Puisi  

Undur Diri

Hadi Suroso. (Foto: Istimewa)

Oleh Hadi Suroso

Jika pada akhirnya aku memilih mundur, itu bukan karena kamu tidak ada lagi di hatiku. Justru karena kamu telah mendiami tempat paling istimewa di sana. Namamu tersemat di setiap sudut ruang itu. Penoreh bahagia dengan warna keindahan yang tercipta.

Dari sekian yang pernah singgah,  kamulah penyebab datangnya debar pada detakku yang berbeda.

Mungkin aku yang terlalu menutup mata oleh dalamnya cinta. Aku mencintaimu tanpa batas, tak pernah setengah-setengah_sepenuh jiwa dan ragaku.

Mencintaimu adalah gejolak rasa yang merambah ke sekujurku tak sanggup ku tepiskan, melahap segenap kesadaranku hingga lupa akan celah kecewa atau lara yang kelak bisa saja terjadi.

Mencintaimu sungguh telah membuatku buta akan segalanya. Aku tak sanggup melihat sisi lain yang menjadi kurangmu. Bahkan suara-suara sumbang tentangmu  yang sempat terdengar olehku, aku abaikan. Aku memilih untuk tidak menghiraukan.

Entah….

Barangkali semesta yang tak bisa merestui. Ketulusanku yang kamu  balas dengan kepalsuanmu. Kesungguhanku yang kamu mahar dengan kepura-puraanmu.

Melalui kebetulan itu. Boleh jadi caranya semesta memberi tahuku. Kebetulan yang membukakan mataku seperti apa sesungguhnya dirimu. Melihat sendiri kemesraanmu dengannya di belakangku, adalah cukup bagiku untuk menegaskan bahwa aku telah salah menilai.

Kamu tak jauh berbeda dengan yang sebelum-sebelummu. Kamu hanyalah seorang pemain hati yang begitu lihai mempermainkan yang kamu ingini.

Dan aku menjadi bagian dari yang menuai kecewa  juga sakit karenamu. Menjadi salah satu dari sekian yang pernah kamu permainkan.

Kini tak perlu kamu pura-pura peduli, tak perlu juga seolah-olah kamu menyesali. Biarkan aku undur diri. Tak perlu kamu tahan-tahan. Kita sudahi saja jika hati salah satu dari kita tidak bisa untuk setia. Kita selesaikan semua apa yang memang tak selayaknya untuk dipertahankan.

Bogor, 01042024

Hd’s

Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari  mengasah jiwa dan menggali hikmah.

Exit mobile version