Puisi  

Mimpi yang Usang

Hadi Suroso. (Foto: Istimewa)

Oleh Hadi Suroso

Mungkin aku kelihatan tenang. Juga tampak baik-baik saja. Dan seperti tidak terjadi apa-apa. Namun,  sebenarnya aku sedang mengendalikan diriku yang tergoncang oleh perpisahan ini. Aku sibuk melerai hati dan pikiranku yang sengit bertikai.

Sungguh, tidak ada yang baik-baik saja dari sebuah kehilangan.

Kehilanganmu bukan tentang tubuh yang tak lagi bisa ku peluk, bukan soal bahu yang tak lagi bisa untukku bersandar. Kehilanganmu adalah pupusnya separuh jiwa yang pernah menjadi bagian seutuhnya diriku. Aku kehilangan setengah diriku. Aku merana, hampa dan melangut.

Kulumat kepahitan ini sendiri menjalani hari-hari. Kutelan getir di tenangku menahan perih dan nyeri.

Ku retas kembali waktu, ku runut ulang perjalanan kisah denganmu. Tak banyak yang bisa kuingat akan selisih silang kita. Tak sedikit yang ku kenang sebagai bahagia sepanjang kebersamaan yang ada. Dan kita berani berikrar meneguhkan janji akan saling setia hingga jantung salah satu kita berhenti berdetak.

Sungguh, frasa indah dari ungkapan hati kita yang sedang saling bergejolak.

Itu hari-hari kemarin, saat  kita saling bahu membahu dalam merajut mimpi-mimpi kita tentang masa depan. Masa depan yang kita ingini sebagai masa depan kita. Indah dan nyaris sempurna.

Namun kini…semua itu tinggallah mimpi. Lekang dan usang. Habis, usai dan selesai. Dan aku mesti terima kenyataan ini. Yang aku sendiri belum bisa mengerti, mengapa tiba-tiba kamu ingin menyudahi. Bahkan tanpa sepatah katapun yang menjelaskan, kecuali hanya sebuah permintaan maaf yang kamu sampaikan.

Baiklah…aku terima. Tidak perlu diteruskan. Tidak perlu dilanjutkan. Buat apa jika salah satu dari kita sudah tidak menginginkan. Biarlah dengan berat hati ku lepaskan, dan biarlah dengan ini aku belajar untuk merelakan. Karena soal hati memang pelik, tak bisa untuk ditahan-tahan, dan tak bisa juga untuk dipaksa-paksakan.

Bogor, 25032024

Hd’s

Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari  mengasah jiwa dan menggali hikmah.

Exit mobile version