Milenianews.com, Bogor— Generasi muda perlu memahami pentingnya literasi keuangan. “Literasi keuangan adalah pemahaman, keterampilan, dan kemampuan menerapkan konsep pengelolaan finansial yang baik dalam kehidupan sehari-hari demi meningkatkan kesejahteraan finansial individu dan masyarakat, yang pada akhirnya turut berkontribusi dalam peningkatan ekonomi negara. Literasi keuangan itu mencakup: pengetahuan, prilaku dan sikap,” kata Financial Planner dan Staf Analis Risiko Finansial Negara Kementerian Keuangan, Dzulfikar Kharisma.
Dzulfikar menyampaikan hal tersebut pada acara Training of Trainer (ToT) Literasi Keuangan untuk seluruh tenaga pendidik Bosowa School yang diadakan oleh Kementerian Keuangan di SMA Bosowa Bina Insani, Bogor, awal Januari lalu.
Dzulfikar menyebutkan tiga tantangan anak muda terkait pengelolaan keuangan. Yakni:
- Belum bisa membuat prioritas
- Delaying gratification
- Tidak memiliki tujuan keuangan
Ia mengutip data survei FFI yang mengungkapkan bahwa 80 persen anak muda menghabiskan uang untuk gaya hidup.
Ia menyebutkan, banyak anak muda yang memiliki persepsi salah tentang kaya. “Pada tahun 2023, ada kenaikan sebesar 300% jumlah orang yang memiliki persepsi kaya yang salah. Mereka menganggap sering Iiburan = kaya. Mereka yang percaya bahwa ‘kaya’ berkaitan dengan produk non investasi (rumah mewah, fashion bermerk, dianggap terpandang, sering traveling atau konser) dibanding ‘kaya’ mengacu pada produk investasi memiliki skor finansial yang lebih rendah,” ungkapnya dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Ia menegaskan, media sosial — Youtube, Instagram, Whatsapp, Tiktok, Twittter/X, telegram — menjadi salah satu faktor yang membentuk definisi “kaya”. Persentase tahun 2023 sebesar 68%, naik 5% dari tahun 2022.
Dzulfikar mengemukakan, elemen utama dalam literasi keuangan sebagai berikut:
- Memperoleh Penghasilan. Sumber penghasilan: bekerja, profesional, pengusaha dan investor. Sumber yang halal.
- Mengelola Anggaran, Belanja, dan Utang.
Pengeluaran rutin maksimal 50%, cicilan atau utang maksimal 30%, dana darurat/asuransi maksimal 10%, Tabungan/investasi maksimal 10%. Dana darurat 3-6 kali pengeluaran rutin.
- Menyisihkan Penghasilan.
- Mengelola Risiko dan Mempersiapkan Masa Darurat (Masa sekarang, masa depan, dan masa sulit).
Ia menegaskan pentingnya perilaku hidup sederhana, yakni hidup di bawah kemampuan, membeli berdasarkan manfaat.
Juga, pentingnya mengelola risiko dan mempersiapkan masa darurat: minimal 3X pengeluaran. Dana tersebut ditempatkan pada aset yang mudah dicairkan. Prioritas diisi kembali apabila digunakan.
Pada kesempatan tersebut, Dzulfikar menyebutkan tiga prioritas terkait literasi keuangan: pinjaman online, judi online, dan investasi bodong.
“Pinjaman online, melibatkan 2,6 juta orang, separohnya anak muda. Akumulasi gagal bayar: usia 19-34 tahun mencapai Rp 8,5 triliun, usia di bawah 19 tahun mencapai Rp 18,7 miliar,” ungkapnya.
- Judi online lebih parah lagi. “Kerugian judi online mencapai Rp 327 triliun. Menurut laporan PPATK per Juni 2024, sekitar 80.000 atau lebih 2% dari total 4 juta pemain judi online adalah anak-anak di bawah 10 tahun,” paparnya.
- Investasi bodong juga marak terjadi di masyarakat. “Kerugian investasi bodong dari tahun 2020 sampai 2024 mencapai Rp 139,67 triliun,” tuturnya.
Dzulfikar menekankan pentingnya menyisihkan penghasilan untuk investasi. Ia menyebutkan beberapa alasan mengapa perlu investasi:
- Pemenuhan tujuan keuangan di masa depan. Adanya kebutuhan masa depan yang tidak sedikit, seperti : pendidikan anak, tabungan hari tua, dll.
- Adanya inflasi: Untuk melindungi nilai mata uang dari tingkat inflasi, dibutuhkan investasi dengan imbal hasil yang lebih besar dari inflasi tersebut.
- Potensi keuntungan: Semakin tinggi potensi imbal hasilnya, semakin tinggi pula risikonya (High Risk, High Return).
Lalu, bagaimana memilih investasi yang aman dan menguntungkan? Yakni, 2L (Legal & Logic), dan 2R (Risk vs Return).
Ia lalu mengutip ciri-ciri investasi bodong sebagai berikut:
- Menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat
- Produk dan proses bisnis investasi tidak jelas
- Menawarkan komisi atau bonus untuk merekrut anggota baru
- Pengembalian investasi macet di tengah-tengah
- Tidak memiliki izin resmi.