Mahasiswa Non Muslim di PTKIN, Sebagai Wujud Kampus Moderat

UIN KH Abdurrahman Wahid

Milenianews.com, Pekalongan – Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) kini terbuka untuk mahasiswa non muslim. Artinya PTKIN sejalan dengan sistem pendidikan yang lebih terbuka.

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kemenag Ahmad Zainul Hamdi meminta PTKIN untuk lebih bersikap proporsional kepada mahasiswa non muslim yang telah diterima jadi mahasiswa.

Baca juga : UIN Ar-Raniry Tambah Lima Guru Besar

Hal itu disampaikan melalui Forum Group Discussion (FGD) di Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. Menurutnya para pimpinan PTKIN harus memiliki mindset terbuka dengan memberikan regulasi yang ada.

“Jikalau sudah berani menerima mahasiswa non-muslim kuliah di kampusnya, ya harus memiliki mindset terbuka dan berlaku adil untuk mereka,” ungkap Ahmad, mengutip dari laman Kemenag, Senin (2/10).

Tidak dipaksa berhijab

Soal berpakaian, menurutnya mahasiswi tidak perlu dipaksa memakai hijab. Tetapi diharuskan untuk tetap berpakaian sopan, seperti tidak memakai pakaian yang ketat, atau memakai pakaian yang terbuka.

“Oke lah mereka tidak dibolehkan mengenakan rok pendek, kaos singlet, baju terbuka you can see, atau semacamnya yang kurang pantas. Tapi jangan pula mereka dipaksa agar mengenakan jilbab,” tuturnya.

PTKIN di Pekalongan menerima mahasiswa non Muslim

Foto : Mahasiswa non-muslim asal Filipina yang kuliah di UIN KH Abdurrahman Wahid.

Salah satu PTKIN di Pekalongan yakni Universitas Islam Negeri (UIN) KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan kini telah merealisasikan penerimaan mahasiswa non muslim. Bahkan mereka ada yang berasal dari Filipina. Mereka adalah Gibrat, Laurance dan Aaron yang kini sedang menempuh pendidikan di UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Gibrat dan Laurance mengambil Program Studi Ekonomi Syariah, dan Aaron mengambil prodi bahasa Inggris. Mereka tiba di Indonesia pada bulan Agustus dan ditempatkan disalah satu pesantren yang lokasinya tak begitu jauh dari kampus.

Pondok Pesantren Al-Aziziyah yang jadi tempat mereka, diasuh oleh Dr. KH. Moh. Fatheh, juga merupakan salah satu Dekan Fakultas Syariah UIN KH. Abdurrahman Wahid.

Selama satu bulan ini mereka masih harus tetap beradaptasi dengan lingkungan barunya, baik dari sisi makanan maupun kegiatan sehari-hari yang tentunya sangat berbeda dengan kehidupan di Filipina.

Karena ditempatkan di pondok, otomatis mereka juga mempelajari pelajaran-pelajaran islami, seperti belajar huruf hijaiyah agar mempermudah pembelajaran mereka di kampus. Walaupun begitu, mereka tidak merasa terbebani dengan pelajaran yang diberikan di kampus maupun di pondok, karena mereka menikmati setiap proses pembelajarannya.

Di pondok pesantren mereka juga diajarkan cara berpakaian yang baik dan sopan. Kyai Fatheh selalu pengasuh sangat membuka lebar pintu pesantren bagi mereka, dan tidak pernah membandingkan santri-santrinya. Karena baginya, belajar itu tidak memandang apapun, yang paling penting adalah memiliki niat dan istiqomah dalam belajar.

Kehidupan Gibrat dan teman-temanya baik di pesantren maupun di kampus sangat menyenangkan, karena santri-santri dan mahasiswa yang ada, di didik dengan nilai moderat yang tinggi sehingga tidak ada nilai perbedaan didalamnya.

Walaupun tinggal di pesantren namun kewajiban menjalankan ibadah mereka tetap ada dan diberi ruang khusus sehingga mereka tetap taat pada ajaran agamanya masing-masing.

Gibrat salah satu mahasiswa dari Filipina, bercerita alasan kenapa memilih UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Rupanya sebelum berkuliah, ia telah mempelajari bahasa dan budaya Indonesia sejak lama. Bahkan di sekolahnya dulu pun ia mempelajari banyak tentang Indonesia.

“Sekolah kami di sana lebih ke Indonesia, dan saya lebih banyak belajar bahasa Indonesia daripada Filipina. Jadi kami lebih lancar berbahasa Indonesia dari bahasa Filipina,” katanya, saat diwawancarai pada Selasa (3/10).

Sebagai non muslim ia merasakan di Indonesia memiliki nilai toleransi sangat tinggi. “Kami bukan orang Islam, tapi kami sangat senang sekali kuliah di kampus Islam. Orang-orangnya sangat lucu dan baik, kadang juga bercanda tentang agama tapi kami biasa saja. Di Filipina juga kami banyak berteman dengan orang Islam tapi itu tidak masalah,” jelasnya.

Moderasi beragama

Sebagai pondasi agar moderat dapat terealisasi, di PTKIN terutama UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan diberikan mata kuliah Moderasi Beragama. Moderasi beragama menjadi mata kuliah baru yang diselenggarakan dan diberikan kepada mahasiswa. Jembatan kekuatan sikap moderat diharapkan dapat kuat sebagai lintasan menuju sikap moderat.

Baca juga : Sejumlah Prodi pada FTK UIN Ar-Raniry Berpeluang Menuju Akreditasi Unggul dan Terakreditasi Internasional

Di PTKIN semua orang diterima dengan pintu terbuka, tak peduli latar belakang jabatan, asal negara, agama, maupun kehidupan sosialnya. Karena sejatinya lembaga pendidikan dibuat untuk mewujudkan sikap harmoni antar sesama umat manusia dengan dipadukan nilai moderat, kebersamaan, keterbukaan, dan berakhlakul Karimah.

Di sisi lain PTKIN dengan konsep yang moderat mewujudkan kerukunan antar sesama umat beragama, dan menjunjung nilai kemanusiaan serta peka terhadap kemajuan perdamaian manusia.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *