Milenianews.com, Jakarta – Baru-baru ini, media asal china telah mengungkap mobil Tesla yang masuk ke dalam daftar pembelian pemerintah China untuk pertama kalinya. Tesla menjadi satu-satunya merek mobil listrik (EV) milik asing yang tercantum dalam katalog pembelian yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi Jiangsu di timur China. Merek lain yang disebutkan termasuk Volvo, yang dimiliki oleh Geely dari China, dan SAIC milik negara.
Melansir dari CNN, Senin (8/7), hal tersebut mengartikan bahwa lembaga pemerintah dan kelompok publik di provinsi tersebut dapat membeli Tesla sebagai mobil layanan, serta menyoroti hubungan akrab yang dimiliki China dengan perusahaan Elon Musk tersebut. Perkembangan ini pun menjadi viral di media sosial China, dengan beberapa pengguna mempertanyakan apakah mobil asing harus dipertimbangkan untuk digunakan oleh pemerintah.
Pemerintah Jiangsu telah mencoba meredakan kekhawatiran tersebut dengan mengatakan bahwa model Tesla adalah “mobil domestik, bukan impor,” menurut laporan National Business Daily yang dikelola negara China.
Baca juga: Pemegang Saham Tesla Setujui Gaji Besar Elon Musk
Tesla, yang memiliki pabrik gigafactory besar di Shanghai, memproduksi sekitar 947.000 mobil di China pada tahun 2023, dan sebagian besar digunakan secara lokal. Dalam katalog pembelian pemerintah, Model Y buatan Shanghai dari Tesla tercantum seharga 249.900 yuan ($34.377).
China pun telah menjadi pasar yang semakin penting bagi Tesla, karena negara tersebut menyumbang lebih dari setengah dari total penjualan EV di dunia. Tahun lalu, Tesla pun memperoleh hampir seperempat dari total pendapatannya dari China.
Persaingan ketat Tesla dengan produsen EV lokal China
Namun, Tesla juga menghadapi persaingan yang semakin meningkat dari rival-rival negara tirai bambu tersebut. BYD menyalip Tesla pada kuartal terakhir tahun 2023 sebagai penjual EV terbesar di dunia.
Namun, Tesla pun berhasil merebut kembali posisinya pada paruh pertama tahun 2024 ini, dengan persaingan ketat. Mobil Tesla sebelumnya dilarang masuk ke beberapa kompleks pemerintah dan militer di ngara tersebut karena kekhawatiran tentang keamanan data dan spionase.
Larangan tersebut dicabut pada bulan April, ketika asosiasi mobil terkemuka mengumumkan bahwa mobil Tesla telah lulus persyaratan keamanan data China. Pengumuman itu datang pada hari yang sama ketika Musk mengunjungi Beijing dan bertemu dengan Perdana Menteri Li Qiang, yang memuji Tesla sebagai “model sukses” untuk kolaborasi AS-China.
Baca juga: Elon Musk Alihkan Chip AI Nvidia ke X, Potensi Tunda Pengembangan Tesla
Di sisi lain, ketegangan antara China dan Barat meningkat. Produsen mobil milik negara China, SAIC, menghadapi tarif tambahan sebesar 38,1% pada ekspor EV-nya ke Uni Eropa. Komisi Eropa mengonfirmasi bahwa pihaknya akan mengenakan tarif tambahan hingga 37,6% pada impor kendaraan listrik buatan China di masa yang akan datang.
Tarif tersebut dianggap sebagai langkah yang diperlukan oleh UE untuk mencegah banjir mobil murah buatan China yang dibangun dengan dukungan “tidak adil” dari pemerintah.
Tesla, eksportir utama EV buatan China ke Eropa, telah meminta perhitungan tarif terpisah, menurut Komisi tersebut. Saat ini, perusahaan menghadapi tarif tambahan rata-rata 20,8% sebagai bagian dari kelompok perusahaan yang bekerja sama dengan penyelidikan UE.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.