Milenianews.com, Jakarta– Berjuang untuk kemanusiaan bisa lewat banyak jalan, di antaranya lewat film. Rumah Produksi Warna Pictures memproduksi Film Gaza (Hayya 3) sebuah drama keluarga berlatar belakang isu Palestina. Isu ini menjadi perhatian khusus, mengingat Genosida yang terjadi dua tahun terakhir, di mana dunia seakan tidak bisa berbuat apa-apa.
“Film Gaza (Hayya 3) hadir bukan semata hiburan, melainkan sebagai edukasi dan momen refleksi. Harapan kami, film ini bisa menginspirasi dan menggugah masyarakat Indonesia yang anti terhadap penjajahan, untuk terus membersamai perjuangan Palestina hingga Palestina merdeka. Film ini juga dapat turut memperkaya corak warna industri film tanah air,” kata produser film Gaza (Hayya 3), Helvi Tiana Rosa dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Sinopsis
“Sebuah kisah tentang rindu dan kehilangan.”
Abdullah Gaza (8th) adalah bocah yatim piatu. Ayahnya seorang relawan kemanusiaan yang meninggal dunia sekembalinya dari Palestina. Sejak kematian Ayahnya, Gaza dititipkan di rumah panti yang dikelola Ustazah Dewi (35th) dan sahabatnya Rafa Shafira (25th). Di sana Gaza bertemu dengan Hayya (13th) gadis kecil asal Palestina yang telah empat tahun tinggal dan berusaha mencari kedamaian di negeri ini. Genosida di Palestina membuat Hayya urung dipulangkan ke tanah kelahirannya. Di rumah panti, lambat laun hubungan Gaza dan Hayya pun menjadi dekat. Bagi Hayya kehadiran Gaza layaknya pengobat rindu, mengingat namanya mirip dengan tanah kelahirannya. Kehidupan mereka pun kembali ceria, saling mengisi satu sama lain, hingga suatu peristiwa buruk, kembali mengintai, dan mengancam nyawa mereka.
Film Gaza (Hayya 3) tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai Kamis, 12 Juni 2025. “Meski dalam judul terdapat embel-embel Hayya 3, film ini bisa ditonton tanpa terlebih dahulu menonton Film Hayya maupun Hayya 2,” ujar Helvi.
Skenario film Gaza ditulis oleh Asma Nadia, Hayati Ayatillah dan Jastis Arimba. Sutradara Jastis Arimba. Produser: Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia, didampingi para produser eksekutif: Erick Yusuf, Oki Setiana Dewi dan Imam T Saptono. Di jajaran Asosiasi Produser terdapat Ory Vitrio, Ady Widyarta, Moriza Prananda. Bertindak sebagai konsultan materi kepalestinaan adalah Ustadz M. Husein Gaza dan K.H. Bachtiar Nasir.
Helvi mengemukakan, Gaza adalah film kemanusiaan lintas agama, yang didukung oleh Majelis Ulama Indonesia. Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat hadir dalam exlusive screening yang diadakan 27 Mei lalu, menganggap film ini menarik, dan sangat dibutuhkan untuk melawan narasi propaganda para pelaku genosida.
Soundtrack utama film ini Surga Menanti diciptakan dan dibawakan oleh Melly Goeslaw berduet dengan penyanyi terkenal Mesir; Mostafa Atef dalam dua bahasa (Indonesia dan Arab), dengan musik Anto Hoed. Soundtrack lainnya yang tak kalah menggugah: Maafkan Kami Palestina (Desti Fitriani), Mengapa Membisu (Asma Nadia dan Gradasi), Terjadi di Depan Mataku (DOM), Beyond Fiction (Husein ‘Idol’ al Athas), dan Ode untuk Palestina (Erick Yusuf). Adapun musik scoring Film Gaza dikerjakan oleh maestro musik Indonesia: Dwiki Dharmawan.
Film Gaza di bintangi oleh Cut Syifa, Amna Shahab, Oki Setiana Dewi, Azamy Syauqi, Arafah Rianti, Adhin Abdul Hakim, Anyun Cadel, Husein Alatas, Aryani Fitriana, Mario Irwinsyah, Fauzi Baadila, Meyda Sefira, Dony Michael, Andi Boim, Keyla Arcelia, Ridwan Roull, Andi Biru Laut, Ustadz Erick Yusuf, Asma Nadia, dan lain-lain.
Sebelumnya, tahun 2019, melalui Hayya yang meraih 720 ribu penonton, Warna Pictures telah menyumbangkan sebagian keuntungan yaitu Rp 2,7 miliar r ke Palestina. “Semoga melalui Film Gaza, dengan komitmen 40% dari keuntungan penjualan tiket untuk Palestina, Warna Pictures bersama masyarakat penonton dapat menyumbang lebih banyak lagi,” tutur Helvi.