Ho Chi Minh dan Pesona Sungai Saigon di Malam Hari yang Tak Terlupakan

sungai saigon ho chi minh

Milenianews.com – Saya berada di Kota Ho Chi Minh, kota terbesar di Vietnam dan pusat komersial, meski Ho Chi Minh bukan ibu kota negara. Hanoi-lah yang menjadi ibu kota, terletak jauh di utara. Sebelum bersatu menjadi satu Vietnam, Ho Chi Minh merupakan ibu kota Vietnam Selatan.

Saya mengunjungi kota ini tujuh tahun lalu, dan Ho Chi Minh sudah berubah. Meski sempat merosot saat pandemi, pasca pandemi wisata kembali gemilang. Pada tahun 2024, Ho Chi Minh dikunjungi sekitar 6 juta wisatawan—jumlah yang besar.

Situs-situs warisan masa lalu, seperti Terowongan Chu Chi, Museum Perang, sejarah inner city, dan Pasar Ben Thanh, tetap ada dan terus dikembangkan. Sampai tahun 2019, infrastruktur transportasi masih mengandalkan moda tradisional: motor, bus, dan taksi. Namun, pada 2025 sudah ada MRT atau kereta bawah tanah yang mulai beroperasi sejak Desember 2024. Pembangunan jembatan melintas Sungai Saigon, pembenahan area sungai, dan pengembangan wisata sungai pun berjalan.

Baca juga: Shanghai ke Beijing, Melaju di Rel 300 Kilometer per Jam

Senja ini, saya berada di tepi Sungai Saigon, tepatnya di dermaga Nguyen Tat Thanh, distrik 4—sekitar 15 menit perjalanan naik taksi dari pusat kota. Dari dermaga inilah kami naik kapal. Sungai Saigon, sungai utama yang penuh cerita, adalah nadi kehidupan kota yang mengalir tenang. Di kedua sisinya berdiri gedung-gedung pencakar langit, taman, dermaga, dan perkampungan lama Ho Chi Minh yang kini tertata rapi.

Saya memegang tiket seharga sekitar 700.000 dong yang dibeli melalui agen di dekat Pasar Ben Thanh; sebenarnya bisa juga membeli secara online melalui situs seperti Traveloka.

Menyusuri Sungai Saigon dengan Indochina Junk

makan malam di ho chi minh

Tour kali ini menggunakan cruise sambil makan malam. Saya sengaja memilih Indochina Junk, bukan kapal besi modern, melainkan kapal kayu bergaya junk tradisional Vietnam. Badan kapal berwarna cokelat gelap, tampak kokoh, dan hampir seluruhnya dihiasi ukiran tradisional. Dari kejauhan terlihat layar berbentuk kipas, memberi kesan klasik. Walau sebenarnya kapal ini bertenaga mesin, layar hanyalah dekorasi.

Kapal ini berbeda dari kapal lain yang melayani tur serupa. Kapal lain biasanya berbentuk modern, berbadan besi, interior kekinian, dan ukurannya lebih besar. Indochina Junk memiliki panjang sekitar 40 meter dan lebar 10 meter. Kapal penuh cahaya, menyerupai restoran terapung, dengan tiga lantai; dua lantai untuk pengunjung, dan lantai bawah untuk dapur, gudang, area kerja, serta ruang mesin. Lantai tengah adalah ruang penumpang utama, ruang makan, dan panggung musik. Lantai atas sebagian area duduk, dengan bagian depan terbuka untuk menikmati pemandangan sungai.

Jumlah penumpang cukup ramai, lebih dari setengah kapasitas yang mungkin menampung hingga 200 orang. Kecuali awak kapal dan kru, sebagian besar penumpang adalah turis, banyak dari negara Asia: India, China, Jepang, atau Korea. Dari Indonesia, hanya saya dan putri saya. Di dermaga terlihat tiga kapal lain berbentuk ferry yang melayani tur serupa. Banyak wisatawan memilih paket ini untuk menikmati makan malam sambil menatap Sungai Saigon.

Makan Malam dan Hiburan Tradisional di Kapal Junk

Di lantai utama, ada meja saji cukup besar di bagian depan, serta meja-meja mengelilinginya. Ada meja dengan 8, 4, dan 2 tempat duduk. Saya memilih meja dua tempat duduk yang menghadap jendela, menatap Sungai Saigon. Jarak antar meja cukup lapang, memudahkan penumpang mengambil makanan dan kru melayani.

Meja makan disusun membentuk segi empat agar penumpang bisa mengambil makanan dari empat sisi. Menu makan malam berupa set menu ala banquet. Makanan disajikan lengkap sesuai daftar, bisa diisi ulang atau ditambah. Penumpang bisa mengambil sendiri atau dilayani. Hidangan tertata rapi dan selalu tersedia sampai pelayaran berakhir.

Menu pembuka meliputi salad campur bawang dengan minyak dan cuka, sosis panggang dengan roti, lumpia laut, seafood spring roll, sayap ayam goreng dengan saus ikan, steamed clams dengan serai, grilled oysters, fish stew, bihun goreng, dan lain-lain. Penutup berupa kue sponge nanas dan stroberi, serta potongan buah seperti jeruk, nanas, dan semangka.

Sambil makan malam, penumpang disuguhi hiburan khas junk tradisional Vietnam: musik tradisional dengan instrumen seperti tranh, kecapi, dan mono chord. Pemain dan penyanyi mengenakan pakaian tradisional Vietnam dan menyanyikan lagu-lagu bernuansa lokal.

Jembatan Thu Tiem dan Pertunjukan Cahaya

pertunjukkan di kapal

Untuk menikmati malam, penumpang bisa naik ke dek terbuka lantai atas. Angin Sungai Saigon cukup dingin, membawa aroma sungai dan semilir angin kota. Cahaya lampu gedung memantul di permukaan air. Sesekali terlihat kapal nelayan dan perahu lokal. Awal malam memberi suasana romantis, tenang, dan diterangi kerlip lampu kota. Ho Chi Minh kini sudah menjadi metropolitan seperti kota besar Asia lainnya. Sepanjang tepi sungai terlihat promenade dan café terbuka.

Downtown Saigon, distrik 1, dilewati. Beberapa pencakar langit tampak berlomba memancarkan cahaya warna-warni, termasuk Bitexco Financial Tower dengan helipad unik di puncaknya. Selain itu, terlihat Saigon Marina Financial Center, Vietcombank Tower, Saigon Center, dan lainnya. Di dek Indochina Junk, penumpang mencari posisi terbaik untuk menikmati panorama Sungai Saigon dan kemilau kota.

Dari kejauhan, Jembatan Thu Tiem 2 terlihat dengan pertunjukan cahaya. Rangka lengkung dan kabel penyangga dipenuhi lampu LED yang berubah warna, dari putih kebiruan ke ungu, kemudian merah. Pantulan lampu di permukaan air sangat instagramable, membuat penumpang sibuk mengambil foto dan selfie.

Saat kapal mendekat, struktur baja jembatan terlihat jelas, termasuk sambungan dan baut pengikat. Suara deru mobil dan klakson berpadu dengan musik dari kapal, menciptakan kontras antara kebisingan kota dan ketenangan permukaan air. Kapal perlahan menjauh, jembatan tetap berkilau, sisi kota lama Saigon menampilkan siluet bangunan lama, sedangkan sisi seberang dipenuhi pencakar langit. Kapal berputar kembali menuju dermaga keberangkatan.

Landmark 81, Ikon Baru Kota Saigon

gedung-gedung tinggi

Vinhomes Central Park adalah area tempat Landmark 81 berdiri. Dari sungai, Landmark 81 tampak menjulang di horizon timur laut. Gedung ini setinggi 461 meter dengan 81 lantai, menjadi pencakar langit tertinggi di Vietnam dan kedua di Asia Tenggara. Sebagai perbandingan, Monas tingginya 133 meter, dan Thamrin Nine di Jakarta 371 meter.

Baca juga: Udang Tapi Ayam, Ayam Tapi Udang

Area ini juga menjadi pusat perbelanjaan mewah, restoran, butik internasional, hotel bintang empat dan lima, serta apartemen premium. Tersedia dek observasi dan sky bar untuk menikmati pemandangan kota dari ketinggian. Malam hari, lampu LED menghiasi fasad Gedung, menciptakan pemandangan futuristik.

Kapal dan penumpang kembali ke dermaga. Makanan masih tersedia, namun sebagian besar sudah kenyang. Kota Saigon tetap menyala, siap bersaing dengan Bangkok dan Singapura sebagai kota wisata dan metropolis kelas dunia.

Usai menelusuri Sungai Saigon, pengalaman dan kenangan bertambah. Ho Chi Minh memang oyee!

Kontributor: Dr. Ir. Wahyu Saidi, MSc, seorang Entrepreneur, Peminat dan Penikmat Kuliner

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *