Dalam pengelolaan sampah di sungai sudah cukup bagus karena dari pihak pemerintah sudah melakukan rutinan pembersihan pada kawasan sekitar sungai.
Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah
Selain masalah infrastruktur, riset juga menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Desa Mejasem Timur terhadap pentingnya pengelolaan sampah masih tergolong cukup rendah. Banyak warga yang masih membuang sampah sembarangan di lahan kosong, atau pinggir jalan.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai dampak negatif sampah terhadap kesehatan dan lingkungan. Masyarakat sering kali tidak menyadari bahwa sampah yang dibiarkan menumpuk dapat menjadi sarang penyakit, mencemari air tanah, dan merusak keindahan lingkungan sekitar.
Situasi ini diperparah oleh minimnya kesadaran masyarakat serta edukasi dan sosialisasi terkait bahaya sampah yang tidak terkelola dengan baik.
“Kami sering bingung harus buang sampah di mana. Tempat sampahnya jauh, terus tempat sampah di sekitar sini juga jarang sekali, jadi ya kami buang di lahan kosong atau ya kadang di pinggir jalan,” ujar seorang warga secara sadar.
Minim sekali sosialisasi tentang pemanfaatan sampah
Selain itu, beberapa warga mengaku tidak mengetahui prosedur pengelolaan sampah yang tepat. Mereka tidak paham cara memilah sampah organik dan non-organik, atau bahkan tidak tahu harus membuang sampah ke mana.
Sebagian besar warga juga menganggap bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah sepenuhnya ada di tangan pemerintah desa. Hal ini menyebabkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi sangat rendah.
Masyarakat cenderung pasif dan menunggu tindakan dari pihak pemerintah tanpa berinisiatif untuk berkontribusi secara aktif dalam mengelola sampah di lingkungan mereka sendiri.
Meski demikian, Desa Mejasem Timur sebenarnya pernah mencoba menerapkan inovasi dalam pengelolaan sampah melalui budidaya maggot dan pemanfaatan sampah menjadi kerajinan tangan. Budidaya maggot digunakan sebagai solusi penguraian sampah organik. Sementara kelompok warga tertentu memanfaatkan sampah plastik untuk diolah menjadi produk kerajinan seperti tas dan dompet. Kedua inisiatif ini sempat berjalan dan mendapatkan dukungan dari beberapa pihak di desa.













