Milenianews.com, Jakarta– Indonesia Bermutu (IB) kembali menggelar Sawala dengan tema “Kurikulum Anti Ribet Sesi 2 Pembelajaran: Esensi vs Administrasi”, Jumat (16/8/2024). Forum diskusi mingguan yang diadakan setiap Jumat melibatkan para praktisi pendidikan ini bertujuan untuk mendorong semua sekolah di Indonesia menjadi sekolah yang berkualitas, dengan tetap memberikan fleksibilitas bagi setiap sekolah untuk beradaptasi sesuai dengan konteksnya.
Dalam sambutannya, Ketua Umum IB, Dr. Jaka Warsihna, menekankan pentingnya menjadikan setiap sekolah sebagai agen perubahan. “IB mendorong semua sekolah bermutu, setiap sekolah boleh berbeda, adaptif sesuai dengan konteksnya,” ujarnya dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Sawala itu menampilkan beberapa narasumber pemecah masalah. Yakni, Yogi Anggraena (Plt. Kepala Puskurjar), Cece Sutia (Pengawas Sekolah Jabar), Fathur Rachim (Kepsek SMAN 10 Samarinda, Kaltim), Dedi Mugni Permadi (Kepsek SMPIT Raudhatul Jannah Cilegon, Banten), Sri Fitri Kurnia (Guru SMP Islam Al-Iman, Bogor, Jabar), Jerry Puspitasari (Guru SMAN Jepon Jateng), Abdul Ghoni Putra (Guru SD Al Azhar 16 Cilacap, Jateng), dan Hidayatullah (Kabid Ketenagaan, Bahasa, dan Sastra, Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Banten).
Diskusi yang dimoderatori oleh pendiri IB, Deni Hadiana dan Zulfikri Anas, menghasilkan beberapa poin penting terkait implementasi Kurikulum Merdeka. Para narasumber sepakat bahwa fokus utama pembelajaran harus diarahkan pada pengembangan kompetensi siswa, bukan hanya pada pencapaian target kurikulum secara kuantitatif.
Yogi Anggraena, Plt. Kepala Puskurjar, menjelaskan bahwa asesmen awal sangat penting untuk memahami kebutuhan belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa. “Memprioritaskan terjadinya kemajuan belajar peserta didik dibandingkan cakupan dan ketuntasan muatan kurikulum yang diberikan,” tegas Yogi.
Baca Juga : Indonesia Bermutu Teken MoU dengan Asosiasi Pendidik Berperspektif Hak Anak
Para peserta juga berbagi praktik baik dalam menerapkan Kurikulum Merdeka di sekolahnya. Misalnya, SMAN 10 Samarinda yang memokuskan pada peningkatan literasi siswa dengan menerapkan indeks literasi sebagai syarat kenaikan dan kelulusan. Sementara itu, SMPIT Raudhatul Jannah Cilegon berhasil mengintegrasikan pembelajaran dengan proyek-proyek nyata yang melibatkan siswa secara aktif.
Meskipun terdapat banyak praktik baik, para peserta juga mengidentifikasi beberapa tantangan dalam implementasi Kurikulum Merdeka, seperti heterogenitas siswa dan beban administrasi guru. Namun, para peserta optimis bahwa dengan kolaborasi dan dukungan dari semua pihak, tantangan-tantangan ini dapat diatasi.
Indonesia Bermutu berharap bahwa Sawala ini dapat menjadi wadah bagi para pendidik untuk berbagi pengalaman dan solusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan fokus pada pembelajaran yang bermakna dan relevan, diharapkan setiap siswa dapat mencapai potensi terbaiknya.