Hamid menjelaskan bahwa satu-satunya UMKM yang ada saat ini berada di RT 03 dengan produk boneka dari kayu.
“Kalau untuk UMKM di wilayah saya belum ada, yang ada di RT 03, yaitu jenis boneka dari kayu,” jelas Hamid saat diwawancarai secara langsung ketika survey.
Ia bercerita, dahulu, warga RT 01 memiliki usaha jasa jahit, sesuai dengan pengalaman dan kemampuannya. Tetapi karena kalah dalam persaingan usaha, mereka beralih profesi sebagai pekerja buruh.
“Awalnya mereka banyak yang bisa menjahit, tapi karena banyak saingan, akhirnya mereka memilih bekerja di tempat lain,” tambah Hamid.
Salah satu tantangan yang dihadapi masyarakat Desa Kemang adalah kurangnya pelatihan keterampilan yang bisa membantu mereka bersaing di dunia usaha. Meskipun ada Balai Latihan Kerja (BLK), keberadaannya jauh dari Desa Kemang, sehingga warga kesulitan untuk mengikuti pelatihan tersebut.
“Paling dekat ada BLK, tapi bukan di Desa Kemang. Jadi, belum ada pelatihan langsung di desa ini,” jelas Hamid.
Dengan adanya program BSI Explore, Hamid berharap mahasiswa bisa berkolaborasi dengan masyarakat untuk mengembangkan produk unggulan desa dan membuka peluang baru bagi pengembangan UMKM. Salah satu potensi yang bisa dikembangkan adalah jasa jahit yang pernah ada di desa tersebut, memungkinkan warga untuk kembali mengembangkan keterampilan mereka dan bersaing di pasar.
“Ya saya harap mereka mulai kembali kembangin jasa jahitnya, karena di wilayah kami banyak yang memiliki keahlian menjahit,” ucapnya.