PBSI UIN Jakarta Gelar Pasar Budaya 2025, Perkenalkan Pesona Indonesia kepada Mahasiswa Asing

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan kegiatan Pasar Budaya 2025 bertajuk Pesona Indonesia: Cerita, Citra, dan Cita Rasa, di Lobi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) UIN Jakarta, Ciputat, Tangsel, Sabtu, 20 Desember 2025. Kegiatan tersebut diikuti oleh sivitas akademika dan mahasiswa asing. (Foto: Dok PBSI UIN Jakarta)

Milenianews.com, Jakarta— Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan kegiatan Pasar Budaya 2025 bertajuk Pesona Indonesia: Cerita, Citra, dan Cita Rasa pada Sabtu, 20 Desember 2025. Kegiatan ini berlangsung di Lobi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) UIN Jakarta, Ciputat, Tangsel,  lantai 1 dan 2, mulai pukul 09.00 hingga 15.00 WIB, serta diikuti oleh sivitas akademika dan mahasiswa asing.

Kegiatan Pasar Budaya 2025 secara resmi dibuka oleh Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Jakarta, Prof. Dr. Siti Nurul Azkiya, Ph.D. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut serta mengucapkan terima kasih kepada Program Studi PBSI dan mahasiswa PBSI yang telah menginisiasi dan melaksanakan Pasar Budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran akademik.

Ia menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya mengenalkan bahasa Indonesia kepada mahasiswa asing, tetapi juga memperkenalkan kebudayaan Indonesia secara menyeluruh. Menurutnya, bahasa dan budaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia akan lebih efektif apabila disertai dengan pengenalan budaya yang melatarbelakanginya.

Prof. Siti Nurul Azkiya juga menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti Pasar Budaya dapat terus dikembangkan. Ia mengungkapkan bahwa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Jakarta berencana menyelenggarakan seminar internasional pada Oktober 2026 yang akan melibatkan banyak peserta dari luar negeri. Dalam konteks tersebut, ia berharap kegiatan pembukaan gerai-gerai budaya seperti yang ditampilkan dalam Pasar Budaya 2025 dapat kembali dihadirkan. Ia juga mendorong para peserta asing maupun mahasiswa lainnya untuk berpartisipasi dalam seminar internasional tersebut, tidak hanya sebagai peserta, tetapi juga sebagai pemakalah yang mempresentasikan karya ilmiah.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Program Studi PBSI UIN Jakarta, Dr. Ahmad Bahtiar, M.Hum., menyampaikan rasa bangga dan apresiasinya kepada seluruh panitia dan mahasiswa PBSI yang telah menyelenggarakan Pasar Budaya untuk ketiga kalinya. “Kegiatan ini  mencerminkan kreativitas, kerja sama, serta komitmen mahasiswa dalam mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis budaya,” kata Dr. Ahmad Bahtiar.

Ia  juga menyampaikan terima kasih kepada dosen BIPA PBSI sekaligus penggagas kegiatan Pasar Budaya, Rosida Erowati, M.Hum., serta dosen BIPA lainnya, Siti Nurfitriani, M.Pd. Ia menyebutkan bahwa para dosen tersebut merupakan pengajar BIPA yang berpengalaman dan memiliki rekam jejak internasional dalam pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing.

Rosida Erowati tercatat pernah mengajar bahasa Indonesia di Mesir dan Prancis, sementara Siti Nurfitriani memiliki pengalaman mengajar BIPA di Vietnam. Ia berharap mahasiswa PBSI dapat mengikuti jejak para dosennya untuk berkiprah sebagai pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di luar negeri sekaligus menjadi duta bahasa dan budaya Indonesia.

Pasar Budaya 2025 dilaksanakan oleh panitia mahasiswa PBSI dengan Daviq Afrizal sebagai ketua panitia. Kegiatan ini menjadi bagian dari praktik pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang menekankan pada penggunaan bahasa Indonesia secara komunikatif dan kontekstual.

Baca Juga : PBSI UIN Jakarta Jadi Tujuan Mahasiswa Rusia Belajar Bahasa Indonesia

Sebanyak 15 gerai budaya dihadirkan dalam kegiatan ini, yaitu Gerai Kuliner Tumpeng, Warung Rona Wastra, WarBudBet, Saladindo, Cantik Nusantara, Pelabuhan Palembang, Warung MaBa, Mantra, Seruni, Senandung Manik, GATRA, Kalcer, KeMaWi, Warung Merdeka, dan Tigo Sudut. Seluruh gerai tersebut dibuka dan dikelola oleh mahasiswa PBSI semester V yang sedang mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing sebagai bagian dari praktik pembelajaran.

Peserta asing yang hadir berjumlah puluhan orang dan berasal dari Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja, dan Gambia. Para mahasiswa asing tersebut sedang menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kampus-kampus di sekitar UIN, serta kampus-kampus lain yang memiliki program pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing.

Selama kegiatan berlangsung, para peserta berkeliling mengunjungi setiap gerai, menikmati sajian yang ditampilkan, serta memperoleh informasi mengenai asal-usul, makna, dan nilai budaya dari setiap gerai yang disampaikan langsung oleh mahasiswa PBSI menggunakan bahasa Indonesia. Para peserta juga berkomunikasi secara aktif dengan mahasiswa PBSI serta mengikuti berbagai permainan edukatif yang diselenggarakan di setiap gerai sebagai bagian dari pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.

Selain aktivitas gerai, acara juga dimeriahkan dengan penampilan tari Tor-Tor dari Sumatera Utara yang dibawakan oleh mahasiswa PBSI semester V. Tarian tradisional tersebut menambah kekayaan ragam budaya yang ditampilkan sekaligus menjadi sarana pengenalan seni pertunjukan Nusantara kepada para peserta asing.

Menjelang akhir kegiatan, Pasar Budaya 2025 ditutup dengan penampilan angklung yang dibawakan secara kolaboratif oleh mahasiswa asing dan mahasiswa BIPA PBSI. Para peserta membawakan lagu-lagu populer berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai simbol kebersamaan, persahabatan lintas budaya, dan semangat pertukaran budaya. Penampilan tersebut menjadi penanda berakhirnya seluruh rangkaian kegiatan pada pukul 15.00 WIB.

Melalui Pasar Budaya 2025, PBSI UIN Jakarta menegaskan komitmennya dalam menghadirkan pembelajaran bahasa dan budaya yang adaptif, kontekstual, dan berorientasi global, sekaligus mendorong lahirnya generasi pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing yang mampu berkiprah di tingkat internasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *