Milenianews.com, Jakarta- Di akhir penghujung tahun 2022 dan menatap tahun baru 2023, Induk Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) melakukan refleksi dan evaluasi terkait pengembangan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) baik di lingkungan Persyarikatan maupun secara keseluruhan. Kegiatan itu diadakan di Jakarta, Jumat (30/12/2022).
Hal itu dilaksanakan untuk menghadapi kondisi moderasi ekonomi 2023 dan dampak global resesi ekonomi yang banyak yang memproyeksikan ekonomi 2023 adalah mendung. Meski demikian, memasuki tahun baru 2023 Induk BTM akan terus berusaha mencari peluang-peluang bisnis yang bisa dikembangkan oleh microfinance Muhammadiyah tersebut di tengah mendungnya ekonomi.
Dalam perspektif Induk BTM, Ketua Induk BTM Drs Achmad Su’ud, MSi, mengatakan, pertama, di tengah moderasi ekonomi 2023 tetap optimis meskipun “cuaca ekonominya mendung”. Untuk itu Induk BTM meminta agar diperlukan kebijakan-kebijakan berupa stimulus ekonomi yang konkret dari pemerintah dalam menaikkan daya beli masyarakat dan ruang-ruang publik ekonomi yang mampu menggeliatkan perekonomian agar bisa stabil ditengah resesi ekonomi global. Dengan demikian diharapkan masih ada kekuatan bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas usaha dan produksi.
“Kami rasa itu yang harus dilakukan oleh pemeritah sehingga akan terjaga tingkat konsumsi ekonomi masyarakat dan rasa optimisme ekonomi tumbuh 5,3 persen di tahun 2023 bisa diraih,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya.
Kedua, Induk BTM memandang di kuartal pertama 2023 (Januari-Maret) adalah tantangan besar tersendiri untuk melihat kemampuan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu seluruh jaringan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) diharapkan untuk selalu mengedepankan prudent (kehati-hatian) dalam menyalurkan pembiayaan serta mengedepankan mitigasi risiko.
“Dengan demikian BTM akan selalu siap dalam menghadapi risiko apapun terhadap segala probabilitas ekonomi nasional yang ada tanpa harus mengurangi peran dan fungsi BTM sebagai intermediasi anggota,” ujarnya.
Menggeliatkan Ekonomi Masyarakat
Ketiga, untuk menggeliatkan ekonomi masyarakat Induk BTM selalu mendukung pengembangan UMKM para anggota BTM dengan berbagai kluster-kluster jenis sektor riil yang ada. Apalagi di tahun 2023 Induk BTM akan mendirikan BTM Business Consulting (BBC) sebagai strategi dalam pembinaan UMKM anggota BTM baik dari sisi kelembagaan dan capacity building dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan ke depannya UMKM anggota BTM bisa naik kelas, ditambah peran BBC dalam operasionalnya bersinergi dengan berbagai pihak seperti LPH KHT (Lembaga Pemeriksa Halal Kajian Halal Thoyyib) Muhammadiyah, PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu) Daerah, Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kemudian keempat, lanjut Suud, sebagaimana amanah dalam Muhammadiyah Microfinance Summit II di Malang-Jawa Timur 2022, Induk BTM akan terus membangun kemandirian BTM dan closed loop economy Muhammadiyah dengan cara membangun tatakelola BTM untuk menjadi Good Cooperative Governance (GCG).
“Dengan demikian pengembangan BTM dan Gerakan Microfinance Muhammadiyah (GMM) selaras dengan tujuh agenda Muhammadiyah untuk lima tahun ke depan di Muktamar ke-48 di Surakarta, di antaranya adalah mengembangkan AUM unggulan dan kekuatan ekonomi,” paparnya.
Kelima, untuk mendukung ekonomi umat berbasis UMKM dan pengembangan lembaga keuangan mikro syariah, Induk BTM siap untuk bersinergi dengan berbagai pihak manapun seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), pemerintah, KNEKS, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Bank Syariah dan lain-lain. Diharapkan dengan sinergi dan kolaborasi itu sebagai partisipasi BTM menumbuhkan iklim yang sejuk dalam pengembangan ekonomi syariah di negeri ini.
“Lima hal inilah yang menjadikan refleksi dan rekomendasi Induk BTM dalam menghadapi tahun 2023 dan kami merasa optimistis untuk melewati moderasi ekonomi 2023 seperti halnya ketika kami menghadapi resesi ekonomi dua tahun kemarin di tengah pandemi Covid – 19,” tandas Ketua Induk BTM.