Milenianews.com, Padang- Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) Sumatera Barat (Sumbar) menggelar acara halal bi halal, di Rumah Gadang Chaniago, Alang Laweh-Padang, Ahad (30/4/2023). Halal bihalal itu dihadiri dua kepala dinas (Kadis). Yakni, Kadis Perikanan Kelautan dan Pangan Kota Padang Buya Guswardi dan Kadis Perekonomian dan UMKM Sumbar Dr. Endrizal. Juga hadir, pengurus AYPI Pusat-ASEAN, Ketua Harian AYPI Sumut Yusuf dan istrinya, serta ketua pelaksana harian Pontren Hamka di sebelah Baiturrahmah By Pass Padang.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum AYPI Pusat-ASEAN, H. Mirdas Eka Yora , Lc, MA, dalam sambutannya menyampaikan keprihatinan bahwa mayoritas umat Islam Indonesia masih sangat rendah kemampuan dan keterampilannya. “Lembaga-lembaga Islam juga berhak memberikan suara dan kebijakan, namun dalam Dewan Persatuan bangsa-bangsa (PBB), hal itu belum terlihat hingga saat ini,” ungkapnya.
Oleh karenanya, kata Mirdas, dianggap amat penting menyinergikan semua lembaga pendidikan Islam di Indonesia, tidak memihak kepada kelompok tertentu, agar bersatu-padu dalam upaya menggerakkan model pendidikan yang tidak hanya berlandaskan teori, ibadah dan furu’iyah saja, namun juga dibarengi dengan kegiatan praktik serta mengenalkan dunia kewirausahaan. “Harapannya adalah agar generasi muda Islam dapat maju dan tegak sejajar dengan bangsa lain di dunia ini,” ujarnya.
Enam Hal Perlu Diperhatikan dan Diprioritaskan
Mirdas menyebutkan, ada enam hal yang perlu diperhatikan dan menjadi prioritas AYPI Sumbar untuk direalisasikan. “Pertama, peningkatan mutu institusi pendidian Islam melalui peningkatan mutu manajemen, mutu kelembagaan dan organisasi serta kolaborasi antara lembaga dan dalam hal ini AYPI akan mengambil peran yang signifikan,” kata Mirdas.
Kedua, ia melanjutkan, peningkatan mutu sumberdaya manusia (SDM) merupakan sebuah keniscayaan dalam meraih kesuksesan. “Justeru perlu dikembangankan dan diperbanyk pelatihan, seminar , workshop, kerjasama anatara lembaga , studi banding dan lain-lain,” ujarnya.
Ketiga, peningkatan usaha dan sumber-sumber keuangan yang akan melahirkan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mandiri dan berkemampuan besar dalam mengembangkan lembagaan dan mengatasi berbagai kendala keuangan. “Untuk itu perlu dikembangakan berbagai bentuk aneka unit-unit usaha di lembaga pendidikan Islam,” kata Mirdas.
Keempat, ppenguasaan media dan IT. “Di era disrupsi dan internet of the thing sekarang, sangat penting bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam menguasai dunia informasi semaksimal mungkin agar kita mampu tampil di garda terdepan dalam berperan untuk aneka perubahan dalam dunia global sekarang,” tuturnya.

Kelima, peningkatan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak, baik sesama lembaga pendidikan Islam maupun dengan pemerintah, dengan NGO lokal nasional dan internasional. “Juga dengan lembaga-lembaga keuangan dan institusi strategis lainnya yang akan mampu mmepercepat perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam,” paparnya.
Keenam, kata Mirdas, perlu disiapkan juga divisi yang akan menangani dan membantu lembagalembaga pendidikan Islam memberi advokasi dan bantuan hukum terhadap berbagai tantangan yang muncul.
Mewujudkan 100 Ribu Milenial Entrepreneur
Oleh sebab itu, tegas Mirdas, kepengurusan AYPI Sumbar perlu secepatnya dilengkapi dengan ketum dan waketum, serta kepengurusan AYPI di 19 kabupaten/kota Sumbar. “AYPI Sumbar akan dibantu dan didorong sepenuhnya program untuk mewujudkan 100 ribu milenial entrepreneur, sebagai program unggulan dari Dinas Perekonomian dan UMKM Sumbar, yang dapat disinergikan dengan keinginan di atas tersebut,” ujatnya.
Untuk tahap awal, kata dia, akan dikembangkan budidaya lele di kolam yang berada di SMK (boarding school) milik Yayasan Indonesia Raya, diawali dengan pemberian bibit. “Kegiatan budidaya lele, diharapkan menjadi percontohan yang utama dari kegiatan ini. Karena mulai dari pengadaan bibit lele, pakan untuk lele, pemeliharaan serta pemasaran, sudah ada yang menjamin. Jadi, usaha itu dilakukan oleh kelompok masyarakat atau yayasan pendidikan Islam dengan tidak merasa was-was terhadap keberlanjutan serta cashflow usahanya,” paparnya.

Ia menambahkan, usaha peternakan kambing dan sapi juga menjadi perhatian yang serius, karena permintaan sangat tinggi di masyarakat khususnya untuk kegiatan akikah dan qurban. Untuk permodalan, beberapa perbankan dan lembaga pendana lainnya sudah bersedia untuk sharing dana dalam bentuk pinjaman lunak. Bunga pinjaman bahkan sudah akan ditanggung oleh pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UMKM.
“Oleh sebab itu Sumatera Barat harus bangkit dan menjadi soko guru bagi daerah lain dan mampu terus mengembangkan wakaf-wakaf produktif juga, untuk membangun perekonomian umat,” kata Mirdas.
Ia menyebutkan, diharapkan bibit lele dibantu oleh Buya Guswardi dan di atas kolam akan dikelola sayuran hidroponik yang difasilitasi Dr. Jamilah Munir (dosen Paperta Unitas dan anggota Forum DAS Padang) sekaligus akan diupayakan adanya dapur rendang JMK via Ir. Suryani di lokasi SMK. “Beberapa waktu yang lalu telah ada permintaan rendang dari raja Arab Saudi. Pemilik SMK juga siap mewakafkan lahan 600 meter untuk dibangunkan masjid,” ujarnya.
Yang tak kalah pentingnya, kata Mirdas, melanjutkan pendistribusian bibit tanaman produktif kepada sekolah/pontren dan kelompok masyarakat yang difasilitasi BPDAS Agam Kuantan via pak Samirun, Syaiful (Arosuka Solok) dan Azis (Mandiangin Bukittingg). “Semoga berkah,” tutur Mirdas.







