Fenomena “Umi Cinta” di Bekasi Menguji Batas Kebebasan Beragama dan Kerentanan Sosial

Mata Akademisi, Milenianews.com – Kasus “Umi Cinta” di Perumahan Dukuh Zamrud, Cimuning, Bekasi, yang mencuat ke publik pada Agustus 2025, menyisakan banyak pertanyaan tentang batas antara kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial.

Selama delapan tahun, kegiatan yang diikuti sekitar 70 orang setiap akhir pekan itu berlangsung tanpa koordinasi yang jelas dengan warga sekitar. Alih-alih hanya menjadi forum pengajian, aktivitas ini justru memicu kemacetan akibat parkir sembarangan, menimbulkan keresahan, dan berujung pada protes warga.

Isu ini semakin sensitif setelah seorang mantan anggota memberikan kesaksian mengejutkan: adanya iming-iming “pasti masuk surga” bagi mereka yang menyumbang Rp1 juta, perubahan perilaku anggota yang memicu konflik keluarga, hingga praktik kelompok yang dinilai tertutup. Pada titik ini, publik bukan hanya menyoroti pelanggaran aturan lingkungan, tetapi juga mempertanyakan etika keagamaan dan integritas moral para penyelenggara.

Baca juga: Tabarruk atau Tersesat? Membaca Fenomena Ali Gondrong dalam Bingkai Syariat

Fenomena seperti ini bukan yang pertama di Indonesia. Dalam banyak kasus, daya tarik kelompok keagamaan tertentu tidak semata-mata terletak pada ajaran atau ritualnya, melainkan pada janji-janji yang ditawarkan: kepastian keselamatan, perhatian yang hangat, dan rasa diterima tanpa syarat.

Orang-orang yang berada pada titik rendah dalam hidup—merasa putus asa, kehilangan pegangan, atau haus akan jawaban instan—menjadi lebih rentan terhadap pengaruh semacam ini. Kerentanan psikologis tersebut membuat mereka lebih mudah percaya pada figur atau kelompok yang menawarkan harapan, meskipun janji tersebut sulit diverifikasi kebenarannya.

Ketika Spiritualitas Jadi Alat Kendali

Sayangnya, ketika semangat spiritual dibungkus dengan pola organisasi yang tidak transparan dan minim akuntabilitas, risiko penyalahgunaan kekuasaan semakin besar. Masyarakat sekitar menjadi pihak yang terkena imbas, baik dalam bentuk gangguan ketertiban umum maupun gesekan sosial.

Di sisi lain, penanganan kasus seperti ini tidak cukup hanya dengan menutup akses atau membubarkan kegiatan. Dibutuhkan pendekatan yang seimbang: regulasi yang tegas terhadap pelanggaran aturan, namun tetap humanis dan menghormati hak beribadah. Dialog terbuka antara warga, tokoh agama, dan pihak berwenang dapat menjadi jalan tengah untuk memulihkan kepercayaan dan menciptakan harmoni.

Baca juga: Memaknai Foto Guru Sekumpul: Bukan Sekadar Gambar di Dinding

Kasus “Umi Cinta” seharusnya menjadi pelajaran penting bahwa kebebasan beragama di Indonesia, sebagaimana dijamin konstitusi, harus dijalankan dengan kesadaran penuh terhadap dampak sosialnya. Kebebasan itu bukanlah hak yang berdiri sendiri, melainkan melekat bersama kewajiban menjaga ketertiban, menghormati lingkungan, dan melindungi masyarakat dari praktik yang merugikan. Pada akhirnya, ajaran agama sejati adalah yang membawa ketenangan, mempererat persaudaraan, dan bukan menjadi sumber kegaduhan atau perpecahan.

Kesimpulan yang saya tarik dari kasus “Umi Cinta” ini adalah kita sering lupa bahwa rasa putus asa bisa mengubah cara seseorang memandang dunia. Dalam keadaan rapuh, janji manis yang terdengar mustahil pun bisa terasa logis.

Di sinilah pentingnya peran masyarakat dan negara untuk hadir, bukan hanya saat masalah sudah membesar, tetapi sejak tanda-tanda awal muncul. Tujuannya bukan untuk membungkam keyakinan, melainkan memastikan bahwa iman tidak dimanfaatkan sebagai alat kendali, dan kebebasan beragama tidak berubah menjadi kebebasan untuk merugikan orang lain.

Penulis: Nabila Azzahra, Mahasiswi IAI SEBI

Instagram: @bilbil_ps23a

Profil Singkat: Mahasiswi aktif Jurusan Perbankan Syariah sekaligus organisatoris yang terlibat dalam Badan Eksekutif Mahasiswa, khususnya di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dengan jabatan sebagai Menteri Keperempuanan. Ia memiliki minat besar terhadap isu-isu sosial, kesetaraan gender, dan dinamika keagamaan di masyarakat.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *