News, Tokoh  

Kisah Inspiratif Anak Pedagang Asongan Menembus Batas Berkat Beasiswa, Bisa Kuliah Sampai S3

Kisah Inspiratif Anak Tukang Asongan
Dok. Rangga Pebrianto

Milenianews.com – Di balik kesuksesan seorang dosen muda dan staff BSI Entrepreneur Center (BEC) Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), tersimpan kisah perjuangan luar biasa tentang kerja keras, ketekunan, dan cinta keluarga. Ia adalah Rangga Pebrianto, anak tukang asongan asal Tasikmalaya yang menempuh jalan panjang penuh keterbatasan sebelum akhirnya berdiri tegak di panggung keberhasilan. Kisah selengkapnya akan dituangkan di Kisah inspiratif anak tukang asongan di bawah ini.

Rangga lahir dan tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang tukang asongan, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga yang selalu mendukung anak-anaknya untuk terus bersekolah. “Dengan mengandalkan penghasilan dari ayah yang merupakan tukang asongan, waktu itu latar belakang ekonomi saya terbilang sangat sulit,” kenang Rangga.

Baca juga: Kisah Inspiratif Gunawan, Ketika Beasiswa Mengubah Hidupnya

Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, jarak usia dengan kakak-kakaknya yang terpaut hingga 17 tahun membuat hubungan mereka tak terlalu dekat. “Saat saya baru mulai mengerti kehidupan, mereka sudah sibuk dengan keluarga masing-masing,” ujarnya.

Awal Perjuangan Anak Tukang Asongan Menuju Pendidikan Tinggi

Selepas sekolah, Rangga sebenarnya tak memiliki niat untuk kuliah. “Pernah, bahkan karena masalah ekonomi ini di pikiran saya hanya setelah lulus sekolah langsung bekerja,” katanya jujur. Namun, takdir berkata lain. Seorang guru kesiswaan di sekolahnya menyarankan agar Rangga mencoba Program Beasiswa Prestasi dari Yayasan Bina Sarana Informatika (BSI).

“Awalnya saya tidak percaya diri, tapi setelah tahu kalau beasiswa ini mencakup biaya kuliah hingga S2, bahkan mendapat uang saku bulanan, saya memberanikan diri untuk mencoba,” ungkapnya.

Dengan kerja keras dan doa, Rangga berhasil lolos semua tahapan seleksi, mulai dari pemberkasan, tes potensi akademik, hingga wawancara. Ketika pengumuman hasil keluar, suasana pun penuh haru. “Saya menangis sambil memeluk mama yang waktu itu mendampingi saya meski sedang sakit. Rasanya seperti mimpi bisa kuliah, bahkan sampai S2,” kenangnya sambil tersenyum.

Tumbuh Kuat di Tengah Duka dan Keterbatasan

Perjalanan kuliah Rangga tidak berjalan mulus. Saat masih menempuh D3 di UBSI kampus Tasikmalaya, ayahnya meninggal dunia karena sakit. Kehilangan sosok ayah yang selama ini menjadi tumpuan keluarga membuat ekonomi keluarga kian sulit. “Saya sadar masih punya mama yang harus saya biayai. Saya bertekad harus tetap menyelesaikan pendidikan tinggi saya sambil bekerja,” tuturnya.

Rangga kemudian menempuh berbagai pekerjaan sambilan. Dirinya sampai berjualan makanan di kampus, menjadi penyiar radio, guru honorer, operator sekolah, MC acara, hingga crew di wedding organizer. Bahkan, ia rela begadang membungkus suvenir pernikahan demi menambah pemasukan.

“Titik terberat waktu kuliah S1 di Bandung. Saya harus bolak-balik Bandung–Tasik untuk kerja sebagai MC. Kadang saya kurang tidur, sampai akhirnya tubuh saya drop terkena penyakit dan sempat muntah darah juga,” ceritanya. Namun, penyakit itu tak mematahkan semangatnya. Setelah menjalani perawatan selama enam bulan, ia bangkit kembali untuk melanjutkan perjuangan.

Baca juga: Kisah Inspiratif Wiwil, Seorang Gadis Desa yang Sukses Kuliah S3 dengan Beasiswa

Kehilangan Ibu dan Kekuatan untuk Bangkit

Tantangan terbesar kembali datang saat Rangga tengah menempuh pendidikan S2 di Universitas Nusa Mandiri (UNM). Sang ibu, sosok yang menjadi semangat hidupnya, harus berpulang menjelang sidang tesis. “Itu momen paling berat dalam hidup saya. Rasanya semua semangat hilang,” ucapnya lirih.

Namun, kata-kata yang ia yakini menjadi kekuatannya untuk bangkit. “Hidup akan terus berjalan dan kematian adalah kepastian yang tidak bisa dihindari,” katanya.

Dengan tekad itu, Rangga pun berhasil menuntaskan studi S2-nya dengan penuh tanggung jawab dan akhirnya berhasil meraih gelar magister.

Anak Tukang Asongan Menuju Gelar Doktor

Tak berhenti di situ, Rangga kembali menantang dirinya dengan menempuh pendidikan S3 di IPB University melalui Beasiswa Pendidikan Doktoral dari Pemerintah Indonesia. “Saya sempat gagal di UGM, tapi saya coba lagi di IPB dan akhirnya lolos,” kisahnya penuh semangat.

Kini, sambil menempuh studi doktoral, Rangga juga berkarier sebagai dosen dan staff BEC di UBSI yang terkenal sebagai Kampus Digital Kreatif itu. Meski padat aktivitas, ia tetap menanamkan disiplin dan menjaga keseimbangan hidup. “Kalau jenuh, saya kasih self-reward. Jalan-jalan, healing, atau sekadar menyalurkan hobi. Setelah itu baru bisa fokus lagi,” ujarnya.

Makna Pendidikan dan Kesuksesan

Bagi Rangga, pendidikan adalah jalan yang membuka banyak pintu. “Pendidikan mengubah hidup saya. Dari anak tukang asongan, sekarang saya bisa umroh di usia muda dan punya rumah impian sendiri,” ungkapnya dengan mata berbinar.

Baginya, kesuksesan bukan soal harta, tapi ketika satu per satu mimpi bisa terwujud. Ia ingin kisahnya menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan generasi muda lainnya untuk tidak menyerah pada keadaan.

Baca juga: Kebaikan yang Menjadi Energi: Kisah Santri Hidayatullah Nunukan dan Bantuan BMH

“Yakin dengan kemampuan sendiri, disiplin waktu, dan jangan takut bermimpi. Untuk kita yang lahir dari keluarga sederhana, jalan kita mungkin lebih panjang, tapi hasilnya akan jauh lebih berharga.”

Kini, Rangga Pebrianto bukan hanya seorang pendidik, tapi juga teladan hidup tentang bagaimana mimpi besar bisa lahir dari keterbatasan, selama seseorang percaya, bekerja keras, dan tidak pernah berhenti melangkah dari perjalanan hidupnya yang dituangkan pada kisah inspiratif anak tukang asongan ini.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *