Ekonomi Berperikemanusiaan, Jalan Keluar dari Krisis Neoliberalisme

Mata Akademisi, Milenianews.com – Termenung. Kami takjub setelah membaca hasil riset lembaga PKPK (2024) tentang ekonomi pasar bebas. Temuan terpentingnya: “tradisi pasar bebas” sudah mengakar dalam keseharian kita. Sebuah tradisi yang bukan hanya merusak masa lalu dan mencekik hari ini, tetapi juga membakar masa depan.

Ya, pasar bebas atau neoliberalisme kini sudah mengganti nalar dengan nepotisme; struktur dengan oportunisme; keahlian dengan koneksi; keputusan berbasis legislasi dengan transaksional; formalisasi dengan formalitas; dan spesialisasi menjadi kelompok kepentingan.

Baca juga: Saatnya Ekonomi dan Politik Pancasila Jalan Bareng, Bukan Sendiri-Sendiri

Enam hal substantif negara Pancasila diubah menjadi enam hal karitatif bentukan pasar bebas. Dan kalian tahu ujungnya? Legalisasi KKN di semua lembaga, agensi, serta program pemerintahan.

Hilir Ekonomi Politik: Jalan Menuju Dehumanisasi

Terjadilah enam hal di hilir ekopol kita:

1. Deindonesianisasi

2. Denasionalisasi

3. Demoralisasi

4. Derasionalisasi

5. Deinovasi–deteknologisasi

6. Deindustrialisasi

Puncaknya adalah dehumanisasi.

Ya, tradisi antikemanusiaan itu tumbuh subur di era pasar bebas. Konflik dan kerusakan lingkungan yang terus terjadi setiap hari adalah bukti valid. Tiada hari tanpa konflik antarwarga-negara; tiada hari tanpa banjir, kekeringan, dan kelaparan.

Padahal, berperikemanusiaan adalah prinsip yang menekankan pentingnya menghormati dan memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap tindakan dan keputusan.

Berperikemanusiaan adalah meja statis Pancasila. Ia harus terus ada—terutama di wilayah ekonomi. Sebab, ekonomi berkemanusiaan adalah metode, cita-cita, dan tujuan hidup seluruh warga-negara.

Sembilan Prinsip Mulia

Karenanya, ekonomi berperikemanusiaan memiliki prinsip sangat penting, antara lain:

1. Menghormati hak asasi manusia (HAM) dan martabat setiap manusia serta lingkungannya.

2. Menjaga dan mengembangkan rasa saling menghormati antar sesama dan pada lingkungan.

3. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, kasih sayang, dan solidaritas.

4. Berperilaku adil dan tidak diskriminatif terhadap sesama makhluk hidup.

5. Mengutamakan kesejahteraan, keadilan, kebahagiaan, dan kesentosaan bersama—bukan diri di atas segalanya.

6. Mengembangkan sikap toleransi dan menghargai keragaman di mana pun dan kapan pun.

7. Menghormati hak-hak orang lain dan tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan atau menyakiti mereka.

8. Berusaha memahami dan memenuhi kebutuhan sesama dengan kolaborasi serta gotong royong—bukan gotong nyolong.

9. Saling percaya bahwa hidup kita bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk generasi berikutnya.

Ini sembilan prinsip mulia. Setiap prinsip adalah kesempatan emas untuk bernegara, berlingkungan, dan bersemesta sebagai generasi pancasilais—mercusuar dunia.

Perang Semesta Melawan Neoliberalisme

Dengan menerapkan, mengundangkan, dan merealisasikan prinsip-prinsip tersebut, kita dapat menciptakan negara, dunia, dan semesta yang lebih harmonis, damai, adil, sejahtera, serta sentosa bagi semua warga-negara.

Baca juga: Kopi Tarik dan Harapan Ekonomi Pancasila

Namun, harus diingat: itu tidak mudah. Kita sedang menghadapi perang semesta. Perang melawan sebelas produk mazhab neolib, yaitu:

1. Stabilitas kemiskinan

2. Kesenjangan ekonomi

3. Kerusakan lingkungan

4. Ketergantungan pada utang

5. Pajak sangat tinggi

6. Defisit APBN berulang

7. Deindustrialisasi

8. Maraknya PHK

9. Hancurnya daya bayar warga-negara

10. Legalisasi perampokan, ngutil, nyolong, mencuri, sogok, dan menipu

11. Kesakitan serta penyakit yang meningkat drastis

Semoga kita menang.

Penulis: Yudhie Haryono, CEO Nusantara Centre

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *