Kenapa Generasi Z Sering Merasa Burnout?

Kenapa Generasi Z Sering Merasa Burnout?

Milenianews.com, Jakarta – Di tengah era digital yang serba cepat, Generasi Z—yang lahir sekitar tahun 1997 hingga awal 2010—dihadapkan pada tekanan yang tak sedikit. Mulai dari tuntutan akademis, beban pekerjaan yang tinggi, hingga tekanan sosial dari media digital, semua itu menciptakan kondisi yang ideal bagi munculnya kelelahan mental alias burnout.

Baca juga: Nasib atau Pilihan? Gen Z, Burnout, dan Pertarungan Takdir vs. Kehendak

Meskipun mereka dianggap generasi paling terhubung dan melek teknologi, nyatanya justru banyak dari mereka yang merasa kewalahan. Menurut laporan Stress in America™ 2020 dari American Psychological Association (APA), Generasi Z mencatatkan tingkat stres tertinggi dibanding generasi lainnya, dengan skor rata-rata 6,1 dari 10.

Sementara itu, rata-rata skor stres untuk semua orang dewasa hanya berada di angka 5,0. Ini menunjukkan bahwa tekanan yang dialami Generasi Z bukan sekadar persepsi, tetapi didukung oleh data yang kuat.

Ketidakpastian masa depan dan media sosial memicu burnout

Salah satu penyebab utama burnout pada Generasi Z adalah ketidakpastian masa depan. Banyak dari mereka yang merasa cemas tentang pekerjaan, keuangan, bahkan iklim politik dan perubahan iklim. Ketika segala sesuatunya terasa tidak pasti, wajar jika energi mental mereka cepat habis hanya untuk menjaga stabilitas diri. Media sosial juga memainkan peran besar dalam memicu kelelahan mental.

Di satu sisi, platform digital memberi ruang untuk mengekspresikan diri. Namun di sisi lain, media sosial sering kali memunculkan tekanan tak langsung untuk selalu tampil sempurna, sukses, dan produktif. Akibatnya, banyak dari mereka merasa hidupnya selalu dibanding-bandingkan. Tidak hanya itu, ekspektasi dari lingkungan sekitar pun turut berkontribusi.

Generasi Z tumbuh dengan dorongan untuk “menjadi versi terbaik diri sendiri”, namun sering kali tanpa panduan yang jelas. Alhasil, mereka terdorong untuk terus bekerja, belajar, dan bergerak tanpa henti—hingga lupa bahwa istirahat juga bagian dari produktivitas.

Perlu diingat, burnout bukan hanya soal kelelahan fisik, tetapi lebih kepada kondisi mental yang terus tertekan tanpa pemulihan yang cukup. Oleh karena itu, penting bagi Generasi Z (dan kita semua) untuk memahami batas diri, membangun sistem pendukung yang sehat, serta mengadopsi kebiasaan self-care yang konsisten.

Baca juga: Lagi Burnout? Yuk Coba Ikuti Tips Ini!

Kesadaran tentang burnout ini menjadi langkah awal penting. Seiring bertambahnya perhatian terhadap isu kesehatan mental, harapannya adalah lingkungan sosial dan profesional juga makin peduli dan responsif terhadap kondisi ini. Sebab, generasi muda yang sehat mental adalah kunci menuju masa depan yang lebih baik.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *