Milenianews, Sleman – Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, Hanik Humaida, menyebut aktivitas Gunung Merapi belum menurun. Merapi masih berstatus siaga sejak 5 November 2020 dan bisa meletus kapan saja.
“Karena itu Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten harus tetap menyiapkan segala sesuatu terkait upaya mitigasi bencana,” kata Hanik saat dikonfirmasi, Selasa, (15/12).
Baca Juga : BPBD Jatim Lakukan Assesmen Wilayah Rentan Erupsi Gunung Semeru
Ia menjelaskan para pengungsi mulai merasa jenuh setelah satu bulan meninggalkan rumah dan ladang. Mereka pun mulai meninggalkan tempat evakuasi sementara. Awalnya dihuni lebih dari 100 pengungsi, kemarin yang bertahan hanya 36 orang.
“Mereka pulang karena jenuh,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Sip Anwar.
Warga Gunung Merapi pulang karena untuk pulihkan ekonomi
Para pengungsi di Magelang, juga merasa kejenuhan. Sebanyak 286 warga yang mengungsi di Desa Banyurojo memilih kembali ke rumah. Alasan warga pulang karena harus memulihkan perekonomian, mengurus ladang dan ternak.
Meski begitu, sebenarnya warga khawatir pulang. Namun mereka berjanji jika aktivitas Merapi meningkat akan segera kembali. Di Sleman, D.I Yogyakarta, kebosanan juga menghinggapi warga. Sejumlah pengungsi lain mengalami sakit ringan.
Baca Juga : BPBD Sukabumi Lakukan Pemetaan Bencana Jalur Mudik
“Para pengungsi lansia sudah menunjukkan gejala hipertensi dan badan pegal-pegal,” kata Camat Cangkringan, Suparmono.
Penyelidik Bumi Madya BPPTKG, Subandriyo, mengaku sudah memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa bencana Merapi bukan perkara mudah. “Penyebaran informasi berperan penting mengurangi risiko bencana,” ungkap Subandriyo.(Ahmad Fachrurozi)