KB-TK dan  SD Bina Insani Gelar Trial Class dan Open House

Sekolah Bosowa  Bina Insani (SBBI) menggelar  Trial Class dan Open House untuk calon siswa dan orang tua siswa   KB-TK dan kelas 1 SD  yang masuk ke Sekolah Bosowa Bina Insani, Kamis (7/2/2024). (Foto: Dok SBBI)

Milenianews.com, Bogor– Sekolah Bosowa  Bina Insani (SBBI) menggelar  Trial Class untuk calon siswa  KB-TK dan kelas 1 SD  yang masuk ke Sekolah Bosowa Bina Insani, Kamis, 7 Februari 2024.

“Trial Class bertujuan  memberikan kesempatan kepada calon siswa KB-TK dan kelas 1  SD  untuk dapat merasakan atmosfer pembelajaran di Sekolah Bosowa Bina Insani,” kata Penanggung Jawab (PIC) Bosowa School, Eko Aryanto dalam rilis yang diterima Milenianews.com.

Ia menambahkan, pada saat yang bersamaan,  orang tua para calon siswa mengikuti Open House yang dihadiri oleh PIC Bosowa School Eko Aryanto;  Head Division Kurikulum Bosowa School Lies Rachmawati;  Principal KB-TK Bosowa Bina Insani Femi Balti, dan Principal SD Bosowa Bina Insani Eka Rafikah. Open House itu menampilkan narasumber Tjutju Herawati, M.Pd. Ia seorang pakar pendidikan BCCT (Beyond Centre dan Circle Time) sekaligus  asisten Division Head Kurikulum Bosowa School.

“Open House ini  bertujuan memberikan  gambaran singkat proses pembelajaran yang akan didapatkan oleh siswa ketika sudah aktif belajar  di Sekolah Bosowa Bina Insani,” ujar Eko Ariyanto.

Sentra/ BCCT

Tjutju Herawati menjelaskan, model pembelajaran BCCT berlaku di Indonesia sejak tahun 2004. Model pembelajaran ini digunakan untuk melatih perkembangan anak dengan menggunakan metode bermain yang berpusat pada anak dan didesain agar anak senang belajar melalui main atau Happy Learning.

Sentra yang dikenal juga dengan sebutan BCCT (Beyond Centers and Circle Time) adalah konsep pembelajaran usia dini yang resmi diadopsi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia sejak tahun 2004 dan menjadikan Dr. Pamela C. Phelps, sang penemu dan pengembang konsep tersebut sebagai konsultan berkenan dengan penerapannya di Indonesia. Tokoh pendidikan dari Amerika Serikat itu telah 50 tahun mengabdikan diri dalam dunia pendidikan anak usia dini melalui Creative Preschool di Tallahasse Florida dan konsepnya kini telah diterapkan di banyak negara.

“Alhamdulillah penulis dapat belajar langsung bersama beliau dan tim selama tiga  bulan pada tahun 1996 ketika Sekolah Al Falah mempersiapkan diri untuk melaksanakan program ini di Indonesia,” kata Tjutju Herawati mengawali pemaparannya.

Ia menambahkan,  KB-TK bermain di sentra: Bahan Alam, Main Peran Besar, Main Peran Kecil, Memasak, Perkusi, Persiapan, dan Balok. Sedangkan SD bermain di sentra: Matematika, Bahasa, Drama, Seni, Science, dan Imtaq.

“Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Bogor berdiri sejak tahun 1990 dan  menggunakan model pembelajaran Sentra-BCCT mulai tahun 2016 dengan A Dynamic Integrated School yang menggunakan 4 pilar, yaitu : Kurikulum Nasional, Islamic Studies, Kurikulum Cambridge dan Literasi berbasis tahapan perkembangan anak,” ujarnya.

Hera, panggilan akrabnya, menyebutkan, Visi Sekolah Bosowa Bina Insani adalah menjadi Lembaga Pendidikan Islam yang terdepan dalam melahirkan generasi pemimpin terbaik bangsa yang Smart, Islamic, Discipline, Innovative, Competitive  (disingkat SIDIC) dalam kancah global.

“Ada sembilan profil pembelajar Bosowa School. Yakni, Religius, Jujur, Adil, Bertanggung Jawab, Peduli, Berpikir Kritis, Komunikatrif, dan Literat,” tuturnya.

Baca Juga : SD Bina Insani Gelar Sharing Session “Best Practice” Pendidikan di Korea

Misi Sekolah Bosowa Bina Insani adalah:

  • Menciptakan iklim belajar yang kondusif dengan lingkungan yang nyaman.
  • Mengembangkan Sekolah Terpadu yang dilandasi nilai-nilai Islam.
  • Menumbuhkan sikap dan jiwa kepemimpinan, kemandirian , dan kepekaan sosial dalam integrasi pribadi yang disiplin dan tangguh.
  • Mewujudkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan selaras dengan tuntutan dan perubahan zaman.
  • Menumbuhkan semangat dan budaya belajar yang tinggi dalam meraih prestasi.
  • Memberikan manfaat bagi peningkatan sumber daya manusia.

“Anak-anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru, tentu saja, dapat menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, ia harus menemukan sendiri,” kata Hera  mengutip  Jean Piaget (1972).

Dalam kesempatan tersebut, Hera juga menjelaskan Tahapan Perkembangan. Yakni, Tahapan Sensorimotor (0-2 tahun), Tahapan Pre Operasional Concrete (2-7 tahun), Tahapan Operasional Concrete (7-11 tahun), dan  Tahapan Operasional Formal ( lebih 11 tahun).

Ia juga memaparkan Calistung (Membaca, Menulis, Berhitung) yang ramah anak. Mencakup:  Pra Membaca, Pra Menulis, dan Pra Berhitung.

“Lingkungan bermain yang bermutu tinggi untuk anak usia dini mendukung tiga jenis bermain yang dikenal dalam penelitian anak usia dini (Weikart, Rodgers, & Adcock, 1971) dan teori dari Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Anna Freud,” ujarnya.

Hera menyebutkan ada tiga jenis main:

  • Sensorimotor atau main fungsional
  • Main Peran (mikro dan makro)
  • Main Pembangunan (sifat cair & terstruktur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *