Milenianews.com, Jakarta – Sampai pagi ini, Jumat (31/3) pukul 07.00 WIB, terdapat 1.744 pakar, eksekutif dan warga menandatangani petisi untuk menangguhkan pengembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) selama enam bulan ke depan.
Pertimbangan tersebut merupakan mitigasi risiko pengembangan AI yang harus dipastikan lebih dulu sebelum kebablasan dan merugikan manusia.
Baca juga : 3 Chatbot Alternatif Selain ChatGPT ini Harus Kamu Coba
“Sistem keserdasan buatan yang kuat hanya bisa dikembangkan setelah kita yakin bahwa dampak-dampaknya akan positif dan risikonya akan terkendali,” tulis salah satu bgian petisi yang diunggah pada laman Future of Life Institute, Rabu (29/3).
Future of Life Institute ialah lembaga nirlaba yang donatur utamanya adalah Musk Foundation. Merujuk pada catatan Uni Eropa, donatur lainnya adalah Founders Pladge yang berbasis di London dan Silicon Valley Community Foundation.
Masa penangguhan selama enam bulan tersebut harus dimanfaatkan oleh laboratorium Artificial intelligence dan pakar-pakar untuk mengembangkan dan mengimplementasi protokol keamanan bersama untuk desain dan pengembangan AI generasi selanjutnya secara ketat.
AI perlu bekerja sama dengan pembuatan kebijakan untuk segera mempercepat pengembangan sistem tata kelola AI yang kuat. Minimal mencakup otoritas baru yang kompeten dan khusus menangani AI.
Petisi tersebut keluar dua minggu setelah OpenAI mengumumkan CGT-4 yang merupakan generasi yang lebih maju untuk AI Chatbot ChatGPT yang menjadi pemicu persaingan antara Microsoft dan Google untuk mengembangkan aplikasi serupa.
Kekhawatiran tersebut sebelumnya pernah diungkapkan oleh para legislator di Amerika Serikat. Mereka mempertanyakan dampak ChatGPT terhadap keamanan nasional dan pendidikan.
Kepolisian Uni Eropa juga turut memperingatkan potensi penyalahgunaan sistem AI untuk pembohong, disinformasi, dan kejahatan siber lainnya. Sementara, pemerintah Inggris meluncurkan proposal untuk kerangka peraturan tentang kecerdasan buatan.
Dalam konferensi pers daring yang dilakukan di Montreal, Kanada, Yoshua Bengi mengungkap bahwa masyarakat belum siap untuk peralatan yang penuh kekuatan tersebut, oleh karena itu sangat memungkinkan terjadinya kesalahan dalam peggunaannya.
Baca juga : Google Rilis ‘Google Bard’, AI Pesaing ChatGPT
“Mari pelan-pelan. Kita pastikan bahwa kita mengembangkan pagar pembatas yang lebih baik sebagaimana kita melakukannya untuk kekuatan nuklir dan senjata nuklir,” tuturnya mengutip dari Kompas.com, Jumat (31/3).
Dengan alasan itulah para pakar dan eksekutif teknologi mengimbau dan menandatangani petisi untuk menangguhkan pelatihan sistem AI setidaknya selama enam bulan ke depan.
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.