Mahasiswa UNM Sulap AI Jadi Mitra Kreatif, Lahirkan Metode P.E.L.I.T.A yang Mencerahkan

Kolaborasi dua mahasiswa kreatif dari Program Studi Sains Data, UNM yakni Dini Fitriyah Herti dan Guntur Surawijaya, yang mengangkat edukasi seputar cara berinteraksi dengan teknologi AI secara benar, bertanggung jawab, dan beretika dengan memperkenalkan metode unik bernama P.E.L.I.T.A. (Foto: Dok UNM)

Milenianews.com, Jakarta– Mahasiswa Universitas Nusa Mandiri (UNM), yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis, menggaungkan pesan penting tentang pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) secara bijak dan efektif melalui karya poster kreatif berjudul “Kuasai Berdialog dengan AI”. Karya ini lahir hasil kolaborasi dua mahasiswa kreatif dari Program Studi Sains Data, UNM yakni Dini Fitriyah Herti dan Guntur Surawijaya, yang mengangkat edukasi seputar cara berinteraksi dengan teknologi AI secara benar, bertanggung jawab, dan beretika.

Dalam karya tersebut, Dini dan Guntur memperkenalkan metode unik bernama P.E.L.I.T.A. Metode ini mengajarkan pengguna untuk menentukan peran AI sesuai tujuan, menjelaskan konteks secara rinci, menyertakan data pendukung, memberikan instruksi terstruktur, mengarahkan format jawaban, dan menyusun urutan langkah kerja yang tepat. Pendekatan ini diyakini dapat membuat hasil dari AI menjadi lebih relevan, bermanfaat, dan selaras dengan kebutuhan pengguna.

Koordinator Kemahasiswaan UNM, Taopik Hidayat, menyampaikan apresiasinya terhadap karya inovatif ini. “Karya ini menunjukkan bahwa mahasiswa UNM tidak hanya melek teknologi, tetapi juga memahami bagaimana memanfaatkannya secara etis. Literasi digital yang kuat akan menjadi modal penting untuk menghadapi dunia kerja yang semakin terdigitalisasi,” ujarnya dalam keterangan pers  yang diterima, pada Kamis (14/8).

Sementara itu, Dini Fitriyah Herti menjelaskan bahwa pesan dalam posternya bukan sekadar teknis, melainkan juga moral. “Kami ingin menekankan bahwa AI adalah mitra, bukan pengganti manusia. Dengan metode P.E.L.I.T.A, pengguna bisa mendapatkan manfaat maksimal tanpa mengorbankan etika dan tanggung jawab,” ungkapnya.

Baca Juga : Ketua Yayasan Indonesia Nusa Mandiri Umumkan Penambahan Calon Doktor dan Peresmian Gedung Baru UNM

Senada, Guntur Surawijaya menambahkan bahwa literasi AI seharusnya menjadi kompetensi wajib generasi muda. “Kalau kita tahu cara memberi arahan yang tepat, AI bisa menjadi alat yang luar biasa untuk belajar, berinovasi, dan berkarya. Tapi semua itu harus dibarengi dengan kesadaran moral,” katanya.

Lebih lanjut, menurut Taopik, di UNM, pembelajaran teknologi seperti AI dikombinasikan dengan pengalaman industri nyata melalui program unggulan Internship Experience Program (IEP) 3+1. Program ini memberikan kesempatan emas bagi mahasiswa untuk kuliah selama tiga tahun di kampus dan langsung menjalani satu tahun magang profesional di perusahaan ternama, baik nasional maupun multinasional.

“Dengan begitu, lulusan UNM tidak hanya memahami teori, tetapi juga siap menghadapi tantangan dunia kerja. Melalui karya ini, UNM berharap semakin banyak generasi muda yang mampu mengarahkan perkembangan teknologi ke arah yang positif, bermanfaat, dan berkelanjutan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *