, disantap dengan acar, kimchi, dan sambal. Versi rebus atau kukus lebih lembek dan aromanya tajam. Malam semakin larut, aroma stinky tofu masih menempel di udara, sementara pengunjung masih ramai.
Masjid Agung Taipei Jadi Warna Indonesia di Taiwan

Masjid Agung Taipei (Taipei Qingzhen Si) adalah pusat komunitas Muslim terbesar dan tertua di Taiwan, tak jauh dari Daan Park. Bisa dicapai MRT jalur merah, turun di Daan Park Station, keluar pintu 6, lalu berjalan 300 meter. Masjid ini berfungsi sebagai tempat ibadah, pendidikan, dan pusat komunitas Muslim.
Baca juga: Shanghai ke Beijing, Melaju di Rel 300 Kilometer per Jam
Penduduk Muslim Taiwan sekitar 60.000 orang; bila pekerja migran dihitung, jumlahnya mencapai 300.000, sebagian besar berada di Taipei. Pekerja migran dari Indonesia lebih dari 100 ribu, sehingga pengumuman di masjid pun tersedia dalam Bahasa Indonesia.
Sejarah Muslim Taiwan bermula dari daratan Tiongkok, khususnya provinsi barat laut seperti Yunnan dan Gansu, komunitas Hui. Gelombang kedua datang dari Asia Tenggara, terutama Indonesia, Thailand Selatan, Malaysia, dan Mindanao. Mereka bekerja di industri, perdagangan, toko, dan rumah tangga. Beberapa melebur dengan komunitas lokal, menikah, dan memiliki anak. Kehadiran mereka memberi warna Indonesia pada kehidupan dan budaya Muslim Taipei.
Kontributor: Dr. Ir. Wahyu Saidi, MSc, seorang Entrepreneur, Peminat dan Penikmat Kuliner
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













